9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Suara Volunteer: Cerita di Belakang Panggung Singaraja Literary Festival

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
October 6, 2023
inEsai
Suara Volunteer: Cerita di Belakang Panggung Singaraja Literary Festival

Orang-orang yang terlibat di Singaraja Literary Festival | Foto: Dok. SLF

BEBERAPA hari lalu, Singaraja Literary Festival (SLF) sukses terselenggara dengan sangat meriah dan membanggakan. Satu-satunya festival sastra di Bali Utara itu digagas oleh Kadek Sonia Piscayanti dan Made Adnyana Ole—suami istri, seniman dan penggiat sastra dari Yayasan Mahima Indonesia.

Tentu, Pak Ole dan Bu Sonia—sebagaimana saya akrab memanggil mereka berdua—tidak sendirian dalam menyelenggarakan festival tersebut. Di belakang mereka, ada teman-teman seniman, intelektual, berbagai komunitas yang ada di Singaraja, serta volunteer seperti saya. Yuhu.

Artinya, Singaraja Literary Festival terselenggara atas dasar kolaborasi dengan berbagai pihak yang sama-sama memiliki visi menciptakan ekosistem intelektualisme baru di Singaraja. 

Dengan tema “Mengalir dari Gedong Kirtya”, selama tiga hari, SLF mencoba mengalihwahanakan lontar—manuskrip kuno—ke dalam berbagai bentuk teks dan media baru, seperti pertunjukan, tari, teater, pengobatan, film, novel, dan lain sebagainya, agar lebih dapat dimengerti oleh generasi muda.

Selama tiga hari itu pula, melalui Singaraja Literary Festival dan peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut, Singaraja seolah kembali menemukan jati dirinya sebagai pusat intelektualitas di Bali pada masa lalu—setelah sekian lama tertidur dan mabuk duniawi akibat terlalu banyak meminum beer Singaraja.

Mengenai hal tersebut, Jaswanto—wartawan cum editor tatkala.co—dalam tulisannya yang berjudul Singaraja Literary Festival: Ruang Intelektual Baru dan Jembatan Penghubung Pengetahuan (2023) mengatakan bahwa setelah pemindahan Ibu Kota Provinsi Bali dari Singaraja ke Denpasar pada 23 Juni 1960, Singaraja seperti kerupuk di warung mie ayam: ada—dan mungkin penting bagi beberapa kalangan—tapi tidak terlalu dihiraukan.

Hal itu ia sampaikan karena sejak saat itu, Singaraja seperti kehilangan ruang pengembangan intelektualisme dan elemen-elemen pendukungnya. “Atau sekadar kota yang hanya bisa meromantisasi kejayaan masa lalu (post power syndrom) yang terjadi bertahun-tahun sampai hari ini.”

Secara pribadi saya sepakat dengan apa yang disampaikan pemuda kelahiran Dusun Karang Binangun—dusun yang berada di Tuban, Jawa Timur—itu. Bahwa Singaraja membutuhkan sebuah ruang intelektual sebagai penghubung atas terputusnya pengetahuan masa lalu ke masa kini. Maka, dengan adanya SLF ini, seperti kata Made Adanyana Ole—pemred tatkala.co cum salah satu penggagas Singaraja Literary Festival—dengan sastra, apa pun bisa dihubung-hubungkan.

Kenapa dari tadi saya berbicara tentang SLF dan pentingnya mengembalikan Singaraja sebagai pusat ilmu pengetahuan di Bali? Jawabannya adalah, karena saya terlibat dalam kegiatan tersebut.

Namun, sebelum Anda berpikiran yang tidak-tidak, hal ini perlu saya sampaikan terlebih dahulu. Benar saya terlibat di SLF, tapi bukan terlibat sebagai orang yang ikut andil memberikan ide maupun gagasan dalam festival ini. Tapi, lebih tepatnya, saya “beruntung” sebab diajak untuk ikut menyukseskan festival sastra bergengsi tersebut.

***

Sebagai orang yang baru pertama kali ikut berkontribusi dalam sebuah kegiatan semacam itu, saya merasa benar-benar kosong dalam hal apa pun. Ya, kosong! Semacam ejekan yang sering kami ucapkan ketika ada orang yang benar-benar tidak tahu apa-apa. Tentu, itu masih dalam konteks bercanda.

Seingat saya, ketika masih menjadi mahasiswa, beberapa kali saya terlibat dalam kegiatan yang diadakan jurusan tempat saya belajar. Meskipun posisi saya tak pernah berubah: menjadi sie keamanan setiap kali ada kegiatan. Tapi tak mengapa, karena dari jabatan itu pula saya bisa akrab dengan satpam kampus yang terlihat garang seperti penagih utang dari timur itu.

Nah, berbeda dengan saat masih menjadi mahasiswa, di Singaraja Literary Festival saya tergabung ke dalam volunteer dengan jabatan sebagai runner atau tukang menghubung-hubungkan segala sesuatu yang berkaitan dalam festival dan penanganan darurat—pokoknya itulah.

Dari pengalaman pertama menjadi runner itu, saya mendapat pelajaran bahwa menyelenggarakan suatu kegiatan memang membutuhkan persiapan yang benar-benar sudah terkoordinir dengan matang, agar semuanya berjalan dengan semestinya.

Menjadi seorang runner sebenarnya menyenangkan. Hanya saja, saya tak banyak mempunyai waktu luang untuk mengikuti setiap program dengan cermat dan serius. Jangankan mengikuti satu program dengan penuh, hanya sekadar menyimak saja saya tak punya waktu.

Hal itu disebabkan karena banyaknya program di SLF. Teman-teman volenteer—khususnya saya—harus siap kapan saja jika dibutuhkan dalam situasi dan kondisi apa pun. Akibatnya, kami tidak maksimal saat mengikuti suatu forum atau program.

