11 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menjalin Pertautan dalam Ekosistem Musik Jazz Tanah Air

Lintang Pramudia SwarabyLintang Pramudia Swara
November 21, 2023
inUlas Musik
Menjalin Pertautan dalam Ekosistem Musik Jazz Tanah Air

Keterangan Gambar: sesi percakapan dengan sejumlah penggagas festival jazz di tanah air

Suasana kota Yogyakarta melekat dengan nuansa yang dinamis, diwarnai ragam festival kesenian yang tersebar di segala penjuru. Di tengah hingar bingar kota seni dan sibuknya perkuliahan, Indonesian World Jazz Meeting terselenggara di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta. Hari Jumat 17 November 2023, saya berkesempatan hadir mengikuti konferensi.. Ketika itu kesadaran tentang kesuburan ekosistem musik jazz sedang mengudara bertepatan dengan 1 hari menuju perhelatan Ngayogjazz 2023.

Konferensi yang saya hadiri mempertemukan para pelaku industri musik jazz di Indonesia dengan para organizer festival maupun event dunia, termasuk media massa dari dalam dan luar negeri. Kehadiran saya setidaknya mewakili kalangan yang tidak bergumul banyak dengan dunia musik jazz. Pihak-pihak dari sejumlah subsektor ekonomi kreatif maupun lembaga pemerintahan lain pun belum tentu memiliki pemahaman yang mendalam soal bagaimana musik jazz seharusnya dikelola, maka dari itu konferensi ini menjadi ruang diskusi yang ditunggu-tunggu.

Pembicaraan tentang musik jazz dan festivalnya di tanah air tidak terlepas dari nama-nama seperti Irwansyah Harahap dan Djaduk Ferianto yang menginisiasi terma “World Jazz” begitu pun berkiprah untuk memulai festival jazz bercorak nusantara sebagaimana yang diungkap oleh Aji Wartono selaku board director dari Ngayogjazz.  Baik almarhum irwansyah dan Djaduk memang sudah berpulang namun meninggalkan jejak dan warisan yang sangat berarti.

Kegiatan sarasehan terbagi menjadi sejumlah sesi dengan tema besar yang diangkat. Sesi pertama mengajak saya turut mempertanyakan “Apakah ada world music atau world jazz di Indonesia?” . Agus Setiawan Basuni selaku founder wartajazz yang ketika itu menjadi moderator bertutur tentang bagaimana seorang Joey Alexander menjadi nominasi penghargaan grammy sebanyak tiga kali. Peristiwa ini membangkitkan spirit soal pergerakan musik jazz di Indonesia yang sudah berlangsung di mana-mana. Ragam diskusi  soal musik Jazz yang bergulir juga hendak mewacanakan lokalitas sebagai penguat identitas musik dalam konteks lanskap geografis.

Keterangan Gambar: kesibukan mencatat percakapan di Indonesian World Jazz Meeting 2023

Ide dari Djaduk Ferianto  mengenai Ngayogjazz pada tahun 2007 membuka ruang untuk kerja seni kolektif di Yogyakarta. Kolaborasi musik sangat terbuka dengan musik lintas genre yang pertunjukannya dilangsungkan di desa-desa. Saya mendapat cerita bahwa sebelum pandemi, Ngayogjazz bisa meraih jumlah sampai 40.000 total penonton. Setelah pandemi usai, jumlah penontonnya di angka 20.000 – 25.000 sebagaimana yang disampaikan Aji Wartono. “Tiket gratisnya unlimited, kita adakan workshop recording, ririungan, sharing, jam session, banyak hal” tutur sang board director.

Percakapan bertolak menuju Yuri Mahatma, seorang penggagas Ubud Village Festival yang memiliki misi untuk menghadirkan warna yang berbeda, karakter yang distingtif dan begitu terbuka untuk berkolaborasi di panggungnya. Saya juga menangkap bagaimana perhelatan festival musik jazz juga pada akhirnya bersifat pragmatis karena berupaya agar orang-orang yang tidak mengerti musik untuk bisa turut menikmatinya.

Sejurus dengan itu, Anas Syahrul Alimi sendiri tidak menyangkal bahwa di Prambanan Jazz yang ia kerjakan, musisi non jazz kerap hadir, dan itu murni terjadi di berbagai panggung festival jazz dunia. Sekilas kita membaca bahwa ada ketidaksesuaian genre dan idealisme, akan tetapi itu sudah lazim terjadi di mana-mana dan tidak mungkin dihapuskan.

Melalui percakapan yang berlangsung intens di antara semua narasumber, saya menyadari bahwa panggung musik jazz komersil juga berusaha menjual pesona alam dan ujung tombaknya tentu termasuk venue penyelenggaraannya. Vinko Mihajlovic yang turut hadir juga mengatakan bahwa di Montenegro sendiri, panggung “Petrovac Jazz Festival”  ingin menawarkan suasana Mediterania demi memikat antusiasme penonton. Persoalan yang lebih penting lagi untuk digulirkan adalah bagaimana mereka bisa menjual musik sebagai subsektor ekonomi kreatif untuk menembus pasar internasional?

Hasil diskusi yang berjalan pada akhirnya tiba pada satu titik yang membuat saya menangkap bahwa diperlukan langkah yang lebih serius dalam mengelola subsektor ekonomi kreatif, terkhusus musik. International World Jazz Meeting 2023 yang mengundang sejumlah stakeholder yang bergerak di lingkup kementerian maupun wilayah ekonomi kreatif hendak mengupayakan konsep pembiayaan berupa “revolving fund” untuk memodali penyelenggaraan festival.

