30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Budaya yang Menjadi Entah

Vito PrasetyobyVito Prasetyo
February 11, 2024
inEsai
Budaya yang Menjadi Entah

Foto ilustrasi tatkala.co

DALAM buku Lingkungan Hidup dan Kapitalisme, Fred Magdoff dan John Bellamy Foster (2017) menyitir teorema ketidak-mungkinan (Herman Daly), yang menyatakan bahwa ekonomi tidak mungkin bisa tumbuh secara terbatas. Teori yang sekaligus sindiran terhadap penguasaan ekonomi oleh kapitalis.

Maka menciptakan lingkungan sempit mempertajam gerak kapitalis dengan cara-cara masif. Salah satu cara untuk menguasai karakter manusia termasuk mengabaikan karakter budaya. Dan menjadi ritme permainan yang kian menarik dalam sistem perpolitikan. Apalagi waktunya yang begitu dekat dengan kontestasi pemilu.

Masih adakah kenuranian etika, di tengah demokrasi yang kian terpuruk? Mungkin hanya logika orang kurang normal yang menganggap situasi kini aman-aman saja. Sebab jika sudah bersentuhan dengan norma-norma demokrasi, maka rakyat dan negara ada di dalamnya, tidak terpisah satu sama lainnya.

Benarkah zaman kini memunculkan rasa ketakutan; rasa was-was; ketidakpastian yang berkepanjangan, hingga melahirkan asumsi logika yang disebut sebagai zaman nalar. Revolusi logika seakan memacu pemikiran moderat yang mematahkan teori-teori masa lalu. Pemikiran antitesis seakan menyejajarkan pemikiran manusia dengan konsepsi malaikat. Membangun mimpi dengan tangan-tangan manusia yang kemudian memunculkan asumsi baru.

Menyitir sebuah catatan peristiwa yang dirilis Majalah Tempo berjudul: “2023 Tahun Politik yang Mengerikan” (31 Desember 2023), apakah ini dampak dari kemerosotan demokrasi dan kebebasan hukum menjadi stagnan? Secara logika, dinamika politik akan berimbas pada perilaku sosial (etika budaya). Kondisi kestabilan politik tentunya akan memengaruhi struktur sosial yang dihadapkan pada pilihan-pilihan dilematis. Maka, sangat wajar jika muncul istilah annus horribilis (tahun yang mengerikan).

Seyogianya, jika ada dinamika dalam politik ini bisa dianggap sebagai hal yang wajar. Tetapi karena kebijakan yang dilaksanakan melanggar tata normatif hukum, oleh sekelompok orang yang mengatas-namakan negara, ini artinya tidak ada lagi etika pada putusan-putusan tersebut. Munculnya kerusakan-kerusakan demokrasi yang memperparah kondisi dalam kehidupan bangsa dan negara, hingga konsep pemikiran bisa terstimulasi oleh hal-hal yang agak sensitif.

Budaya yang dianggap sebagai tradisi peninggalan masa lalu, seperti memacu kereta-kereta konvensional, berjalan terseok-seok di antara deru zaman yang bertransformasi diri menjadi kapitalis teknologi. Kekuatan baru yang meruntuhkan nilai-nilai entitas manusia, yang seyogianya tetap menjadi manusia beradab dan berintelektual. Konsep ini, mungkin hanya penggalan sejarah yang tidak lagi relevan dengan tantangan kini.

Pemikiran manusia terpacu. Risiko yang harus ditanggung oleh pengendali dunia, yang dinamakan manusia, sudah melupakan siapa sesungguhnya manusia itu. Hari kiamat seperti yang tertulis dalam kitab suci, seakan menjadi penghalang untuk mewujudkan impian sekelompok manusia. Meski risiko terbesar adalah sebuah ketakutan luar biasa. Penyakit psikologis bermunculan di mana-mana.

Dunia berubah menjadi apokaliptik; dunia berubah menjadi ketidakpastian, ketidaktahuan, keterbatasan, bahkan ketidakadilan yang akan menjadi penghalang impian manusia. Ancaman badai, seperti katastrofe, juga kondisi internal psikis manusia, seperti distopia, seharusnya tidak boleh mengiringi kehidupan manusia. Hidup adalah pilihan yang menempatkan penanda dan petanda untuk terus abadi. Mungkin puisi adalah frasa terindah untuk wujudkan impian. Menunda ajal!

Silang pendapat, memaksa manusia tidak mampu berlaku adil pada pikirannya sendiri. Manusia lupa, bahwa ada estetika budaya yang melekat pada dirinya. Media sosial yang menjadi sarana untuk melahirkan pemikiran baru; sumber ilmu pengetahuan dan wawasan baru, sering menjadi alih fungsi yang disalahgunakan dalam normatif etika.

Gejala silang pendapat atau perdebatan seolah menjadi keseharian di media sosial. Ironisnya, ini memunculkan kekuatan emosional yang mengalahkan penalaran sehat. Kemampuan analisis orang tentang sebab-akibat; yang merupakan kemampuan nalar – penting untuk menghadapi sesuatu yang samar; sesuatu yang entah penyebabnya.

Perenungan dan permenungan tentang kehidupan, seolah itu hanya menjadi urusan wilayah pribadi dan Tuhan. Entitas manusia itu bergerak maju dari ketidaktahuan, yang kemudian diketahui berubah menjadi sebuah persoalan (masalah) dalam spektrum ruang besar. Entah dan samar ini dihadapkan kepada manusia sebagai persoalan yang harus dipecahkan dan diterobos.

