KOLABORASI memiliki peran sentral bagi Minikino Film Week (MFW) sebagai festival film pendek internasional yang mempromosikan visi keberagaman sudut pandang dan inklusivitas. Selama bertahun-tahun membangun jaringannya dalam lingkup film pendek yang beragam secara internasional, Minikino konsisten menjadi jembatan dari ragam perspektif film pendek Indonesia ke mata dunia. Juga menjadi pintu masuk film-film pendek dari seluruh belahan dunia untuk penonton film di Indonesia.
Post-Festival Road Show Minikino Film Week 9
Setelah menyelenggarakan festival sembilan hari penuh di berbagai titik di pulau Bali, Minikino Film Week 9 (MFW9) dilanjutkan dengan mengadakan Post Festival Road Show 2023. Tahun ini rangkaian acara digelar di enam kota dengan sembilan lokasi acara yaitu Yogyakarta, Semarang, Buleleng, Denpasar, Lombok, dan Jakarta. Kota pertama yang akan disambangi Road Show MFW9 ialah Yogyakarta pada tanggal 2 November dan akan diakhiri di Jakarta pada tanggal 29 November 2023.
Pemilihan kota merupakan hasil pertimbangan strategis yang berkaitan dengan geliat penggiat film pendek tahun 2023. Edo Wulia selaku Direktur Festival MFW menjelaskan, “seluruh kota yang akan kami datangi merupakan rumah para komunitas lokal-aktif penggerak kegiatan perfilman yang sudah pernah berkolaborasi dengan kami sebelumnya. Kita akan terus membuka peluang kerja sama lebih lanjut.”
MFW9 Post Festival Road Show yang didukung oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), bertujuan untuk membawa film-film pendek pemenang kompetisi MFW9 dan juga menjaga jejaring dengan kolaborator Minikino yang tersebar di seluruh Indonesia.
Film-Film Terbaik
Film-film pendek yang akan diputar dalam MFW9 Post Festival Road Show 2023 adalah pemenang kompetisi internasional dari berbagai kategori. Secara berturut-turut, peraih penghargaan International Award untuk masing-masing kategori yang akan dibawa pada gelaran kali ini, antara lain, MFW9 Best Animation Short diraih oleh Little Smasher (sutradara: Gilles Cuvelier, Perancis, 2022); MFW9 Best Audio Visual Experimental Short diraih oleh The Altar (sutradara dan penulis: Moe Myat May Zarchi, Myanmar, 2023); MFW9 Best Children Short diraih oleh I’m Not Afraid! (Ich habe keine Angst!) (sutradara dan penulis: Marita Mayer, Jerman & Norwegia, 2022); MFW9 Best Documentary Short diraih oleh Ponto Final (sutradara: Miguel López Beraza, penulis: Miguel López Beraza, Mireia Graell Vivancos, Spanyol & Portugal, 2022); MFW9 Best Fiction Short diraih oleh The Good Father (sutradara dan penulis: Jorge Cañada Escorihuela, Spanyol, 2022); MFW9 Programmer’s Choice diraih oleh Intro (sutradara: Anne Isensee, Jerman, 2022). Penghargaan tertinggi, yakni MFW Best Short Film of the Year 2023 jatuh pada Yellow (sutradara dan penulis: Elham Ehsas, Afganistan & Inggris, 2023).
