MUSIK sayup-sayup terdengar dari parkiran Rumah Tanjung Bungkak atau disingkat RTB ketika saya baru pertama kali menginjakkan kaki di sana dan memarkir motor sore itu. Awalnya saya kira RTB adalah sebuah rumah yang memang dikhususkan untuk melaksanakan acara-acara seni terutama musik. Namun, perkiraan saya salah, baru masuk saja saya sudah disuguhkan dengan sebuah tempat dengan suasana tongkrongan ala-ala coffee shop.
Lebih masuk ke dalam lagi, di sebuah tempat yang mirip aula terbuka namun dengan skala yang lebih kecil, di sana adalah sumber musik yang sayup-sayup saya dengar tadi. Beberapa orang tengah sibuk berbincang. Begitu pula ada beberapa orang yang saya kenal, meskipun hanya lewat lagu-lagunya. Perbincangan tampak hangat meski saya lihat dari kejauhan.
Kursi sofa sudah berbaris rapi, begitu pula dengan kursi-kursi kayu yang ada di depannya, seperti siap menyuguhkan diskusi-diskusi hangat yang siap kami para awak media mendengarnya. Beberapa kawan media pula tengah asik berbincang dan menikmati suguhan-suguhan yang diberikan. Beberapa saat setelahnya, press conference ini dimulai.
Beberapa orang duduk di sofa depan. Di antaranya Rudolf Dethu (Rumah Tanjung Bungkak), Anom Darsana (Antida Music Production), Sandrina Malakiano (Bali Wariga), Robi Navicula, Dadang SH Pranoto (Pohon Tua Creatorium), Kristian (mewakili Jazz).
Mereka adalah penggagas acara Music Celebration 2024 yang akan diadakan di Rumah Tanjung Bungkak, Jl. Hayam Wuruk, Panjer, Denpasar pada tanggal 27-28 Januari 2024.
Music Celebration 2024 adalah sebuah fenomena musik kolosal yang memadukan kegembiraan seni dengan tanggung jawab lingkungan, kini akan membuka tirai tahun baru dengan keajaiban yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak tahun 2011, event yang diprakarsai oleh Anom Darsana dari Serambi Art Antida ini telah tumbuh menjadi panggung utama yang dipenuhi semangat baru dan eksplorasi musik yang mendalam.
Festival ini digelar di RTB – Rumah Tanjung Bungkak, wahana ekraf terbaru dan terluas di Denpasar.
Selama dua hari penuh, acara berlangsung di tiga lokasi berbeda di RTB: Amphitree di taman depan, Backyard di halaman belakang, dan Bunker di gedung pertunjukan. Kolaborasi erat antara Antida Production, RTB, Bali Wariga, Pohon Tua Creatorium, dan Music Declares Emergency Indonesia/IKLIM menciptakan inisiatif solid yang mengubah Music Celebration 2024 menjadi peristiwa khusus.
“Music Celebration 2024 adalah puncak dari tahun-tahun dukungan, menjadi acara yang sangat besar berkat upaya kolaboratif dari teman-teman di komunitas musik,” ujar Anom Darsana, pendiri Antida Music Production dengan membuka diskusi sore hari itu.
Tidak hanya sebagai festival, Music Celebration 2024 adalah perayaan para musisi yang menjadikan musik sebagai fokus utama. Dengan skala kolosal, festival ini diadakan di masa awal tahun baru, menciptakan momen serial yang berkesinambungan sejak tahun sebelumnya.
Dengan melibatkan sekitar 150 musisi dari berbagai kalangan, mulai dari musisi muda hingga musisi yang jam terbangnya sudah tidak terhitung, acara ini menjadi panggung inspiratif bagi maestro musik dari kelas Anugerah Musik Bali hingga Anugerah Musik Indonesia. “Music Celebration 2024 adalah bukti kebersamaan musisi dari berbagai lapisan, menciptakan harmoni musikal yang memukau,” tambah Anom Darsana.
Foto dari kiri ke kanan: Rudolf Dethu (Rumah Tanjung Bungkak), Anom Darsana (Antida Music Production), Sandrina Malakiano (Bali Wariga), Robi Navicula, Dadang SH Pranoto (Pohon Tua Creatorium), Kristian (mewakili Jazz)
Varian genre yang ditampilkan mencakup spektrum yang luas, dari rock, jazz, folk, reggae, world music, hingga elektronik/DJ, menciptakan pengalaman penuh warna bagi penonton.
