30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Suara Volunteer: Cerita di Belakang Panggung Singaraja Literary Festival

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
October 6, 2023
inEsai
Suara Volunteer: Cerita di Belakang Panggung Singaraja Literary Festival

Orang-orang yang terlibat di Singaraja Literary Festival | Foto: Dok. SLF

BEBERAPA hari lalu, Singaraja Literary Festival (SLF) sukses terselenggara dengan sangat meriah dan membanggakan. Satu-satunya festival sastra di Bali Utara itu digagas oleh Kadek Sonia Piscayanti dan Made Adnyana Ole—suami istri, seniman dan penggiat sastra dari Yayasan Mahima Indonesia.

Tentu, Pak Ole dan Bu Sonia—sebagaimana saya akrab memanggil mereka berdua—tidak sendirian dalam menyelenggarakan festival tersebut. Di belakang mereka, ada teman-teman seniman, intelektual, berbagai komunitas yang ada di Singaraja, serta volunteer seperti saya. Yuhu.

Artinya, Singaraja Literary Festival terselenggara atas dasar kolaborasi dengan berbagai pihak yang sama-sama memiliki visi menciptakan ekosistem intelektualisme baru di Singaraja. 

Dengan tema “Mengalir dari Gedong Kirtya”, selama tiga hari, SLF mencoba mengalihwahanakan lontar—manuskrip kuno—ke dalam berbagai bentuk teks dan media baru, seperti pertunjukan, tari, teater, pengobatan, film, novel, dan lain sebagainya, agar lebih dapat dimengerti oleh generasi muda.

Selama tiga hari itu pula, melalui Singaraja Literary Festival dan peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut, Singaraja seolah kembali menemukan jati dirinya sebagai pusat intelektualitas di Bali pada masa lalu—setelah sekian lama tertidur dan mabuk duniawi akibat terlalu banyak meminum beer Singaraja.

Mengenai hal tersebut, Jaswanto—wartawan cum editor tatkala.co—dalam tulisannya yang berjudul Singaraja Literary Festival: Ruang Intelektual Baru dan Jembatan Penghubung Pengetahuan (2023) mengatakan bahwa setelah pemindahan Ibu Kota Provinsi Bali dari Singaraja ke Denpasar pada 23 Juni 1960, Singaraja seperti kerupuk di warung mie ayam: ada—dan mungkin penting bagi beberapa kalangan—tapi tidak terlalu dihiraukan.

Hal itu ia sampaikan karena sejak saat itu, Singaraja seperti kehilangan ruang pengembangan intelektualisme dan elemen-elemen pendukungnya. “Atau sekadar kota yang hanya bisa meromantisasi kejayaan masa lalu (post power syndrom) yang terjadi bertahun-tahun sampai hari ini.”

Secara pribadi saya sepakat dengan apa yang disampaikan pemuda kelahiran Dusun Karang Binangun—dusun yang berada di Tuban, Jawa Timur—itu. Bahwa Singaraja membutuhkan sebuah ruang intelektual sebagai penghubung atas terputusnya pengetahuan masa lalu ke masa kini. Maka, dengan adanya SLF ini, seperti kata Made Adanyana Ole—pemred tatkala.co cum salah satu penggagas Singaraja Literary Festival—dengan sastra, apa pun bisa dihubung-hubungkan.

Kenapa dari tadi saya berbicara tentang SLF dan pentingnya mengembalikan Singaraja sebagai pusat ilmu pengetahuan di Bali? Jawabannya adalah, karena saya terlibat dalam kegiatan tersebut.

Namun, sebelum Anda berpikiran yang tidak-tidak, hal ini perlu saya sampaikan terlebih dahulu. Benar saya terlibat di SLF, tapi bukan terlibat sebagai orang yang ikut andil memberikan ide maupun gagasan dalam festival ini. Tapi, lebih tepatnya, saya “beruntung” sebab diajak untuk ikut menyukseskan festival sastra bergengsi tersebut.

***

Sebagai orang yang baru pertama kali ikut berkontribusi dalam sebuah kegiatan semacam itu, saya merasa benar-benar kosong dalam hal apa pun. Ya, kosong! Semacam ejekan yang sering kami ucapkan ketika ada orang yang benar-benar tidak tahu apa-apa. Tentu, itu masih dalam konteks bercanda.

Seingat saya, ketika masih menjadi mahasiswa, beberapa kali saya terlibat dalam kegiatan yang diadakan jurusan tempat saya belajar. Meskipun posisi saya tak pernah berubah: menjadi sie keamanan setiap kali ada kegiatan. Tapi tak mengapa, karena dari jabatan itu pula saya bisa akrab dengan satpam kampus yang terlihat garang seperti penagih utang dari timur itu.

Nah, berbeda dengan saat masih menjadi mahasiswa, di Singaraja Literary Festival saya tergabung ke dalam volunteer dengan jabatan sebagai runner atau tukang menghubung-hubungkan segala sesuatu yang berkaitan dalam festival dan penanganan darurat—pokoknya itulah.

Dari pengalaman pertama menjadi runner itu, saya mendapat pelajaran bahwa menyelenggarakan suatu kegiatan memang membutuhkan persiapan yang benar-benar sudah terkoordinir dengan matang, agar semuanya berjalan dengan semestinya.

Menjadi seorang runner sebenarnya menyenangkan. Hanya saja, saya tak banyak mempunyai waktu luang untuk mengikuti setiap program dengan cermat dan serius. Jangankan mengikuti satu program dengan penuh, hanya sekadar menyimak saja saya tak punya waktu.

Hal itu disebabkan karena banyaknya program di SLF. Teman-teman volenteer—khususnya saya—harus siap kapan saja jika dibutuhkan dalam situasi dan kondisi apa pun. Akibatnya, kami tidak maksimal saat mengikuti suatu forum atau program.

