3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sihir “Kematian” di Mimbar Obituari Frans Nadjira

Izzatul AsmabyIzzatul Asma
February 28, 2024
inEsai
Sihir “Kematian” di Mimbar Obituari Frans Nadjira

Mimbar Obituari Frans Nadjira di Lombok Timur | Foto: Asma

CERPEN Bercakap-cakap di Bawah Guguran Daun-Daun karya Frans Nadjira telah menyihir saya sejak perkenalan pertama hingga saya berlatih menghayatinya untuk dibacakan pada acara “Mimbar Obituari Frans Nadjira” di Lombok Timur, 24 Februari 2024 lalu. Komunitas kami, Kelas Reading Buya Syafii Lombok Timur, memberi saya mandat untuk membacakan cerpen itu, karena kira-kira dua pekan sebelumnya saya juga telah membacakannya dalam acara diskusi bulanan Kelas Reading.

Tentu saja saya merasa percaya diri menerima mandat tersebut, karena diam-diam saya sangat menikmati membaca cerita itu. Berbeda dengan cerita lain yang pernah saya baca untuk bahan perkuliahan, yang biasanya mengutamakan emosional pribadi penulisnya dan hanya menonjolkan romansa yang sama dengan realita hidup sehari-hari, cerpen BdGD sungguh menggugah sunyi pikiran. Sangat mengesankan bagi saya ketika narator dalam cerpen itu memanggil kematian dengan sebutan; Sahabat.

Kematian di sini diumpamakan kunjungan seorang sahabat. Jelas itu berbanding terbalik dengan citra umum yang menganggap kematian sebagai sesuatu yang mensayatkan dan menyedihkankan. Bagi saya, itulah di antara keunikan BdGD yang paling penting. Ia menuntun saya masuk ke dalam dunia kematian yang indah karena tak terpikirkan sebelumnya.

BdGD yang saya baca bersumber dari buku yang diterbitkan matamerabook (2004). Walaupun tak memiliki cetakan lain, saya percaya cerpen ini tak berbeda isinya dengan cerpen BdGD yang tercantum dalam buku terbitan 1979.

Pada hari pertama membaca cerpen tersebut, saya duduk di kamar sambil mengetik ulang cerpen dalam file screenshot yang dikirimkan panitia acara pada saya.

Saya telanjangi jendela yang ditutup gorden lalu saya biarkan seluruh ide saya untuk hidup. Sesekali saya memandangi dunia dari balik kaca jendela yang burik. Samar-samar saya lihat matahari dipeluk awan sampai menghilang. Yang terpancar hanya sebagian kecil dari terik yang biasanya menusuk kulit. Setelah selesai mengetik ulang, saya mencoba membaca dalam hati. Ternyata, memang benar adanya cerpen ini bernyawa.

Di luar jendela, suara guruh menyertai guguran daun-daun di taman belakang rumah. Lalu terlihat awan hitam mulai bergerak. Sontak saya keluar dengan membawa kertas cerpen ini. Saya memperhatikan sekeliling. Ada suara yang merambat melalui udara dan termakan paru-paru. Angin berembus pelan seperti berbisik bahwa akan ada yang datang.

Saya lihat awan hitam bergerak di atas menara masjid yang sedang mengumandangkan azan. Selang beberapa kedipan, hujan turun untuk menjawab segala kebingungan. Cerpen ini membuat saya melipir sebentar dari dunia saya.

Dibiarkannya saya bermain dalam hujan. Mengingat segala kenangan indah masa kecil yang mengharukan. Menumpahkan segala sesuatu yang saya rindukan ke dalam guyuran hujan yang menyembunyikan rembesan air matsaya. Saya dibiarkan bermain dan keluar dari kerepotan hidup sehari-hari. Saya mendadak lupa bagaimana suara bising mesin cuci tiap pagi. Saya lupa bagaimana debu selalu mendominasi paru-paruku saat menyapu. Kini, saya benar-benar percaya bahwa cerpen ini bernyawa.

Saya bergegas menyelesaikan permainan yang saya mulai dengan hujan karena saya menyadari sosok yang datang telah menitipkan pesan. Malam harinya, saya terus mengulang bacaan dalam hati. Saya merencanakan besok pagi akan menjadi latihan perdana saya dalam membawakan kehebatan Om Frans.

Besoknya, pagi tidak seberat hari-hari kemarin. Ada yang berdesir dari dalam dan mendorong saya keluar. Cerpen ini menggugah saya untuk terus bermain dengannya. Tanpa saya sadari, suara bising mesin cuci tiap pagi tidak lagi mengiris gendang telinga saya.