Setidaknya saya boleh menyarikan perkataan Ari Setyo dari Kemenparekraf bahwa modal yang telah membiayai harus diputar dan mendorong sustainability untuk perhelatan festival di tahun-tahun berikutnya. Artinya modal tidak pernah habis dan keberlangsungan festival tidak boleh mati begitu saja setelah sumber daya finansialnya tidak mencukupi.

International World Jazz Meeting 2023 menjadi jawaban atas “missing link”, ketakterhubungan antara musisi, pembuat event, dan stakeholder yang belum bergerak bersama menciptakan sinergi. Ketika sebelumnya penyelenggara festival banyak yang protes karena tidak dibiayai, maka pertemuan ini akan membuka ruang kerja sama dan koneksi yang semakin menguat. Terdapat celah untuk mensupport festival yang berlandaskan konstitusi berdasarkan undang-undang pemajuan kebudayaan.

Diskusi yang berlangsung mengetengahkan bagaimana dana abadi kebudayaan yakni Dana Indonesiana dari Kemdikbud dapat menjadi sumber yang menyokong maestro, memperkuat institusi, mendukung keberlangsungan festival, serta menjadi perwujudan peran serta negara dalam kontribusinya untuk ekosistem musik dan seni pertunjukan di tanah air.

Keterangan Gambar: sesi percakapan dengan sejumlah penggagas festival jazz di tanah air

Sarasehan berlanjut mengantarkan saya untuk menyelami Jazz Gunung yang diwakili oleh Bagas Indyatmono. Djaduk Ferianto dan Butet Kartaredjasa termasuk penggagas yang turut menuangkan andil, terutama berkaitan dengan wacana “Bromo bangkit kembali” pada tahun 2009. Djaduk Ferianto mengkurasi jazz dengan nuansa etnik untuk bisa menjadi penampil di perhelatan Jazz Gunung.

Festival Jazz Gunung berlangsung di Gunung Ijen, Bromo, Slamet, dan melibatkan komunitas, terutama musisi yang punya karya orisinil. Siapa sangka inisiatif untuk membangkitkan kehidupan di kawasan Bromo yang terdampak erupsi bisa bertransformasi menjadi festival Jazz yang tersohor?

Pertanyaan yang tebal muncul dari Frans Sartono, seorang wartawan musik senior yang kala itu juga diundang menjadi narasumber. Ia mengatakan “Harus menampilkan jazz yang seperti apa jazz Indonesia itu?”, sebuah pertanyaan yang relevan dengan judul konferensi yang saya hadiri. Bagi beliau, yang paling penting adalah bagaimana musik itu komunikatif ketika singgah di telinga, tidak peduli jazz atau bukan. Karena sekali lagi selalu ada unsur non jazz dalam sebuah festival jazz.

Tantangannya adalah bagaimana kita membawa yang lokal, mengusung musik etnik yang berpadu dengan idiom Jazz yang dilengkapi dengan “lingua franca” kita, atau bahasa pengantar termasuk pada lirik karya yang menjadi kunci terjalinnya resonansi antara penikmat dan musisi.

Keterangan Gambar: Frans Sartono (kiri) & Saya (kanan)

Kembali lagi pada persoalan krusial yang tak pernah rampung terselesaikan, seluruh penyelenggara festival berharap bahwa pemerintah dapat hadir memberi dukungan yang sebesar-besarnya. Mereka butuh perlindungan dan perizinan dari Kemenparekraf agar terwujud panggung festival yang hadir sebagai bentuk sinergi antara semua pihak yang terlibat, baik yang bergumul di ekosistem musik jazz, pelaku festival musik, dan komunitas yang belum tersorot stakeholder. [T]

Malam Puncak Ubud Village Jazz Festival 2023: Musik Jazz Adalah Bahasa Universal
Belajar dari Gelanggang Jazz
Penampakan Zaman Dalam Puisi Umbu: Mendengarkan Musik Jazz di Rumah Seorang Kenalan
Tags: festival musik jazzjazzmusik jazzYogyakarta
Previous Post

Upaya “Healing” dengan Membaca “Kakawin Sangutangis”

Next Post

“Tutur Aji Mancongol”: Penciptaan Semesta dan Menjaga Keharmonisan

Lintang Pramudia Swara

Lintang Pramudia Swara

Lahir di Kota Bandung pada tanggal 22 Desember 2001. Saat ini berstatus sebagai mahasiswa aktif program studi musik ISI Yogyakarta. Berkiprah juga sebagai penulis lepas dan terlibat dalam klub jurnalistik musik aksaratala. Instagram: @lintangswar

Next Post
“Tutur Aji Mancongol”: Penciptaan Semesta dan Menjaga Keharmonisan

“Tutur Aji Mancongol”: Penciptaan Semesta dan Menjaga Keharmonisan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit

by I Made Pria Dharsana
June 10, 2025
0
Perjanjian Pengalihan dan Komersialisasi Paten dalam Teori dan Praktek

Tanah HGB, Kerjasama dan Jaminan Kredit : Pasca Putusan MK Nomot 67/PUU-XI/2013 Penulis: Dr. I Made Pria Dharsana, SH., MHumIndrasari...

Read more

Paradoks Kebebasan Berpendapat dan Kebebasan Menghina

by Ahmad Sihabudin
June 10, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

BERPENDAPAT katanya boleh mengatakan apa pun, bebas berekspresi, termasuk pernyataan “hinaan”. Kalau begitu menghina juga sama dengan berpendapat, menurut para...

Read more

Komunikasi Egaliter di Era Predator Citra

by Petrus Imam Prawoto Jati
June 10, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

SIDANG pembaca yang budiman, akhirnya kita mengalami hidup di zaman sekarang ini, zaman paling komunikatif dalam sejarah manusia. Tapi anehnya,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co