5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kutukan Empat Windu | Cerpen Putri Oktaviani

Putri OktavianibyPutri Oktaviani
November 12, 2023
inCerpen
Kutukan Empat Windu | Cerpen Putri Oktaviani

Ilustrasi tatkala.co

WINDU pertama, bocah perempuan kecil tidak merayakan ulang tahun kedelapan seperti teman-temannya sebelumnya. Di hari ulang tahunnya itu, dia menyusun boneka-boneka –bekas sepupunya yang beranjak besar– secara melingkar. Bersenandung seolah para boneka tengah merayakan ulang tahunnya. Raut gembira bersemayam di wajah ovalnya. Potongan rambutnya seperti kartun Dora, bibirnya tipis, alisnya berbentuk seperti gunung, sehingga orang-orang baru selalu memujinya meski kulitnya tidak terlalu putih.

Ketika terik matahari semakin silau, dia buru-buru merapikan boneka-boneka ke tempat semula. Bergegas masuk ke rumah, mencuci kaki dan tangan, lalu merayap ke kamar sebelum sang ibu tiba. Jika tidak, dia akan mendapati pahanya biru-biru.

Mulutnya selalu ingin bertanya, kenapa dia tidak diperlakukan seperti dua kakak lelakinya. Yang bisa bebas main saat siang hari, tak melakukan bersih-bersih rumah, atau setidaknya merapikan mainannya kembali seperti awal. Namun mulutnya seperti tersumpal oleh perkataan; Anak perempuan tidak sama seperti anak lelaki.

Seperti di hari libur pagi, dia sudah sibuk menyapu seluruh area rumah dari dalam hingga luar. Meski tubuhnya tidak besar, tapi dia pandai bersih-bersih. Sementara kedua kaka lelakinya yang usianya terpaut dua dan tiga tahun di atasnya, masih tertidur pulas. Ibunya berteriak jika dia tidak bergegas bangun apalagi tidur selepas subuh. Katanya, anak perempuan dilarang tidur setelah subuh meski hari libur. Katanya, anak perempuan harus membantu ibunya di dapur dan pekerjaan rumah lainnya.

Tapi dia selalu bertanya, kenapa itu tidak terjadi pada dua kakaknya, dan jawabannya selalu sama; Anak perempuan tidak sama seperti anak lelaki.

Ketika siang hari, dua kakak lelakinya sibuk bermain playstation. Bocah perempuan itu menghampiri, menonton, dan sebetulnya sangat ingin bermain. Tetapi, tak pernah diberi. Ibunya melarang karena katanya, itu adalah permainan lelaki. Gelas-gelas kotor dan sisa makanan ringan dua kakak lelakinya berserakan. Mereka tak pernah dimarahi oleh sang ibu untuk hal itu. Tetapi selalu menyalahkan dia yang diam saja karena ada hal kotor di rumahnya. Lantas, dia membersihkan tanpa berhasil memegang stick playstation sekali pun.

Windu kedua, usianya beranjak enam belas tahun. Saat dirinya menginjak kelas sebelas, dia tidak pernah menghadiri pesta-pesta yang biasa dilakukan teman-temannya. Atau berlibur ke pantai, gunung, apalagi tempat rekreasi lainnya. Dia tidak mendapatkan izin dengan alasan, anak perempuan dilarang berpergian selain bersama keluarganya. Berbeda dengan dua kakak lelakinya, yang terkadang pulang tengah malam, pergi menginap untuk liburan, dan hal lainnya di luar rumah.

Dengan wawasan dan pemikiran semakin berkembang, dia bertanya, kenapa dia tidak boleh melakukan apa yang kakak lelakinya lakukan. Lantas ibunya menjawab, jikalau anak perempuan yang sudah baligh memiliki harga diri yaitu keperawanan. Jika hal itu sudah hilang, maka perempuan sudah tidak ada harga dirinya lagi. Dia selalu manggut-manggut saat ibunya menjawab, tak berani bertanya lebih lanjut.

Menjelang hari kelulusan tiba, seorang ibu menggedor-gedor rumahnya. Dirinya hanya berdua dengan satu kaka lelakinya yang paling tua. Dia disuruh membuka pintu dan menurutinya. Saat melihat tamu, wajahnya berubah ketakutan. Tatkala raut marah dan emosi menyatu di wajah ibu itu.

“Mana kakakmu?! Panggilkan dia! Heri harus tanggungjawab sama anak saya!”

Mendengar hal itu, dia berlari masuk, memanggil sang kakak yang wajahnya panik dan ketakutan. Dia tidak keluar dan memilih mengunci pintu sendirian di kamar. Sementara perempuan itu kembali ke teras rumah.

“Bang Heri tidak ada di rumah, Bu.”

“Bohong! Panggilkan ibumu!”

“Ibu juga tidak ada di rumah.”

Selepas itu, malam harinya, ibu-ibu yang wajahnya seperti singa siap menerkam datang lagi bersama suami serta anaknya. Pukul sepuluh malam, mereka berembuk. Membicarakan keputusan apa yang selanjutnya dilakukan untuk kedua anak mereka. Keputusan akhirnya adalah mereka dinikahkan.

“Lihat! Kalau kamu jadi perempuan yang mudah digauli seperti itu, nasibmu sama seperti dia. Tidak bisa melanjutkan kuliah dan mencari pekerjaan lantaran sudah hamil duluan. Makanya, jadi perempuan mesti pandai jaga harga diri,” nasihat Ibu pada anak perempuannya.

Dia diam saja. Tidak menyahut dan hanya mengangguk. Pikirannya bertanya-tanya, jadi ini semua salah siapa?