Ada suara lain yang membuat saya tidak lagi terganggu. Hembusan angin, kicauan burung, guguran daun, kepakan sayap kupu-kupu, pohon bambu yang menari-nari dan ikan yang melompat-lompat dengan girang. Beberapa hal-hal yang sudah saya sebut di atas, seringkali luput dari indra-indra saya.

Tapi pagi ini, dengan cerpen yang dititipkan Om Frans untuk saya baca, saya merasakan kebermaknaan di tengah-tengah kebosanan yang berulang. Raga saya seperti mengenali bagaimana saya harus memaknai hidupku kali ini. Kematian orang-orang yang saya cintai seperti mendung sepanjang tahun yang masih belum bisa saya lalui.

Akan tetapi, Om Frans membantu saya memahami bahwa kematian bukan sesuatu yang merenggut. Kematian hanya menjaga apa dan siapa yang sudah tak sanggup hidup di dunia. Mungkin saja, dunia yang ditawarkan kematian lebih tenang daripada dunia yang sedang saya tinggali saat ini.

Hari-hari dalam sepekan saya jalani sambil mengingat kata-kata yang bernyawa dalam BdGD. Sekali waktu, saya merasa indra yang tersembunyi seperti terbuka. Saya mendadak peka dengan segala hal yang ditangkap oleh indra saya. Kembali saya melihat awan hitam yang bergerak di atas menara masjid. Menyaksikan guguran daun-daun yang memenuhi jalanan yang basah. Melihat-lihat segala yang bermain dalam hujan. Semua tertangkap oleh retina dan berubah menjadi kekal dalam akal.

Lagi-lagi saya meyakini, Om Frans memang memilih saya untuk mengemban tugas membaca kehebatannya. Lalu pada suatu malam, di kamar, saya kedatangan seorang tamu. Ia adalah Om Frans itu sendiri. Saya menonton beliau berpuisi. Tanpa ia melirik, saya hanya termangu memandanginya bersama ratusan orang yang juga menyaksikannya. Saya kedatangan Om Frans dalam mimpi. Mimpi itu seperti berkat yang langsung saya terima darinya. Oleh karena itu, saya mengharuskan diri untuk selalu mengulang dan mengingat-ingat kata-kata bernyawa darinya.

Pada malam saya membawakan cerpen Bercakap-cakap di Bawah Guguran Daun-Daun karya Om Frans, saya berdoa untuk diberkati olehnya. Selang beberapa waktu, hujan terjun bebas ke bumi lalu saya maju ke mimbar obituari membacakan cerpen ini.

Dalam suasana yang menghidupkan indra, suara air, angin, juga malam yang tak bising membantu saya menikmati dunia di cerpen ini. Tanpa saya sadari, teks yang saya bawa ternyata tidak saya anggap ada. Saya terus membaca kata demi kata dengan mengandalkan indra-indra yang hidup. Ternyata saya berhasil, membaca tanpa teks dan merasakan bahwa Om Frans memang berada di antara wajah-wajah yang memandangi saya.

Mimbar Obituari Frans Nadjira memupuk batin yang sudah lama berkutat dengan kerepotan hidup yang membosankan. Bercakap-cakap di Bawah Guguran Daun-Daun karya Frans Nadjira akan selalu kekal dalam pikiran, dalam jiwa yang gelisah mencari.[T]

Masbagik, Lombok Timur, Februari 2024

In Memoriam Frans Nadjira: Perjalanan Hidup, Perjalanan Puitik
Perayaan 81 Tahun Penyair Pelukis Frans Nadjira: Meriah dengan Diskusi dan Baca Puisi
Perjalanan Hidup, Perjalanan Puitik; Metamorfosis Frans Nadjira dari Jendela dan Sesudahnya
Sebuah Pertemuan – [77 Tahun Sastrawan Frans Nadjira]
Tags: apresiasi sastrabaliCerpenFrans Nadjiramemoriaobituarisastra
Previous Post

Tarung Caleg Berdarah Bali di Luar Kandang

Next Post

Minikino Merilis Laporan Publik Indonesia Raja 2023 dan Rencana Kerja 2024

Izzatul Asma

Izzatul Asma

Aktif mengikuti diskusi sastra di Kelas Reading Buya Syafii Lombok Timur. Kini sedang berkuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di sebuah perguruan tinggi di Lombok Timur.

Next Post
Minikino Merilis Laporan Publik Indonesia Raja 2023 dan Rencana Kerja 2024

Minikino Merilis Laporan Publik Indonesia Raja 2023 dan Rencana Kerja 2024

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co