Padahal, saya sangat ingin—dan tentu akan menyiapkan telinga yang terbuka lebar serta mata yang melek dalam arti sesungguhnya—ketika, misalnya, Sugi Lanus, filolog asal Bali, sedang memberikan “kutbah sucinya” tentang manuskrip-manuskrip kuno di Gedong Kirtya. Atau menyiapkan tawa ketika dr. Putu Arya Nugraha membedah bukunya yang berjudul Sehat Ketawa ala Dokter Arya itu.

Namun, meskipun saya tidak mempunyai waktu untuk duduk dan menyimak apa yang disampaikan para pembicara dengan serius, saya masih mendapatkan ilmu dan pengetahuan meski dalam keadaan yang tidak serius pula. Semisal ketika angkat-angkat kursi, menata layar proyektor, atau ketika menghubungi sie konsumsi ketika ada pembicara yang belum mendapatkan konsumsinya.

Dalam kondisi yang tidak terduga seperti itu, saya justru tahu kalau Van Der Tuuk—salah satu tokoh pendiri Gedong Kirtya sebagai tempat mengumpulkan manuskrip lontar di Bali—memiliki juru tulis pribadi selama di Singaraja. Dan juru tulis itu yang kemudian mewarisi tempat tinggal Van Der Tuuk ketika ia meninggalkan Singaraja.

Pengetahuan baru itu saya dapat dari curi dengar pembicaraan Sugi Lanus dengan beberapa orang saat saya sedang sibuk mengangkat kursi. Menurut Sugi Lanus, tulisan Van Der Tuuk sangat jelek.

***

Selama kegiatan SLF saya merasa senang. Selain mendapat pengalaman, saya juga bertemu tokoh-tokoh hebat yang hadir dan memberikan workshop dalam serangkaian acara SLF tahun ini.

Seperti misal, Andre Syahreza, penulis Prosa Gerilya—buku yang menceritakan kisah perjuangan I Gusti Ngurah Rai pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan gaya penulisan sejarah, sastra, dan wisata—yang ternyata pernah mengenyam pendidikan di SMAN 1 Singaraja.

Atau Henry Manampiring, penulis yang kariernya melejit lewat buku Filosofi Teras, yang hadir sebagai pembicara dalam festival ini. Namun sayang, saya tak sempat berfoto dengan kedua orang hebat tersebut.

Tentu masih banyak lagi orang hebat yang turut membagikan ilmunya kepada peserta yang hadir dalam festival sastra di Bali Utara itu. Saya tak ingat betul siapa saja yang hadir, namun seingat saya, ada beberapa nama yang tak asing bagi saya seperti Wayan Sumahardika dan Agus Wiratama dari Mulawali Institute, I Made Suarbawa—atau lebih dikenal Birus—dari Minikino, dan nama-nama lainnya yang mendadak lenyap dari kepala saya saat menulis tulisan ini.

Sampai di sini, sekali lagi, hampir selama kegiatan SLF berlangsung, saya benar-benar tak ada waktu untuk mengikuti satu pun program dengan penuh, kecuali program yang satu ini.

Benar, ada satu program yang akhirnya saya ikuti dengan penuh—meskipun program yang tidak saya pahami. Ya, program tersebut adalah workshop alih wahana lontar ke performing arts oleh Dekgeh, seorang koreografer tari kontemporer.

Selama Dekgeh memberikan dasar-dasar tari kepada peserta, di bawah pohon mangga di pelataran Puri Kanginan, saya mencoba menyimak dengan teliti apa yang dia sampaikan. Di sela-sela menjelaskan, sesekali ia memberikan contoh dengan gerakan tari yang keluar dari tubuh lenturnya. Namun, tetap saja, karena itu adalah suatu hal yang memang tidak saya pahami, saya akhirnya memilih untuk memejamkan mata, barang sebentar, hitung-hitung memulihkan tenaga.

Tetapi, barang sial siapa yang tahu, saya dibuat terkejut ketika terbangun mendapati area pelataran Puri Kanginan—tempat Dekgeh melatih tari anak didiknya—sudah sepi dan kosong. Dengan setengah sadar saya mencoba memperhatikan sekitar untuk memastikan, “barangkali mereka pindah tempat yang lebih proporsional untuk mengeksplorasi gerak tubuh,” pikir saya.

Akhirnya, di tengah kebingungan itu, suara seorang ibu—dari suaranya sudah menjelaskan bahwa usianya sudah tidak lagi muda—dengan cepat menyadarkan saya. “Yih, mare bangun, Gus?”. Oh sialan! Ternyata saya memang ditinggal, batin saya waktu itu.[T]

Singaraja Literary Festival: Ruang Intelektual Baru dan Jembatan Penghubung Pengetahuan
Filosofi Teras, Way of Life, dan Kendali Emosi Manusia ala Henry Manampiring
Upaya Perempuan Mempercantik Diri: Lontar, Rempah, dan Konstruksi Patriarki
Tags: festivalGedong KirtyaSingaraja
Previous Post

“I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali”, Buku dari Prof. Dibia

Next Post

Kadek Krisna, Karateka SMPN 2 Sawan, Juara Piala Gubernur Bali 2023 : Sempat Tak Ikut Lomba Karena Biaya

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Kadek Krisna, Karateka SMPN 2 Sawan, Juara Piala Gubernur Bali 2023 : Sempat Tak Ikut Lomba Karena Biaya

Kadek Krisna, Karateka SMPN 2 Sawan, Juara Piala Gubernur Bali 2023 : Sempat Tak Ikut Lomba Karena Biaya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co