Mungkin kita atau seseorang harus merumuskan pengertian “entah” dan “samar” yang berpusar pada peristiwa-peristiwa. Kemudian rumusan ini menjadi rujukan sejarah kelak. Di mana, kelak ini menjadi perjalanan waktu yang memunculkan analisis-analisis baru. Bisa jadi membentuk peradaban baru. Kenapa demikian, karena kelak (waktu yang tanpa kepastian) memunculkan fenomena di mana manusia menjadi terasing, kelaparan, menanti datangnya maut, menghadapi musibah, dan lain sebagainya.

“Entah” kemudian berkembang dalam keilmuan futurolog; yang berhadapan dengan kemajuan sains dan teknologi, serta munculnya adaptasi baru dalam fenomena sosial. Bisa juga, munculnya berbagai penyakit baru yang belum terdeteksi. Maka, sains dan teknologi menjadi terapan bagi disiplin ilmu kedokteran. Ini pastinya juga berkutat pada persoalan sebab-akibat.

Babak atau fase penyakit yang berdampak langsung pada kesehatan manusia, hanya mampu dilakukan simultan, jika kondisi ini terjadi di beberapa negara atau seluruh dunia mengalami hal yang sama. Hanya disayangkan, hal-hal yang bersentuhan dengan kemanusiaan juga memunculkan persoalan ketidakadilan, misalnya dana diselewengkan atau dikorupsi.

Semua menjadi “entah”, apa penyebabnya; dari mana asalnya; penyakit yang tidak dikenal, karena sudah membudaya, entah karena belum ada yang menganalisis dan menelaahnya. Hukum yang menjadi pembatas norma seperti kehilangan nalar dan naluri logika. Bicara kebenaran hanyalah hari-hari yang menakutkan; akal manusia seakan buntu, bagaimana menghentikan sesuatu yang disebut dengan -entah-

Sesuatu yang berhubungan dengan etika moral, jika terjadi perubahan yang sangat signifikan dalam kontekstual keseharian bisa dianggap sebagai gejala atau isyarat baru atas sebelumnya. Munculnya peradaban baru dengan manifestasi budaya yang juga baru. Apakah saat ini terjadi dengan ditandai pembangunan IKN? Bisa jadi, karena perspektif orang sudah diracuni oleh hal-hal yang terkesan fantastis. Atau hanya memaksakan membangun mimpi seseorang menjadi nyata. – entah!

Maka ketika zaman modern terdesak dengan silogisme kapitalis, harus ada cara untuk memberangus kebenaran, keadilan, humanisme, dengan penciptaan “entah” yang baru. Memunculkan rasa takut, rasa cemas yang berlebihan dan menyamarkan nilai-nilai budaya yang dianggap tidak lagi relevan dengan kebutuhan zaman.

Persoalan-persoalan moralitas menjadi antitesis budaya, yang mungkin cukup hanya dikaji dan didiskusikan dalam ruang-ruang agama. Manusia harus menjadi pemberani, yang tidak harus didasari oleh ketidaktahuan dan ketidakadilan. Ini sudah menjadi wilayah revolusi logika, yang mampu menjamah ruang-ruang di luar nalar logika dan etika.

Manusia menjadi tidak dewasa dengan kesakralan budaya. Peradaban dunia modern tidak hanya cukup dirancang dengan budaya. Kedewasaan harus tumbuh dengan keberanian menggunakan akal, intelektual dan kearifan diri. Kontemplasi nalar logika seharusnya menjadi kendali dalam sistem. Ada kalanya menjadi penghangat, tetapi di sisi lain juga harus berfungsi pendingin. Pertanyaannya, siapa yang jadi kendali atas kondisi ini, yang tampaknya memang tidak sedang baik?

Zaman sudah semakin dewasa, konsep “entah” menjadi senjata pelindung diri. Yang dimainkan oleh aktor-aktor yang perannya sama cerdasnya dengan robot-robot pintar kecerdasan buatan (artificial intelligence). Ketidakdewasaan juga membuat manusia harus dituntun dalam tatanan sosial, agama dan penguasa. Orang tak akan mampu menjadi dewasa karena tidak mencari jalan sendiri. Zaman telah terprovokasi dalam elipsis revolusi logika, bila perlu menelanjangi hukum!

Hanya menghitung hari, yang kian sempit untuk membuat orang harus lebih berpikir jernih dan rasionalitas dalam menentukan pilihan, siapa calon presiden terbaik bagi bangsa ini. Calon yang tentunya lebih mengedepankan kepentingan masyarakat luas; calon yang tetap menjaga etika moral, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi bangsa. Calon yang memiliki konsep perubahan yang lebih substantif. Yang tentunya, harkat dan martabat bangsa menjadi tingkat pencapaian di mata dunia, bukan dengan cara kapitalis dan oligarki. Keberanian ini tentunya akan menjawab keresahan: budaya yang menjadi entah! Bangsa seharusnya memilih seorang presiden, bukan untuk memilih penguasa. [T]

Sastra dalam Stereotip Modern
Tags: Budayakebudayaan
Previous Post

Ambivalen, Surat Edaran Dirjen GTK 0559/B.B1/GT.02.00/2024 tentang Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah

Next Post

Politik Uang Tampaknya Masih Tumbuh Subur Pada Pemilu 2024

Vito Prasetyo

Vito Prasetyo

Lahir di Makassar, Februari 1964. Kini tinggal di Kabupaten Malang. Pernah kuliah di IKIP Makassar.

Next Post
Menggugat Notaris

Politik Uang Tampaknya Masih Tumbuh Subur Pada Pemilu 2024

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co