Padahal, saya sangat ingin—dan tentu akan menyiapkan telinga yang terbuka lebar serta mata yang melek dalam arti sesungguhnya—ketika, misalnya, Sugi Lanus, filolog asal Bali, sedang memberikan “kutbah sucinya” tentang manuskrip-manuskrip kuno di Gedong Kirtya. Atau menyiapkan tawa ketika dr. Putu Arya Nugraha membedah bukunya yang berjudul Sehat Ketawa ala Dokter Arya itu.

Namun, meskipun saya tidak mempunyai waktu untuk duduk dan menyimak apa yang disampaikan para pembicara dengan serius, saya masih mendapatkan ilmu dan pengetahuan meski dalam keadaan yang tidak serius pula. Semisal ketika angkat-angkat kursi, menata layar proyektor, atau ketika menghubungi sie konsumsi ketika ada pembicara yang belum mendapatkan konsumsinya.

Dalam kondisi yang tidak terduga seperti itu, saya justru tahu kalau Van Der Tuuk—salah satu tokoh pendiri Gedong Kirtya sebagai tempat mengumpulkan manuskrip lontar di Bali—memiliki juru tulis pribadi selama di Singaraja. Dan juru tulis itu yang kemudian mewarisi tempat tinggal Van Der Tuuk ketika ia meninggalkan Singaraja.

Pengetahuan baru itu saya dapat dari curi dengar pembicaraan Sugi Lanus dengan beberapa orang saat saya sedang sibuk mengangkat kursi. Menurut Sugi Lanus, tulisan Van Der Tuuk sangat jelek.

***

Selama kegiatan SLF saya merasa senang. Selain mendapat pengalaman, saya juga bertemu tokoh-tokoh hebat yang hadir dan memberikan workshop dalam serangkaian acara SLF tahun ini.

Seperti misal, Andre Syahreza, penulis Prosa Gerilya—buku yang menceritakan kisah perjuangan I Gusti Ngurah Rai pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan gaya penulisan sejarah, sastra, dan wisata—yang ternyata pernah mengenyam pendidikan di SMAN 1 Singaraja.

Atau Henry Manampiring, penulis yang kariernya melejit lewat buku Filosofi Teras, yang hadir sebagai pembicara dalam festival ini. Namun sayang, saya tak sempat berfoto dengan kedua orang hebat tersebut.

Tentu masih banyak lagi orang hebat yang turut membagikan ilmunya kepada peserta yang hadir dalam festival sastra di Bali Utara itu. Saya tak ingat betul siapa saja yang hadir, namun seingat saya, ada beberapa nama yang tak asing bagi saya seperti Wayan Sumahardika dan Agus Wiratama dari Mulawali Institute, I Made Suarbawa—atau lebih dikenal Birus—dari Minikino, dan nama-nama lainnya yang mendadak lenyap dari kepala saya saat menulis tulisan ini.

Sampai di sini, sekali lagi, hampir selama kegiatan SLF berlangsung, saya benar-benar tak ada waktu untuk mengikuti satu pun program dengan penuh, kecuali program yang satu ini.

Benar, ada satu program yang akhirnya saya ikuti dengan penuh—meskipun program yang tidak saya pahami. Ya, program tersebut adalah workshop alih wahana lontar ke performing arts oleh Dekgeh, seorang koreografer tari kontemporer.

Selama Dekgeh memberikan dasar-dasar tari kepada peserta, di bawah pohon mangga di pelataran Puri Kanginan, saya mencoba menyimak dengan teliti apa yang dia sampaikan. Di sela-sela menjelaskan, sesekali ia memberikan contoh dengan gerakan tari yang keluar dari tubuh lenturnya. Namun, tetap saja, karena itu adalah suatu hal yang memang tidak saya pahami, saya akhirnya memilih untuk memejamkan mata, barang sebentar, hitung-hitung memulihkan tenaga.

Tetapi, barang sial siapa yang tahu, saya dibuat terkejut ketika terbangun mendapati area pelataran Puri Kanginan—tempat Dekgeh melatih tari anak didiknya—sudah sepi dan kosong. Dengan setengah sadar saya mencoba memperhatikan sekitar untuk memastikan, “barangkali mereka pindah tempat yang lebih proporsional untuk mengeksplorasi gerak tubuh,” pikir saya.

Akhirnya, di tengah kebingungan itu, suara seorang ibu—dari suaranya sudah menjelaskan bahwa usianya sudah tidak lagi muda—dengan cepat menyadarkan saya. “Yih, mare bangun, Gus?”. Oh sialan! Ternyata saya memang ditinggal, batin saya waktu itu.[T]

Singaraja Literary Festival: Ruang Intelektual Baru dan Jembatan Penghubung Pengetahuan
Filosofi Teras, Way of Life, dan Kendali Emosi Manusia ala Henry Manampiring
Upaya Perempuan Mempercantik Diri: Lontar, Rempah, dan Konstruksi Patriarki
Tags: festivalGedong KirtyaSingaraja
Previous Post

“I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali”, Buku dari Prof. Dibia

Next Post

Kadek Krisna, Karateka SMPN 2 Sawan, Juara Piala Gubernur Bali 2023 : Sempat Tak Ikut Lomba Karena Biaya

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Kadek Krisna, Karateka SMPN 2 Sawan, Juara Piala Gubernur Bali 2023 : Sempat Tak Ikut Lomba Karena Biaya

Kadek Krisna, Karateka SMPN 2 Sawan, Juara Piala Gubernur Bali 2023 : Sempat Tak Ikut Lomba Karena Biaya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co