Jyotisa (IAST: jyotiṣa) artinya ’ia yang bercahaya’. Matahari, bulan, bintang, dan planet yang bergerak di sepanjang kubah langit setiap hari adalah sumber-sumber cahaya. Semua sumber cahaya itu mengeluarkan atau memantulkan gelombang energi berbeda. Sadar atau tidak, energi-energi itu terpenetrasi ke dalam tubuh manusia dan memengaruhi kehidupan kita. Ilmu okultis yang mempelajari pengaruh energi benda-benda langit itu terhadap naik-turunnya takdir manusia disebut Jyotisa Sastra.
Tak hanya membahas tentang nasib manusia, Jyotisa Sastra juga mencakup gejala-gejala alam, pertanda datangnya suatu peristiwa, dan prediksi masa depan. Sebuah kitab Jyotisa esoterik berjudul Brihat Samhita bahkan memuat tafsir gempa menurut bulan (sasih) yang bersading dengan teks Palalindon di Bali. Dari sana, kita dapat memahami bahwa orang-orang zaman dahulu memaknai gempa dengan cara yang mirip. Ada pula ilmu Vastu Sastra yang amat mirip dengan Hasta Kosala-Kosali dan Feng Sui.
Khusus mengenai pembacaan watak manusia, Jyotisa Sastra memiliki satu cabang ilmu astrologi khusus bernama Hora (Ahoratra). Dalam bahasa sederhana, Hora adalah seni membaca peta langit saat seseorang dilahirkan. Di mana posisi matahari, bulan, dan tujuh planet lain saat seseorang lahir akan menentukan karakter, preferensi, kelemahan, dan kekuatan hidupnya. Tidak hanya itu, Hora juga dapat menenung karakter seseorang dari naksatra (bintang kelahiran) yang berjumlah 27 dan tersebar di sepanjang ekuator langit.
Menurut Astrologi Hora, langit dibagi menjadi dua belas bilah (wilayah), dimulai dari titik di mana cakrawala timur berada. Benda langit apa pun yang ada di titik itu saat seseorang dilahirkan akan menentukan dasar watak atau karakternya. Titik itu disebut lagna, atau asendan.
Apabila matahari (Surya, Raditya) ada di titik cakrawala timur saat seseorang lahir, dia akan menjadi orang yang egosentris. Apa pun yang dia bicarakan, lakukan dan pikirkan akan berorientasi pada dirinya sendiri. Jika matahari sedikit naik hingga 30derajat dari cakrawala timur saat seorang anak lahir, maka anak itu akan selalu ingin meninggalkan kampung halamannya untuk merantau. Lain halnya jika matahari ada di cakrawala barat saat seseorang lahir, maka orientasi hidupnya akan selalu ada pada lawan jenisnya. Jika anak itu lahir subuh saat matahari berada di bawah cakrawala, dia akan menjadi anak yang suka bicara. Bahasa akan menjadi senjatanya yang paling ampuh.
Jadi, walaupun dua anak lahir di tanggal yang sama dan di ranjang rumah sakit yang sama, jika waktu lahirnya berbeda, maka karakter mereka juga pasti berbeda. Karena itu, jam lahir yang akurat sangat penting dalam pembacaan astrologi Hora selain tanggal lahir dan tempat lahir.
Faktor lain yang mempengaruhi karakter seorang anak adalah posisi bulan (Soma, Candra, Indu) saat dia lahir. Bulan mewakili pikiran manusia, emosi, ibu, cinta kasih dan toleransi. Jika bulan terbit di cakrawala saat seseorang lahir, dia akan memiliki wajah berseri-seri serta pikiran yang kalem dan sensitif. Jika bulan sedikit naik ke atas cakrawala sampai kira-kira 30 derajat, anak itu akan menjadi orang yang puitis karena kata-katanya menyejukkan. Jika bulan ada di langit atas kepala saat seseorang lahir, maka dia kelak akan sangat cocok dalam investasi properti dan saham.
Planet selanjutnya adalah Merkurius (Budha). Merkurius mempengaruhi kecerdasan, intelegensi, dan logika. Jika merkurius berada di cakrawala saat seseorang lahir, dia akan menjadi anak yang pandai dalam logika dan sains, selain juga memiliki tampang nerd yang kadang membuatnya dijauhi karena tampak terlalu pintar. Jika Merkurius kebetulan bertengger di cakrawala barat saat anak itu lahir, dia akan sangat pandai berbisnis dan bernegosiasi, serta akan cenderung memilih pasangan yang pintarnya sama.
Planet Mars (Bhoma) mewakili ambisi, passion, spontanitas, dan semangat. Jika Mars ada di cakrawala timur saat seseorang lahir, dia akan menjelma menjadi sosok yang ambisius dan keras kepala (plus dengan badan kekar). Jadi, mendidik anak Mars perlu kesabaran yang tinggi. Jika Mars berada sedikit miring ke barat dari arah atas kepala saat seseorng lahir, maka dia akan sangat ambisius dengan pendidikannya.
