INDUSTRI pariwisata selalu mengalami perubahan sesuai periode zaman. Selain karena faktor ekonomi dan politik, pariwisata juga ditentukan oleh karakteristik wisatawannya. Resesi ekonomi dan inflasi yang terjadi di tingkat global maupun regional sangat berdampak pada industri pariwisata.
Begitu pula dengan konflik politik yang melanda suatu negara. Perang Rusia – Ukraina dan serangan militer Israel terhadap Palestina sangat mempengaruhi pariwisata dunia. Namun ada satu faktor yang tidak begitu kentara dapat berpengaruh dalam pariwisata, yaitu gaya hidup manusia.
Saat ini muncul gaya hidup frugal living di kalangan kaum muda. Yaitu gaya hidup hemat dan penuh perhitungan dalam hal pengeluaran keuangan di kalangan muda. Tentu saja banyak alasan mengapa kelompok usia muda ini menjalani frugal living.
Biaya hidup yang tinggi saat ini adalah salah satu pertimbangan. Harga kebutuhan pokok yang selalu melambung membuat orang harus berhemat. Selain itu, persiapan untuk masa depan juga membuat kaum muda menjalani frugal living.
Banyak orang muda yang belum stabil dalam karir dan pekerjaannya. Mereka masih harus mempersiapkan masa depan keluarga, perumahan, kendaraan, dan sebagainya. Oleh sebab itu pengeluaran keuangan perlu diatur dengan ketat. Melakukan perjalanan wisata tidak menjadi prioritas dalam kehidupan mereka.
Karakteristik Wisatawan
Angka kunjungan dan perkembangan pariwisata suatu negara sangat dipengaruhi oleh karakteristik wisatawannya. Begitu pula dengan beragam destinasi wisata. Tidak setiap objek dan daya tarik wisata akan dikunjungi oleh semua kategori wiasatawan. Karakteristik wisatawan akan menentukan pilihan destinasi wisata yang akan dikunjunginya.
Karakteristik wisatawan biasanya digambarkan oleh profil, motif, pilihan destinasi, moda transportasi, serta metode transaksi. Profil wisatawan merupakan gambaran tentang status sosial ekonomi wisatawan, termasuk kelompok umur wisatawan yang selanjutnya akan mencerminkan perilaku wisatawan.
Saat ini pasar wisata didominasi oleh profil wisatawan dari kelompok kaum milenial dan generasi Z. Merekalah yang memiliki andil besar dalam perkembangan pariwisata dunia. Wisatawan kelompok ini lebih menyukai perjalanan dengan kelompok kecil maupun secara individual. Pertimbangannya tentu saja lebih mudah mengatur biaya perjalanan.
Motif wisatawan pada kelompok milenial dan generasi Z adalah workation, blesisure, wellness, sport, dan kultur. Banyak di antara wisatawan kelompok ini melakukan perjalanan sambil melakukan pekerjaan atau kepentingan bisnis di tempat kerjanya. Destinasi wisata kesehatan dan acara olah raga juga digemari kelompok ini. Perhelatan Motto GP di Mandalika Lombok, misalnya, banyak disaksikan oleh wisatawan milenial dan generasi Z.
Meskipun wisatawan kelompok milenial dan generasi Z masih tergolong muda, mereka tertarik pula untuk menyaksikan atraksi budaya. Pengalaman dan tambahan informasi budaya menjadi salah satu alasan. Acara seperti Pesta Kesenian Bali dan Dieng Culture Festival juga banyak dikunjungi wisatawan muda. Apalagi jika acara-acara seperti itu dikemas dengan konsep kekinian.
Wisatawan yang menganut frugal living akan memiliki pilihan destinasi yang berbeda dengan wisatawan pada umumnya. Mereka memilih destinasi wisata yang dekat dengan tempat tinggalnya (closer destination). Faktor biaya menjadi pertimbangan pilihan wisata itu. Begitu pun dengan objek wisata yang baru dan tersembunyi (hidden gem) banyak diburu.
Sesuai dengan anggaran kaum frugal living, moda transportasi yang dipilih sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Pesawat bukan pilihan moda transportasi prioritas; mengingat harga tiket pesawat yang sangat tinggi. Maka moda transportasi yang dipilih adalah kereta api, bus, dan travel.
Wisatawan kaum muda yang selalu update teknologi memilih menggunakan metode transaksi secara online dalam perjalanan wisatanya. Keputusan untuk melakukan perjalanan wisata biasanya dilakukan pada last minute. Hal ini dilakukan karena mereka tidak ingin terikat pada waktu dan agenda perjalanan.
Solusi
Mencermati tren frugal living dan karakteristik wisatawan saat ini, perlu dilakukan beberapa langkah untuk tetap menggaet wisatawan kaum muda. Tentu saja karena mereka adalah wisatawan yang paling dominan menguasai pasar wisata. Paling tidak tiga hal berikut dapat dilakukan.
Pertama, perlu dilakukan promosi berupa potongan harga secara masif dan berkelanjutan, mulai dari sektor transportasi, akomodasi, restoran, objek dan daya tarik wisata. Mengingat kaum frugal living, kelompok milenial, dan generasi Z adalah para pemburu discount. Mereka akan tertarik dengan sesuatu yang berbiaya rendah.
Kedua, pemerintah daerah dan pengelola destinasi wisata perlu memperbanyak event seni, budaya, maupun olah raga. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan lama tinggal (length of stay) dan pengeluaran (spending money) wisatawan kaum muda. Meskipun mereka berhemat, namun untuk sebuah event yang disukai, mereka tak segan untuk mengeluarkan biaya. Untuk itu promosi event perlu dilakukan jauh hari secara digital.
Ketiga, jika ingin produk wisata diminati oleh kaum frugal living, maka harus kompetitif dalam harga. Wisatawan kaum muda kurang tertarik pada produk wisata yang terlalu mahal. Mereka cenderung akan membeli produk wisata sesuai isi kantongnya.
Pariwisata memang mulai merangkak pulih setelah tiga tahun lebih terdampak pandemi Covid 19. Akan tetapi para pengelola bisnis pariwisata masih harus bersabar untuk mendulang keuntungan. Di tengah geliat pariwisata, masih ada kaum frugal living yang sedang menata masa depan. [T]
- BACA artikel lain dari penulis CHUSMERU