Windu ketiga, kehidupannya lebih terjal lagi. Ketika usianya hampir memasuki quarter life crisis itu menanggung seisi rumah. Satu rumah diisi tiga kepala keluarga. Kedua kakak lelakinya menganggur dan beristri. Sementara sang ayah sudah pensiun. Sang ibu hanya menjual nasi pada pagi hari. Anak perempuannya yang tersisa sebagai tulang punggung bekerja di pabrik. Meskipun terkadang rasa iri muncul karena tak bisa bebas seperti teman-temannya, dia selalu manut pada keluarganya.

“Perempuan harus bisa cari uang sendiri. Biar nanti kalau sudah beristri tidak menyusahkan suami seperti kedua kakak iparmu.” Begitulah nasihat ibunya kali ini.

Pekerjaannya di rumah sudah cukup ringan dengan bantuan dua kakak iparnya. Tetapi di pabrik, badannya seperti diremukkan dua kali lipat. Mencari uang hanya untuk hilang sekejap. Tidak punya tabungan apalagi pegangan harian. Seluruh gajinya diserahkan pada sang ibu. Dia pasrah meski otaknya sudah pandai dan tahu jika dia seperti sapi perah. Tidak ada penolakan, bantahan, apalagi kalimat cacian pada keluarganya. Justru sebaliknya, dia selalu menjadi bualan sang ibu jika gajinya terlambat atau dipotong.

Suatu hari, pemilik usaha galon di tempatnya datang. Menagih utang yang entah pada siapa. Dia memanggil ibunya yang keluar secara malu-malu.

“Duh! Bang Tohar, cepat sekali datangnya. Bukannya seminggu lagi?”

“Ini sudah terlambat satu minggu. Sesuai janji awal saja, bagaimana?”

Sang ibu meliriknya tanpa sebab. Lalu mengangguk cepat. “Tapi uangnya dilebihkan ya? Utang saya lunas. Juga, dua anak lelaki saya diterima kerja di usahanya Bang Tohar, bagaimana?”

“Setuju!”

Tanpa tahu maksud pembicaraan mereka, dia hanya diam dan masuk ke dalam. Tetapi malamnya, dia dirias oleh dua kakak iparnya. Katanya, menyambut kedatangan calon suaminya. Awalnya dia terkejut, tetapi sang ibu menahannya dengan seribu alasan dan tatapan mengerikan.

Dia dijodohkan oleh Tohar malam itu juga.

“Anak perempuan saya ini betul-betul masih perawan. Rajin, karena sejak kecil saya ajarkan cara bersih-bersih rumah. Saat remaja pun tidak pernah keluar tanpa saya atau keluarga. Tidak pernah pacaran dan betul-betul menuruti setiap perkataan saya, apalagi suaminya nanti. Pokoknya dijamin, anak perempuan saya sempurna. Maharnya seratus juta, ya, Bang?”

“Setuju.”

Windu keempat. Usianya sudah menginjak 32 tahun. Tetapi dirinya sudah berstatus janda selama dua tahun. Diusir dari rumah mertua dan juga keluarganya sendiri dengan dua anak tanggungan. Suaminya menceraikannya sewaktu usia pernikahan mereka baru lima tahun.

Dia selalu melakukan apa yang suaminya perintahkan. Termasuk tidak mengunjungi keluarganya lagi. Meski dia seringkali dipukul tiap malam hingga wajahnya lebam, dia selalu tak bersuara. Dia mengingat pesan sang ibu sebelumnya; Istri wajib tunduk pada suami, tidak boleh melawan suami, apalagi menjelekkan suami di depan orang-orang. Bagi seorang istri, suami adalah pengganti orangtua.

Setelah dia melakukan apa yang dinasihati sang ibu, dia berakhir di rumah sakit. Ketika seseorang hendak melaporkan perbuatan keji suaminya padanya, dia menolak. Saat itulah sang suami menceraikannya sebelum berurusan lebih lanjut pada kepolisian.

Sekarang, dia sudah terbebas dari kutukan empat windu yang pernah ia baca di buku cerita. Kebebasan seorang perempuan memang dimulai setelah usia empat windunya terlewat. Tanpa suara, dia berhasil melewati semua keresahan yang terjadi pada dirinya yang terlahir sebagai perempuan. [T]

  • Baca CERPEN lain
Wanita yang Hidup Dalam Kebencian | Cerpen Riska Widiana

Lelaki Dalam Kamar Pacarnya | Cerpen Depri Ajopan
Saklon | Cerpen Sonhaji Abdullah
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Seseorang Dalam Puisi

Next Post

Pande Made Sukerta dan Usaha Membumikan serta Mengembangkan Rebab di Buleleng

Putri Oktaviani

Putri Oktaviani

Lahir di Tangerang Tahun 2000. Alumnus Akuntansi, UNPAM. Senang menulis novel dan cerpen. Tulisannya terpercik di media cetak maupun online seperti; Solopos, Kedaulatan Rakyat, Radar Mojokerto, Busurnusa, Mbludus, Magrib Id, Majalah Cantante, Cerpenmu, Takanta, Marewai, Literasi Kalbar, Cerpen Sastra, Novel Life, dan Fizzo. Cerpennya berjudul Setelah Ledakan Juara 1 Lomba Cerpen Loka Media. Instagram @putri.oktavn

Next Post
Pande Made Sukerta dan Usaha Membumikan serta Mengembangkan Rebab di Buleleng

Pande Made Sukerta dan Usaha Membumikan serta Mengembangkan Rebab di Buleleng

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co