[Esai ini disampaikan pada Sarasehan “Bergerak Bersama Lumbung Seni Menuju Tabanan Era Baru” Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan dan Maha Rupa Batukaru, pada Selasa, 14 Oktober 2023 pukul 09.00 Wita, 2023]
SELAIN dikenal sebagai lumbung beras Tabanan juga merupakan lumbung seni, telah banyak seniman besar lahir dari daerah ini seperti maestro Nyoman Maria, sastrawan Putu Wijaya, maestro pematung Nyoman Nuarta, perupa Made Wianta, Putu Sutawijaya, Made Sumadiasa, Gusti Nurata dan adiknya Samar Gantang dan sederetan nama-nama sohor lainnya.
Sebelumnya pada pra kemerdekaan ada geliat kreatif seni lukis wayang di Kerambitan Sanggar Kopang, oleh Anak Agung Aji Kopang, serta I Made Matjong yang sempat dicatat penulis Thomas L. Cooper dan diterbitkan dalam jurnal internasional Archipel 2007. Karya-karya seni lukis wayang Kerambitan memiliki potensi artistik yang dapat dijadikan bahan referensi betapa kreativitas seniman zaman dahulu sudah cukup tinggi, dengan mengadopsi anatomi plastis yang diterapkan pada wayang.
Pemakaian cat dan dilukis pada kayu bagian parba, menjadikan seni lukis wayang Kerambitan memiliki kebedaan dengan seni lukis induknya di Kamasan Klungung. Berikutnya ada sosok Kayit yang diapresiasi oleh orang luar, bersama Wayan Teher, Nodia mereka dicatat sebagai sosok pembaharu oleh A.A. Made Djelantik dalam buku Balinese Paintings terbitan Oxford tahun 1990.
.
Namun sayang sampai kini belum ada yang tergerak untuk melakukan pencatatan dan pembacaan capaian karya-karyanya yang telah tersohor itu, sebagai aset kebudayaan daerah Tabanan yang telah dikenal luas. Dalam kesempatan untuk menggali beberapa topik terkait seni budaya Bali saya sowan ke guru Prof. Wayan Dibia, dan beliau menceritakan dengan antusias tengah menyelesaikan naskah buku biografi maestro seni tari asal Tabanan yaitu I Ketut Maria. Banyak data telah berhasil beliau temukan untuk mengungkap perjalanan hidup dan dunia kreatif sosok Maria.
Tentu ini merupakan kabar yang menggembirakan karena sudah ada yang berinisiatif untuk mengkaji dan mendokumentasikan sosok penting seniman tersohor dari Tabanan.Sebagai warga Tabanan saya turut bergembira pada akhirnya sosok yang telah melegenda itu kini sudah dicatatkan dan diabadikan. Seiring kabar baik tersebut, yang cukup menyesakkan ‘hati’, meski Tabanan telah dikenal memiliki berbagai talenta seni terutamanya seni rupa, namun sampai saat ini belum ada catatan dan dokumentasi yang cukup komprehensif.
Sampai saat ini, telah lahir banyak perupa muda yang berasal ataupun berdomisili di Tabanan seperti Wayan Sudarna Putra (Nano), mereka sangat potensial dan sebagian telah terwadahi dalam kelompok Maharupa Batukaru. Mungkin kesempatan berkumpulnya para perupa dan para stakeholders termasuk kehadiran pemerintah saat ini, dapat menjadi momentum bersama untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya dokumentasi dan pengkajian tersebut. Sembari terus mendorong daya-daya kreativitas untuk melahirkan capaian-capaian anyar, dan mungkin lebih elok jika dibarengi semangat untuk mengusung sebuah visi estetik bersama. Sehingga kehadiran sebuah wadah berupa komunitas yang telah memiliki struktur organisasi formal ini, tidak menjadi formalitas semata.
Kehadiran komunitas Maharupa Batukaru dengan formalitasnya sejalan dengan arah kebijakan pemerintah di bidang kebudayaan, yang tidak lagi dari atas ke bawah tetapi justru sebaliknya dari pelaku sebagai stakeholder utama dan pemerintah mengambil peran fasilitator. Apalagi anggota komunitas ini ada yang menjadi anggota dewan, tentu sangat paham atas perkembangan tersebut. Sudah saatnya komunitas perupa Tabanan mulai bergerak secara intensif dengan dukungan berbagai pihak baik pemerintah dan swasta.
.
Potensi-potensi personal dapat menjadi modal dengan kekuatannya, bak benih emas kreativitas yang tak perlu disemai karena sudah tumbuh dari potensi masing-masing, selanjutnya tinggal adanya dukungan pemerintah daerah membuat langkah strategis untuk menggerakan potensi tersebut menjadi modalitas untuk mengembangkan pemajuan kebudayaan.
Pergerakan seni rupa sebagai bagian dari gerak kebudayaan, seharusnya kini mendapatkan angin segar dengan naungan undang-undang pemajuan kebudayaan, yang diamong oleh Kemendikbud dan Direktorat Kebudayaan serta turunannya di daerah oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Kota. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran berupa dana abadi kebudayaan yang nilainya cukup besar untuk peningkatan infrastruktur serta suprastruktur pemajuan kebudayaan. Menimbang kebijakan undang-undang pemajuan kebudayaan perlu upaya-upaya untuk menyampaikan aspirasi langsung ke pihak berwenang di pemerintahan kabupaten Tabanan. Termasuk mengetuk pintu langsung ruangan ke bupati dan anggota dewan.
Momentum kebersamaan kembali yang dimulai dengan pameran hingga sarasehan ini dapat menjadi tonggak untuk mereorganisasi kelembagaan serta menejamkan visi bersama. Sedari beberapa tahun silam para eksponennya memang telah mendiskusikan beberapa program yang telah mereka rancang bersama meliputi beberapa pameran rutin setiap tahun, membuat sarasehan, diskusi hingga merencanakan riset dokumentasi yang berujung pada penerbitan buku.
.
Komunitas telah memiliki kesadaran tersebut, pemerintah daerah melalui bupati juga telah memberikan jawaban akan mendukung, tinggal menunggu penganggaran sembari merapatkan kembali barisan komite menjadi lebih solid dan menggalang dukungan bersama dari berbagai pihak untuk mensukseskan perencanaan itu. Dengan memberikan fasilitas dan dukungan pemerintah daerah Tabanan, tinggal menuai dan memanen benih emas yang telah berkilau dan memiliki nilai yang tak terhingga. [T]
- BACA artikel tentang seni rupa lain dari penulis SERIYOGA PARTA