Film-film pemenang dalam kategori kompetisi lain juga akan dipertemukan kembali dengan penonton yaitu penghargaan utama Raoul Wallenberg Institute (RWI) Asia Pacific Award at MFW9 dan Rangkai Award di MFW9, Blue Poetry (sutradara dan penulis: Muhammad Heri Fadli, Indonesia, 2023). Begadang Filmmaking Competition 2023 Pisang Robot Satu Kata (sutradara: Fauzan Al Habibie, Produksi Dari Hati, Banten, 2023). Lalu ada juga Special Jury Mention untuk kategori ini yang sempat mendapatkan hadiah 1 unit LUMIX G90 Kit untuk film Trashtalk (sutradara dan penulis: Rizqullah Ramadhan Panggabean, Jawa Tengah, 2023) serta MFW National Competition 2023 yang merupakan penghargaan tertinggi untuk film pendek produksi Indonesia, dimenangkan oleh Bising (sutradara: Amar Haikal, penulis: Amar Haikal dan Bintang Panglima, Fiksi, 2023)
Melalui Road Show ini, I Made Suarbawa selaku Direktur Traveling Festival MFW mengharapkan munculnya pemahaman lebih luas tentang makna festival film pendek internasional yang menjadi simpul jejaring strategis untuk posisi film pendek Indonesia di mata dunia. Oleh karena itu, diskusi seusai pemutaran program film akan selalu diadakan pada Road Show tahun ini. Selain itu, dengan membawa film-film terbaik dari berbagai kategori kompetisi, MFW juga dapat menjadi parameter pencapaian produksi film pendek Indonesia dan internasional dalam satu tahun ini.
Mengantarkan Keragaman Film Pendek Indonesia ke Penonton yang Lebih Luas
Setelah Minikino Film Week 9 (MFW9) usai, jejaring kerjasama dan pertukaran yang dilakukan oleh Minikino dengan berbagai festival internasional terus berlangsung. Mulai dari membawa film-film pendek Indonesia dapat berkeliling ke berbagai festival film pendek internasional di luar Indonesia, sejak bulan September 2023 sampai bulan Desember 2023 mendatang.
Pada tanggal 7-22 Oktober 2023 silam, tujuh film pendek Indonesia yang direkomendasikan oleh Minikino dalam program INDONESIAN ENTOURAGE: The Spice Route Shorts mendapatkan dua layar di Kaohsiung Film Festival pada Minggu (08/10) dan Kamis (12/10). Program ini adalah program yang sempat dibawa oleh Minikino untuk market screening di Clermont-Ferrand 31 Januari silam. Film-film dalam program ini diantaranya; Ride To Nowhere (Khozy Rizal Putra, 2022), Dancing Colors (M. Reza Fahriyansyah, 2022), Bawang Merah Bawang Putih (Shallots And Garlic) (Andrea Nirmala Widjajanto, 2022), Jamal (Muhmad Heri Fadli, 2020), Teh Tawar Untuk Akong (Ah Gong Would Like Some Sugar In His Tea) (Yonathan Lim, 2022), Toya Dan Roh Seninya (Toya And Her Art Spirit) (Andara Fembriarto, 2022), dan Nusa Antara (The Archipelago) (Azalia Muchransyah & Firman Widyasmara, 2021).
Lalu menyebrang ke benua Eropa, salah satu festival film pendek tertua di dunia, Alcine. Festival dari Spanyol yang sudah memasuki edisi ke-52. Hubungan dengan Alcine, bermula dari pertemuan Direktur MFW, Edo Wulia saat World Tour Indonesia di Bogoshorts Kolombia tahun 2022 silam dengan Pedro Toro yang menjabat sebagai direktur artistik Alcine. Pedro yang juga merupakan juri kompetisi nasional Minikino Film Week 9 membawa pulang “oleh-oleh” ke Spanyol film-film pendek Indonesia dalam program bertajuk ALCINE Maps: BALI VENTA DE ENTRADAS yang diantaranya: Nusa Antara (Azalia Muchransyah; Firman Widyasmara, 2021), Harga Mahal yang Dibayar Murah (Razan Wirjosandjojo, 2022), Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (Eden Junjung, 2022), Berdoa, Mulai (Tanzilal Azizie, 2022), Remembering The Serenade (Muhammad Naufal Rabbani, 2022), dan I Saw A Ghost, And It Was Beautiful (Bobby Fernando, 2022). Selain itu film pemenang Begadang Filmmaking Compettion MFW9, Pisang Robot Satu Kata (Fauzan Al Habibie, 2023) mendapat kehormatan karena akan ditayangkan di Alcine sebagai video inspirasi kompetisi Alcalá Film Jam, sebuah kompetisi marathon filmmaking selama 72 jam yang harus dilakukan saat festival Alcine berlangsung
“Kolaborasi selalu menarik, ada banyak kemungkinan yang kadang tidak terbayang sebelumnya. Misal, karya dari Begadang Filmmaking Competition dibuat hanya dalam waktu 34 jam, tapi justru memiliki nilai kreativitias yang tinggi di mata para programmer festival,” ungkap Fransiska Prihadi yang merupakan direktur program MFW.
Tak selesai di sana, Show Me Shorts festival film pendek dari New Zealand yang pernah melakukan pertukaran program 3 tahun yang lalu di Minikino Film Week 6. Tahun ini Minikino bersama Show Me Shorts, menampilkan film-film Indonesia dalam Indonesian Focus yang menjadi 2 program. Dalam catatan programnya, Indonesian Focus 1 menyorot “sinema Indonesia yang mencerminkan Indonesia itu sendiri”. Film-film dalam program ini diantaranya; Basri & Salma Dalam Komedi Yang Terus Berputar (Basri & Salma In A Never-Ending Comedy) (Khozy Rizal, 2023), Nusa Antara (The Archipelago) Azalia Muchransyah & Firman Widyasmara, 2021), Dancing Colours (M. Reza Fahriyansyah, 2022), Ride To Nowhere (Khozy Rizal, 2022), Acung Memilih Bersuara (Acung Decides To Speak Up) (Amelia Hapsari, 2023), Puisi Biru (Blue Poetry) (Muhmad Heri Fadli, 2023), Jamal (Muhmad Heri Fadli, 2020).
Sedangkan Indonesian Focus 2, berdasarkan catatan programnya berfokus pada “film-film (Indonesia) yang seru dalam koleksi ini mengandung energi hingar bingar, menjadikannya tontonan yang menyenangkan. Film-film ini memiliki konsep dan ide cerita yang ambisius namun tetap low-budget”. Dalam program ini, terdapat; Senandung Senyap (A Sonorous Melody) (Riani Singgih, 2023), The Lemony Snippets Of A Loopy Reverie (Azalia Muchransyah, 2023), I Saw A Ghost And It Was Beautiful (Bobby Fernando, 2023), Attack On Cholesterol (Gusti Ngurah Kade, 2023), Chicken Awaken (Beny Kristia, 2023), Film Untuk Babeh (Kid Terminator) (Rayhan Dharmawan, 2023), film-film ditayangkan secara online terbatas. Selain penayangan film, Fransiska Prihadi menjadi juri internasional di Show Me Short yang berlangsung pada 6-29 Oktober 2023.
Selain itu, pada 1-2 Juli yang lalu Minikino Film Week (MFW) telah melaksanakan “Workshop Stop Motion Kolaborasi Tiga Negara: Indonesia, Korea Selatan, dan Kolombia!” bersama Seoul Yeongdeungpo Extreme Short Image Film Festival (SESIFF) dan Bogota Short Film Festival (BOGOSHORTS). Hasil dari workshop ini telah ditayangkan pada acara Opening Night MFW9, SESIFF dan selanjutnya akan pula ditayangkan di BOGOSHORTS 21 bulan Desember 2023 mendatang.
Di Bali sendiri, pada 20 Oktober 2023 lalu, Minikino berkolaborasi bersama Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) menayangkan kembali program Let The Masculinities Burn (Indonesia Is The Light At The End Of The Tunnel). Program yang ditayangkan di Alang-Alang Stage at Taman Baca ini adalah sebuah program kolaborasi Fransiska Prihadi (Minikino) dan Andrés Suarez (Bogoshorts) untuk memperkenalkan ragam film pendek Indonesia ke penonton Kolombia pada edisi ke-20 Bogoshorts tahun 2022. Program ini merupakan jendela bagi bentangan budaya, sosial dan politik dari sebuah bangsa yang letak geografisnya jauh. Ketika program ini ditampilkan kembali pada penonton Indonesia dan mancanegara pada UWRF 2023, jendela tersebut kemudian menjelma sebuah cermin. Beberapa film pendek yang ditampilkan termasuk Jemari Yang Menari Di Atas Luka-Luka (Putu Sarah Amalia, 2019), Lika Liku Laki (Khozy Rizal, 2021), Seragam (Brahmma Wijaya Putra, 2020), dan Laut Memanggilku (Tumpal Tampubolon, 2021). Program ini disajikan dalam bahasa Indonesia dengan takarir bahasa Inggris.
Kolaborasi Peduli Isu
Festival film pendek adalah wadah yang kuat dalam menyuarakan berbagai isu yang relevan sesuai konteks pada lokasi festival spesfik. Festival film pendek dapat menggunakan kekuatan narasi film pendek untuk menyampaikan pesan, dan menggiring perhatian pada masalah yang kerap terabaikan oleh masyarakat umum. Dengan memilih film-film yang menyoroti isu-isu kritis, festival film pendek dapat memainkan peran penting dalam mendidik penonton, menginspirasi tindakan, dan memotivasi perubahan.
Selain itu, kepedulian terhadap isu lingkungan juga dapat tercermin dalam praktik operasional festival, seperti praktik berkelanjutan, keragaman, dan inklusi. Festival film pendek dapat memprioritaskan keberlanjutan dengan mengurangi dampak lingkungan acara mereka, Alhasil, kepedulian terhadap isu tidak hanya tercermin dalam layar film, tetapi juga dalam ekosistem festival itu sendiri.
Misalnya apa yang dilakukan oleh Minikino Film Week untuk menambah nilai guna pakaian bekas menjadi tas festival, telah menginspirasi Kelly Lui, programmer festival film pendek dari Toronto Reel Asian, untuk melakukan hal serupa pada festivalnya. Minikino berkolaborasi dengan Reel Asian untuk memproduksi video tutorial pembuatan upcycle bag yang akan ditayangkan dalam “Workshop DIY Reusable Festival Bag” di Wee Asian Section pada Sabtu, 18 November 2023. Video ini juga dapat diakses oleh umum seusai festival di YouTube.
Selain mengkampanyekan praktik berkelanjutan dalam gempuran fast fashion, Minikino juga sejak lama memperjuangkan ruang inklusif untuk penonton film dan juga film yang ditayangkan. Pada Senin, 23 Oktober 2023, Edo Wulia bersama Iwan Cahyadi, disabilitas netra yang banyak terlibat dengan kegiatan di Minikino, ikut memenuhi undangan menjadi salah satu nara sumber pada Dialog Kongres Kebudayaan Indonesia yang berlangsung di Plasa Insan Berprestasi, Jakarta. Dalam kongres tersebut, Edo dan Iwan bercerita tentang apa saja yang sudah dilakukan Minikino dengan kelompok disabilitas netra, seperti membuat sharing session voice acting, hingga pengisian Audio Description (AD). Wacana yang ditawarkan oleh Edo untuk membuat sinema yang lebih inklusif adalah, “kami memiliki rencana untuk mencoba membawa film pendek ini masuk justru ke penyiaran radio. Dalam sejarah film pendek, hal ini pernah dilakukan,” ungkap Edo.
Dalam rangkaian Pekan Inklusif, Kongres Penguatan Ruang Budaya Inklusif menjadi kesempatan baik untuk memperkenalkan kolaborasi Minikino dengan komunitas disabilitas yang merupakan bagian upaya menghadirkan keragaman ekspresi budaya dan interaksi budaya harus ditempatkan dalam ruang yang memungkinkan inklusivitas dan aksesibilitas untuk semua lapisan masyarakat. [T][Rls]