5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yogyakarta dan Musik Puisi yang Tak Pernah Kehilangan Tempat

Aqilah MumtazabyAqilah Mumtaza
December 23, 2023
inUlas Pentas
Yogyakarta dan Musik Puisi yang Tak Pernah Kehilangan Tempat

Penampilan Buktu dan para penonton yang berkerumun di depan panggung | Foto: Tim Dokumentasi Tapssu

“MERANTAU” menjadi kata yang dipilih sebagai tema utama pada pertunjukan malam itu. Namun, kata yang berkonotasi pergi jauh dari rumah tersebut justru membawa salah satu bentuk kesenian untuk pulang ke kampung halamannya, Yogyakarta.

Disebutkan dalam berbagai sumber bahwa kota yang dijuluki kota pelajar tersebut merupakan tempat lahirnya sebuah bentuk seni yang menggabungkan musik dan puisi. Orang-orang akrab menyebutnya dengan ‘musikalisasi puisi’.

Dibidani oleh para pegiat sastra di Yogyakarta tahun 1970-an, musikalisasi puisi lahir dengan sebutan poetry singing. Pergelaran musikalisasi puisi pun kerap diselenggarakan pada acara-acara sastra.

Pada tahun 2013-2019 perhelatan musikalisasi puisi giat diadakan oleh komunitas maupun lembaga kesenian, sebut saja “Pergelaran Musikalisasi Sastra” yang diadakan Taman Budaya Yogyakarta ataupun “Gelaran Musik Puisi: Duduk Bersama” yang diadakan komunitas Ngopinyastro. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perhelatan serupa jarang terdengar gaungnya.

Tapssu (Tak Perlu Sedu Sedan itu) yang diadakan oleh media alternatif Hiruk Pikuk berkolaborasi dengan komunitas sastra Jejak Imaji seolah menjadi perhelatan yang mengembalikan spirit kerja kolaborasi musik dan sastra, sekaligus menghadirkan kembali acara pertunjukan khusus musikalisasi puisi di Yogyakarta.

Setelah sukses melangsungkan edisi pertamanya pada 26 Juli 2023 di Cerita Makna Coffee & Space, Tapssu kembali digelar. Edisi kedua yang diadakan pada 17 Desember 2023 kali ini berusaha merengkuh audiens di bagian utara kota Yogyakarta dengan memilih venue di Dua Arah Coffee.

Sebagai bentuk penghormatan pada seorang penyair, penyelenggara Tapssu #2 mengkurasi puisi-puisi karya Indrian Koto untuk dialihwahanakan. Lima puisi yang diambil dari antologi puisi “Pleidoi Malin Kundang” diberikan pada lima penampil untuk dipertunjukkan dalam bentuk lain.

Merujuk pada identifikasi bentuk musikalisasi puisi oleh Hamdy Salad dalam buku Panduan Wacana & Apresiasi Musikalisasi Puisi, puisi yang ditampilkan pada Tapssu #2 dibawakan dalam bentuk instrumentalisasi puisi (puisi dibaca sambil diiringi musik), laguisasi puisi (puisi diberi nada menjadi melodi layaknya sebuah lagu), dan kombinasi dari keduanya.

Roji Luji membuka acara dengan hangat | Foto: Tim Dokumentasi Tapssu

Penampil pertama, yakni Roji Luji membawakan puisi berjudul “Ke Langgai, Ke Asal Leluhur”. Regina Gandes Mutiary sebagai vokalis melantunkan nyanyian lembut sambil memetikkan gitar, diiringi efek suara dari perangkat elektronik yang dioperasikan oleh partner-nya, Azaro Verdo Nuary. Musik bertempo lambat tersebut menjadi sajian pembuka yang hangat untuk menyapa para penonton agar berkenan menetap hingga akhir acara.

Puisi “Yogya: Kelahiran Kedua bagian I” diinstrumentalisasikan dan dilagukan oleh penampil kedua, Notula. Pembagian suara vokalis laki-laki dan perempuan menyaru dalam harmonisasi yang manis dan selaras.

Mereka menggunakan instrumen gitar, keyboard, serta piano sebagai pengiring. Lantunan puisi yang dikemas menjadi musik indah oleh Notula menelisik masuk secara sopan ke telinga para hadirin yang mendengarkan.

