PUTU Sukedana terpilih menjadi Duta Baca Buleleng dan siap bekerja ngayah untuk memajukan minat baca, terutama minat baca di kalangan anak muda Bali Utara.
“Saya siap ngayah dan bekerjasama dengan siapa saja untuk mengembangkan minat baca dan literasi di Buleleng,” kata Sukedana usai ditetapkan sebagai Duta Baca Buleleng di Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Buleleng, Jumat, 22 Maret 2024.
Pemilihan Duta Baca Buleleng memang diselenggarakan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Buleleng berdasarkan petunjuk teknis dari Perpustakaan Nasional RI. Proses seleksi pemilihan dilakukan dalam sejumlah tahap, mulai dari seleksi administrasi, tes tulis, tes penulisan makalah dan esai, hingga tes wawancara.
Sebanyak 24 peserta ikut dalam seleksi. Peserta yang minimal berusia 18 tahun dan maksimal 35 tahun itu, berasal dari kalangan siswa, mahasiswa, pustakawan sekolah, dan profesional. Tentu saja usia mereka masih muda dan segar.
Setelah melewati tes tulis, panitia menetapkan tiga peserta yang lulus, dan berhak mengikuti tes wawancara. Dari tes wawancara itu dipilih satu yang terbaik sebagai Duta Baca, dan dua lainnya masing-masing ditetapkan sebagai runner-up 1 dan 2.
Pada tes wawancara, Sukedana berhasil menyisihkan dua peserta lain yang masuk tiga besar, yakni Made Dwi Astuti dan Gede Dirga Deva Ardita Dirgayusa. Dwi, pustakawan dari SMPN 1 Singaraja itu harus puas menjadi runner up 1, dan Deva yang siswa di SMAN 2 Singaraja itu menjadi runner up 2.
Made Dwi Astuti, runner up 1 Duta Baca Buleleng
Gede Dirga Deva Ardita Dirgayusa, runner up 2 Duta Baca Buleleng
Dewan juri dalam pemilihan Duta Baca Buleleng itu adalah Dr. Made hery wihardika, SH.,M.Si., akademisi dari Undiksha Singaraja; Made Adnyana Ole, sastrawan; dan Nyoman Rini Muliadi , S.Pd., pegiat literasi.
***
Siapa itu Putu Sukedana? Ia biasa dipanggi dengan nama Suke. Ia adalah dokter muda yang kini bertugas di RS Kertha Usada Singaraja. Yang menarik, Suke adalah penulis produktif yang tulisan-tulisannya banyak disiarkan di laman tatkala.co.
Tentu saja ia juga suka membaca. Karena suka membaca maka ia punya keinginan untuk menjadi penulis. Lalu, setelah menjadi penulis, ia punya kebutuhan yang menggebu-gebu untuk terus membaca. Pantaslah ia terpilih jadi Duta Baca Buleleng.
Putu Sukedana lahir di Desa Tamblang dari kalangan keluarga kurang mampu. Untuk bisa bersekolah, ia sempat menjalani hidup sebagai pedagang canang.
Saat sekolah di SMAN 1 Singaraja, ia indekos di kota dan seminggu sekali bapak atau ibunya akan datang membawakan lauk seperti tempe kering, saur (sejenis olahan dari kelapa), ikan pindang kering plus beras.
“Terkadang kalau musim mangga bonus mangga harumanis. Uang saku 20 ribu harus cukup,” cerita Putu Sukedana sebagai pernah ditulis di tatkala.co.
Saat SMA ia mengumpulkan bunga kamboja untuk dijual, tapi karena lama prosesnya dapat uang, ia memutuskan membuat canang untuk dijual. Analisisnya sederhana, selama orang-orang masih ingat Tuhan pasti perlu canang (salah satu sarana persembahyangan umat Hindu di Bali).
Sore-sore, saat itu, ia ke Pasar Banyuasri beli bunga, sam-sam (pandan yang dipotong kecil-kecil) dan janur. Ia merangkai canang malam-malam atau subuh, lalu dijual ke kelas-kelas di sekolah.
Malu?
“Ya pastilah sebagai cowok ABG pasti itu, tapi masa bodoh saya yang penting bisa makan dan bantu orang tua,” kata Sukedana.
Setamat SMA, Sukedana mendapat beasiswa dan diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Unud, sampai ia diwisuda dan kini menjadi dokter di Buleleng.
Yang menarik, ia pernah ditawari bekerja sebagai dokter di Denpasar dengan tawaran gaji lumayan, namun ia tolak. “Saya pernah berjanji, setelah jadi dokter saya akan mengabdi di daerah kelahiran saya di Buleleng,” katanya.
Kisah lengkap kehidupan Putu Sukedana bisa dibaca pada link di bawah ini:
***
Made Adnyana Ole, salah seorang dewan juri dalam pemilihan Duta Baca Buleleng itu, mengatakan Putu Sukedana memang menunjukkan kelayakan menjadi Duta Baca pada setiap tahapan tes.
“Makalahnya menarik karena langsung menyampaikan gagasan, lalu nilai tes tulisnya tertinggi, dan pemikiran-pemikirannya tentang dunia literasi pada saat tes wawancara membuktikan bahwa ia cukup menguasai bidang yang akan dihadapi ketika nanti bertugas menjadi Duta Baca,” kata Ole.
Putu Sukedana memberi pesan dan kesan di hadapan Kepala Dinas Made Era Oktarini, STP., MM
Kepala Dinas Made Era Oktarini, STP., MM. menyatakan rasa terima kasih kepada panitia dan dewan juri yang telah bekerja lancar untuk menetapkan Duta Baca Buleleng. Dan kepada Duta Baca yang terpilih, ia mengingatkan bahwa menjadi Duta Baca adalah pekerjaan ngayah, sehingga diharapkan akan bekerja dengan penuh pengabdian bersama Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah untuk menumbuhkan minat baca bagi masyarakat di Buleleng.
“Saya sampaikan selamat kepada Putu Sukedana yang terpilih menjadi nDuta Baca Buleleng, mari kita bekerjasama,” kata Era Oktarini.
Putu Sukedana menyampaikan kesan setelah terpilih menjadi Duta Baca bahwa ia merasa semakin bersemangat dan percaya, karena keinginannya untuk berbagi dan mengembangkan minat baca di Buleleng kini memiliki jalannya,
“Terlebih saat melihat teman-teman peserta lain mulai dari yang sudah kerja dan SMA kemarin semangatnya luar biasa, jadi saya ingin merangkul mereka untuk kolaborasi dalam Duta Baca ini,” katanya.
Dari siang sampai malam kemarin saya mendapatkan banyak support, dan semoga niat baik ini terus mendapat dukungan dari semua kalangan dan semesta.
“Pesan saya mari bareng-bareng untuk kita saling mengingatkan, saling membantu untuk literasi anak-anak dan warga Buleleng,” kata Sukedana.
Secara resmi Duta Baca Buleleng akan dinobatkan pada akhir April 2024 bersama dengan pengukuhan Bunda Literasi Buleleng yang akan dihadiri pejabat dari Perpustakaan Nasional dan Duta Baca Nasional, Gola Gong. [T][Ado]
Editor: Jaswanto