KONSER band Coldplay pada tanggal 15 November 2023 menciptakan kehebohan di Tanah Air. Selain pro dan kontra kehadiran band asal Inggris tersebut, konser telah berhasil menyedot 70 – 80 ribu penonton. Bahkan kamar hotel di sekitar Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, tempat penyelenggaraan konser itu penuh dipesan.
Sebelumnya, pada tanggal 11-12 Maret 2023 di GBK juga diselenggarakan konser musik Blackpink. Grup vokal asal Korea Selatan itu menyedot 135.000 penonton. Banyak pihak yang diuntungkan dengan meraup cuan dari konser Blackpink.
Begitu pun konser solo Suga BTS pada tanggal 26-26 Mei 2023. Diperkirakan grup band asal Korea Selatan ini ditonton oleh 30.000 orang. Bahkan personel gabungan TNI-Polri yang menjaga konser tersebut mencapai 1000 personel.
Dari pagelaran konser musik tersebut dapat ditarik benang merah, bahwa untuk dapat berwisata orang tidak hanya harus ke pantai, bukit, dan taman rekreasi. Dalam perspektif pariwisata, hobi dan hiburan juga dapat dikemas untuk menangguk cuan.
Sport Tourism
Tak kalah dengan konser musik, gelaran olah raga internasional di Indonesia juga menebar cuan lumayan besar. Beberapa kali Indonesia mengadakan perhelatan olah raga yang banyak dikunjungi penonton, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Oleh karenanya, olah raga dianggap sebagai tontonan dan hiburan yang dapat mendatangkan wisatawan.
Olah raga sebagai produk wisata (sport tourism) dapat dicermati dari beberapa event yang digelar di Indonesia. Hajatan MotoGP di Mandalika, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 18-20 Maret 2022 menyedot penonton 102.801 orang. Sedangkan MotoGP yang diadakan tanggal 13-15 Oktober 2023 menarik 102.929 penonton.
Jumlah tersebut tentu saja sangat banyak, jika dikaitkan dengan jumlah kamar hotel yang tersedia di sekitar Mandalika. Menurut Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Nusa Tenggara Barat, okupansi hotel bintang lima saat MotoGP tahun 2022 sudah penuh terisi. Okupansi hotel 100 persen di daerah Lombok Barat, seperti Mandalika, Mataram, dan Senggigi (CNN, 5 Maret 2022).
Begitu pula dengan Moto GP yang diselenggarakan tahun 2023. Tingkat okupansi hotel di kawasan Mandalika mencapai 97 persen. Sedangkan tingkat okupansi di wilayah penyangga, seperti Mataram dan Senggigi sebesar 95 persen (Pemprov NTB, 15 Oktober 2023). Dapat dibayangkan berapa besar aliran cuan yang beredar saat MotoGP berlangsung.
Hajatan olah raga lain yang tak kalah penting dalam meraup cuan adalah Piala Dunia U-17 yang diselenggarakan pada tanggal 10 November hingga 2 Desember 2023. Kejuaran dunia sepak bola usia 17 tahun itu diadakan di empat kota, yaitu Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya.
Jumlah penonton di setiap laga mencapai 11 ribu orang. Jumlah tersebut telah melampaui target FIFA sebanyak 10 ribu penonton. Sepak bola sebagai olah raga favorit di Indonesia terbukti dapat menjadi tontonan dan hiburan banyak orang. Artinya, sepak bola dapat masuk dalam kategori wisata olah raga yang menguntungkan dari sisi ekonomis.
Betapa tidak; jika diasumsikan dari masing-masing laga 25 persen adalah penonton dari luar kota tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-17, maka terdapat peluang 2.750 orang yang akan menginap di kota tersebut. Kota Solo, misalnya, memiliki 4.500 kamar untuk hotel bintang dan nonbintang. Maka, jumlah penonton sepak bola itu dapat menyumbang 50 persen angka hunian hotel.
Selain MotoGP dan sepak bola, banyak gelaran olah raga lain yang dapat menyedot penonton dalam jumlah banyak. Jika dikemas dengan baik, maka ajang olah raga itu dapat menjadi daya tarik wisata.
Peluang Cuan
Langkah awal yang perlu dilakukan agar wisata olah raga dapat berkembang adalah dengan melakukan pemetaan potensi di setiap daerah. Setelah itu perlu dirumuskan secara menarik dalam kalender wisata masing-masing daerah.
Setiap daerah di Indonesia punya kesempatan untuk mengembangkan wisata olahraga. Ditilik dari potensi alam, keragaman bentang alam nusantara membuat potensi wisata olahraga yang dimiliki Indonesia sangat besar. Baik yang digelar di jalanan, tebing, bukit, sungai, laut, hingga udara. Selain potensi alam, Indonesia juga memiliki budaya, dan SDM yang mendukung pengembangan tersebut.
Lewat pengembangan sport tourism di daerah, wisatawan yang datang tak hanya menikmati atraksi olahraga, tetapi juga melihat keragaman kebudayaan setempat. Hal ini menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Banyak pihak yang diuntungkan, baik secara ekonomis maupun sosial budaya apabila daerah menggelar sport tourism. Ajang olahraga seperti marathon, balap sepeda, sepak bola, hingga MotoGP diyakini efektif mendatangkan wisatawan mancanegara dari berbagai penjuru dunia.
Kasus MotoGP tahun 2023, hotel di seputaran Mandalika, NTB penuh terisi. Penonton pun memanfaatkan homestay yang dikelola masyarakat. Bahkan, banyak penonton yang rela menginap dengan menyewa tenda.
Tentu saja ini peluang cuan yang menyegarkan bagi masyarakat. Ribuan wisatawan yang datang ke Mandalika bukan hanya untuk menonton balap motor bergengsi itu saja. Mereka juga menikmati kuliner setempat serta pernak-pernik cinderamata khas MotoGP.
Menjadikan rumah penduduk sebagai homestay bukan hanya merupakan inovasi masyarakat dalam menyambut MotoGP, tetapi juga merupakan hak masyarakat untuk ikut menikmati ajang balap motor internasional itu di daerahnya.
Jangan sampai, hajatan olah raga prestisius itu hanya dinikmati oleh pengusaha hotel dan penginapan saja, sementara masyarakat hanya menjadi penonton di luar pagar arena balap. Oleh karenanya, pengembangan sport tourism harus memiliki prinsip berkeadilan dan menyejahterakan. [T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU