GENERASI Z merupakan generasi yang secara konstan berkomunikasi melalui media digital karena pengaruh penggunaan internet. Gen Z adalah mereka yang terlahir dalam rentang tahun 1996 hingga 2012. Mereka sekarang adalah generasi muda di negara ini. Di tengah beragam karakteristik uniknya, Gen Z seringkali mendapat label sebagai generasi yang cuek terhadap isu-isu terkini.
Ryan Jenkins (2017) dalam artikelnya berjudul “Four Reasons Generation Z will be the Most Different Generation” misalnya menyatakan bahwa Gen Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi. Karakter Gen Z lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan. Satu hal yang menonjol, Gen Z mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka. Teknologi mereka gunakan sama alaminya layaknya mereka bernapas.
Generasi Z dikenal dengan ciri khasnya yang mahir berteknologi. Gen Z juga membangun kesadaran terhadap isu sosial dan politik dengan memanfaatkan internet. Rian Fahardhi hadir sebagai salah satu contohnya. Influencer kelahiran Sulawesi Selatan ini bukan hanya menjadi pembaca pasif, dirinya berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran anak muda lain pada isu terkini.
Rian Fahardhi merupakan content creator muda inspiratif yang melek dengan kondisi sosial politik negara ini. Dijuluki sebagai Presiden Gen Z, Rian Farhadhi diketahui kerap membuat konten terutama terkait isu-isu yang tengah viral di Indonesia, mulai dari budaya, politik, lingkungan, hingga masalah hukum.
Sumber Gambar: Instagram.com/ Rian Fahardhi
Konten Rian viral karena pembahasannya yang bijak dan penuh edukasi. Rian peduli untuk mengangkat isu-isu yang mungkin saja terasa membosankan bagi anak-anak muda Gen Z lainnya. Dan ini sangat berefek karena Rian memiliki akun TikTok dengan jumlah followers yang cukup banyak. Bahkan hal ini tak pernah disangka-sangka oleh Rian sendiri.
Pembahasan Rian di sosial media kerap menjadi sorotan. Bukan sekedar ikut-ikutan, pria yang memiliki wawasan luas ini bahkan membuat netizen menyebutnya sebagai “The Next Najwa Shihab”.
Bagi Rian, TikTok bukan hanya sekedar platform hiburan, tetapi juga mampu memberikan wadah kepadanya untuk menyisipkan kritik sosial. Mengingat generasi Z lebih banyak menaruh kehidupan sosialnya pada layar gadget. Rian selalu memproduksi konten secara independen. Kontennya jadi menarik lantaran terlihat berbeda. Terlebih lagi ditunjang dengan public speaking yang cukup bagus, dan logat Makassar yang khas.
Sumber Gambar: Instagram.com/ Rian Fahardhi
Lulusan Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta ini memiliki hobi membaca, menulis, dan mengulik sesuatu yang membuatnya penasaran. Ia juga cukup aktif dalam organisasi. Sebagai generasi yang lahir di zaman yang pasca-modern ini, Rian pun banyak mengonsumsi bacaan-bacaan lawas. Salah satu penulis favoritnya adalah Pramoedya Ananta Toer.
Dalam wawancara eksklusif bersama Volkpop.co, Rian Fahardhi berkata bahwa anak muda tidak seharusnya takut untuk bersuara, karena komentar mereka penting. Inisiatif anak muda dibutuhkan untuk melantangkan suaranya pada isu yang terjadi, agar negara ini semakin maju di masa depan. Rian menyampaikan bahwa kita tidak bisa sembarangan berkomentar. Untuk menciptakan argumen yang kuat, Gen Z perlu benar-benar mengetahui fakta dan isu yang dibahas. Pastikan juga kritiknya didasarkan pada data dan bukan tuduhan, sehingga kita bisa bertanggung jawab pada hal yang kita sampaikan ke publik.
Sebutan Presiden Gen Z yang melekat pada dirinya ternyata diciptakan sendiri. Rian mengungkapkan julukan tersebut datang sebagai bentuk sarkasme dari salah satu warganet. Sebuah komentar warganet menyuruhnya untuk menjadi presiden agar ia tidak banyak mengkritik pemerintah. Tidak ambil pusing, Rian malah menjadikan Presiden Gen Z sebagai personal branding dirinya. Ia mencoba mengaplikasikan ilmu branding yang didapat dari kuliah. Sekarang Rian akhirnya sukses dengan julukan Presiden Gen Z. [T]