“Kehadiran genre yang beragam mencerminkan semangat inklusivitas dan keberagaman musik di Music Celebration 2024,” ungkap Rudolf Dethu, sang pemegang kunci Rumah Tanjung Bungkak.
Namun, mengingat tahun ini merupakan tahun politik, Music Celebration 2024 dengan tegas menyatakan ketidakberpihakan politik dalam penyelenggaraannya. Sandrina Malakiano, perwakilan Bali Wariga, menyoroti prioritas keamanan acara ini dan menegaskan ketidakberpihakan dalam ranah politik.
“Keamanan acara ini adalah fokus utama kami. Music Celebration 2024 adalah perayaan yang terbebas dari pengaruh politik. Kami berkomitmen menciptakan ruang yang aman dan inklusif untuk semua,” ungkap Sandrina Malakiano.
Robi, pentolan Navicula, menyoroti aspek keberlanjutan lingkungan.
“Komitmen kami bukan hanya pada musik, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan. Music Celebration 2024 adalah perayaan musik yang bertanggung jawab lingkungan,” kata Robi.
Dadang SH Pranoto, dari Pohon Tua Creatorium, menyoroti peran penting tempat ini bagi musisi indie di Bali. “Dengan berkolaborasi bersama, festival ini mampu menjembatani musisi-musisi indie Bali dan sekaligus menjadi bukti komitmen terhadap ruang-ruang kreatif ini,” ucap Dadang.
Inisiatif MUSIC CELEBRATION 2024 yang mengedepankan isu ekologi semakin menarik, menjadikan festival ini sebagai perwujudan musik yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberdayakan lingkungan.
Musisi-musisi yang akan tampil melibatkan Astera, Ary Juliyant, Deep Sea Explorer, DJ Evie, Galiju, Kai Mata, Made Mawut, Modjorido, Navicula, Nobeleaf, Prabumi, Rhythm Rebels, Soul n Kith, The Hydrant, The Jigs, dan The Munchies.
Sementara itu, musisi jazz yang turut ambil bagian melibatkan Yuri Mahatma & Astrid Sulaiman, Gaya3brothers, Kanhaiya, Boogie Prastyo, Balawan, Andien Pazmail Quartet, Kevin Suwandi, Sela, Jaklime, Kristian Trio, dan Rason.
Ketika mendengar ada banyak genre yang akan ditampilkan dan di tiga tempat dalam 1 harinya, saya seperti teringat dengan beberapa festival sastra yang sering saya kunjungi, namun kali ini dibalut dengan sebuah acara yang berbeda.
Saya jadi membayangkan bagaimana setelah kita menonton dengan riang dan ikut bernyanyi di satu tempat, lalu diarahkan ke tempat berbeda dengan suasana dan genre yang lain pula. Namun berbeda dengan genre Jazz, mereka dikhusukan hanya dalam 1 tempat yaitu di Amphitree di halaman depan. Karena saya yakin pendengar musik Jazz akan menikmatinya dengan segelas kopi, sebatang rokok dan percakapan hangat.
Yang menarik dari acara ini adalah gratis dan free entry: Acara ini sepenuhnya terbuka untuk semua kalangan tanpa dipungut biaya masuk. Ini yang menjadikan acara semakin menarik ditambah lagi pemberdayaan lingkungan dan musisi yang turut andil di dalamnya. Tidak seperti acara-acara di lapangan yang luas dengan kantong sampah tidak memadai dari jumlah penonton dan bisa jadi tidak ada sama sekali.
Festival ini selain untuk mengibur tetapi juga turut sadar akan masalah-masalah di sekitar kita, misal saja lingkungan dan iklim yang tidak menentu sampai hari ini.
Saya menjadi tertarik dengan konsep-konsep acara seperti ini, selain menghibur acara seperti ini juga menunjukkan bahwa setiap festival dengan musisi yang sedang hits tidak pula menunjukkan lingkungan akan menjadi baik. Malah bisa jadi sebaliknya.
Sampai jumpa tanggal 27-28 Januari 2024 di RBT – Rumah Tanjung Bungkak, bukan hanya sekedar menghibur diri, namun juga turut sadar denga napa yang terjadi di sekitar kita kini dan nanti. [T]
Reporter: Satria Aditya
Penulis: Satria Aditya
Editor: Adnyana Ole