Penampilan Noire dengan musik metal | Foto: Tim Dokumentasi Tapssu

Seolah membangunkan audiens yang terbuai dengan alunan musik sendu nan merdu, penampil selanjutnya hadir menggertak panggung. Noire, kelompok musik yang melabeli diri dengan genre post-rock, emo, dan skramz tersebut menginstrumentalisasikan puisi “Kota Luka” dengan dibacakan dan diringi musik metal.

Sesuatu yang unik dari penampilan Noire adalah penggunaan teknik scream oleh sang vokalis dalam membacakan puisi. Penampilan ini memberikan dinamika suasana yang kontras dari penampil-penampil sebelumnya. Nuansa hangat yang dirasakan para penonton bergeser menjadi perasaan menggebu yang berapi-api.

Serupa ombak di lautan usai terhantam badai, penonton kembali dibawa pada suasana tenang namun menghanyutkan. Kelompok musik Skena Futura membawakan beberapa buah karyanya serta puisi “Hujan buat Ibu” dengan warna musik groovy pop/chill pop.

Sesuai dengan genrenya, puisi dilagukan dalam jalinan musik groove bertempo lambat. Skena Futura berhasil mengemas sebuah lagu yang ditujukan pada sosok ibu secara sentimental. Sederhana, namun mengena.

Skena Futura dengan musik groovy pop/chill pop| Foto: Tim Dokumentasi Tapssu

Penampil penutup pada malam itu lagi-lagi membawa ambiens pertunjukan kembali memanas. Ialah Buktu, kelompok musik yang digawangi oleh Bodhi IA tersebut memang sudah tidak asing dengan bentuk instrumentalisasi puisi.

Malam itu mereka membawakan puisi “Malam Pengembara” dengan musik post-rock eksperimental. Efek-efek suara tidak hanya digunakan sebagai pegiring, tetapi juga digunakan untuk mengubah suara mic yang digunakan Bodhi IA dalam membacakan narasi.

Suasana dibangun secara perlahan menuju permainan musik yang liar dan lepas. Anggukan kepala dan ketukan kaki tak mampu tertahankan oleh para penonton, mereka berkerubung di depan panggung dan enggan menyudahi sajian dari Buktu dengan terus meminta repertoar lebih.

Acara Tapssu #2 pada malam itu pun berakhir sudah. Kata “pecah” agaknya mampu menggambarkan keberhasilan para panitia penyelenggara dalam mengelola sebuah event, mulai dari pemilihan penampil, pemilihan tempat, penataan panggung, maupun susunan acara. Predikat tersebut juga pantas disematkan pada setiap penampil yang mampu mengombang-ambing penonton dalam berbagai atmosfer yang berbeda.

Acara ini juga menandakan bahwa musikalisasi puisi tidak pernah kehilangan tempat di tengah skena permusikan dan sastra di Yogyakarta, khususnya dalam lingkup anak-anak muda seperti para panitia dan audiens yang memenuhi venue pada malam tersebut.

Sejauh apa pun ia “merantau”, Yogyakarta selalu menjadi tempat pulang yang akan tetap menyambutnya dengan pintu terbuka.[T]

Menyimak Bunyi-bunyian Karya Manusia dan Kecerdasan Buatan dalam konser Artificial Intelligence
Opera Ikan Asin: Kisah Si Raja Bandit dan Potret Hukum yang Bisa Dibeli
Tags: musikalisasi puisisastraYogyakarta
Previous Post

Dia Sedang Berjuang | Cerpen Putri Santiadi

Next Post

Tradisi Berburu Ulat Jati di Awal Musim Penghujan

Aqilah Mumtaza

Aqilah Mumtaza

Lahir di Cilacap, tumbuh dan besar di Yogyakarta. Lulusan prodi S-1 Musik di ISI Yogyakarta. Pernah bergabung dalam beberapa organisasi jurnalistik di kampus. Dapat disapa melalui Instagram @aqilahmumtaz

Next Post
Tradisi Berburu Ulat Jati di Awal Musim Penghujan

Tradisi Berburu Ulat Jati di Awal Musim Penghujan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co