Jupiter (Wrespati) adalah pelindung, pengayom, sang bijaksana, filsuf, dan guru. Anak dengan jupiter di cakrawala saat dia lahir ditakdirkan untuk menjadi guru, pendidik, atau bisa saja pemimpin yang melindungi rakyatnya. Jika jupiter ada di cakrawala barat, Anda harus berhati-hati karena si anak akan cenderung memiliki banyak pacar saat dia memasuki usia pubertas.
Venus (Sukra) adalah cinta kasih, sensualitas, daya tarik badaniah, seks, seni, dan romantisme. Jika ada seorang anak lahir ketika Venus ada di cakrawala, lawan jenisnya tidak akan tahan melihat wajahnya. Dia akan memiliki badan yang lembut, proporsional, dan menggugah. Jika Venus sang bintang kejora ada di cakrawala barat saat seorang anak lahir, dia akan dikelilingi oleh lawan jenisnya. Anda bisa mengajarinya menyanyi, modeling, menari atau menjadi MC karena dia ditakdirkan untuk disukai banyak orang secara lahiriah.
Saturnus (Saniscara) adalah planet kering yang lambat, gelap dan nyaris tanpa ekspresi. Jika orang lahir dengan Saturnus di cakrawala, dia akan menjadi orang yang disiplin, tahan banting, dan mampu menahan emosinya jauh di dalam hati. Dia tidak akan mudah mengungkapkan rahasia, jadi dia bisa menjadi secret keeper yang dapat diandalkan. Dia cocok bekerja di mana kehadirannya tidak tampak di barisan depan, tetapi dia menyelesaikan segala pekerjaan di belakang panggung.
Astrologi Jyotisa menyebutkan dua planet lain yakni Kala Rahu dan Ketu. Keduanya melambangkan ilusi (karena berupa planet bayangan). Kedua planet ini terkait dengan cerita Hindu tentang raksasa Kala Rahu yang ingin memakan matahari dan bulan pada waktu gerhana. Kedua planet ini rata-rata membawa efek buruk bagi astrologi seseorang. Jadi, jika suatu planet dipengaruhi oleh Kala Rahu atau Ketu, efek positifnya bisa menurun.
Mendidik Anak lewat Astrologi
Ilmu yang mengaitkan kebudayaan manusia dan pendidikan alamiah disebut etnopedagogi, dan astrologi adalah salah satu produk budaya manusia yang patut diapresiasi dan diteliti. Meskipun terlihat tidak ilmiah dan informal, astrologi menjadi tumpuan harapan manusia sejak zaman dahulu terhadap fluktuasi hidupnya. Dengan membaca pengaruh planet dan bintang, seseorang tahu apa kelemahan dan kekuatannya sehingga dia sebisa mungkin menghindari hal-hal yang merugikan dan mengembangkan apa yang menjadi kekuatannya.
Astrologi laksana ilmu mengenal diri sendiri. Menurut kebijaksanaan Upanisad, tubuh laksana kendaraan, dan setiap orang diberikan kendaraan dengan spesifikasi berbeda. Sangat penting mengenal tipe kendaraan yang kita miliki sebelum kita terlanjur membawanya dalam balap offroad yang fatal. Jika tipe kendaraan Anda adalah sedan CVT, maka ia tidak cocok melewati jalanan ekstrem. Jika kendaraan Anda Jeep jumbo, maka Anda akan melibas jalan tipe apa pun.
Fungsi astrologi dalam pendidikan mirip seperti itu. Dengan mengetahui kecenderungan hidup dan karakter seorang anak, orang tua bisa lebih baik dalam mengarahkan jalur minat dan bakatnya serta menentukan cara mendidiknya. Anak dengan energi Mars yang tinggi tidak bisa dididik dengan keras. Semakin keras didikannya, maka dia akan semakin membara. Anak dengan energi bulan yang tinggi juga tidak bisa dikerasi. Semakin diberi kekerasan (verbal maupun fisik), maka dia rentan depresi karena sensitivitas pikirannya yang tinggi.
Namun, jika Anda mendidik anak Saturnus dengan lembut, maka hasilnya adalah dia akan cenderung malas. Anak Saturnus harus dididik dengan disiplin tinggi, tetapi tidak memaksa. Anak Venus hendaknya dididik dengan sentuhan seni dan romantisme, sementara anak Jupiter lebih suka jika diberi penjelasan nilai atau makna dari suatu peristiwa. Anak Merkurius cenderung butuh penjelasan logis dari segala sesuatu, termasuk mengapa Anda melarangnya menonton TV terlalu dekat tetapi Anda sendiri mengetik berjam-jam dengan mata melotot di depan laptop.
Kesimpulannya, Jyotisa Sastra sebagai produk budaya timur kiranya bisa disandingkan dengan gaung pendidikan karakter yang datang dari barat. Melalui pendekatan etnopedagogis, kedua ujung rantai pengetahuan manusia ini bisa disatukan. Saya kira, astrologi bukanlah mistisisme atau kegaiban. Ia adalah ilmu elementer dan energi. Dengan mengetahui energi apa yang dominan dalam dirinya, orang akan tahu ke mana daya cipta, rasa dan karsanya harus diarahkan. Bukankah ini salah satu tujuan dari pendidikan karakter, merdeka belajar, atau apalah namanya yang sejak dahulu kita cita-citakan? [T]