30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Puputan Badung: Sebuah Capaian Prestasi atau Sikap Frustrasi?

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
September 10, 2023
inEsai
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Putu Eka Guna Yasa

PERINGATAN Puputan Badung akan dilaksanakan lagi tahun ini, tepatnya tanggal 20 September 2023. Kita yang tidak mengalami perang habis-habisan itu tentu memiliki berbagai pandangan. Pikiran manusia modern yang terlalu rasional mungkin saja bertanya, apakah sikap Puputan Badung itu sebentuk prestasi atau frustrasi karena menghadapi tekanan Belanda?

Bagi kutub yang menyatakan sikap itu sebagai langkah frustrasi, barangkali didasarkan atas perbedaan senjata yang digunakan kedua belah pihak dalam berperang. Belanda memiliki senjata meriam, bedil, dan granat yang canggih, sementara masyarakat Bali masih dominan menggunakan senjata keris.

Harusnya, perbedaan senjata tersebut membuat masyarakat Denpasar mundur agar tak banyak korban jiwa yang gugur akibat perang. Di samping itu, faktanya tak semua kerajaan di Bali kompak memusuhi Belanda. Sebagian kerajaan lain di Bali justru menjadikan Kompeni sebagai sekutu dan koalisi. 

Di kutub masyarakat yang meyakini Puputan Badung sebagai langkah yang penuh prestasi biasanya tersemat nilai-nilai cinta tanah air, sikap kesatria, dan sikap yang totalitas dalam menghadapi masalah.

Kita tidak perlu berdebat soal itu, semangat zaman yang berbeda tentu akan melahirkan sikap yang berbeda. Yang ingin kita coba lihat adalah gambaran Ida Padanda Ngurah dalam Kidung Bhuwana Winasa mengenai tata cara seorang pemimpin dalam menghadapi tekanan masalah.

Berdasarkan pembacaan terhadap karya sastra yang juga diduga berjudul Rundah Pulina ini, kita mendapatkan suatu gambaran mengenai pemimpin Bali yang senantiasa “bersenjatakan sastra” dalam menghadapi berbagai tekanan. Dapat dikatakan bahwa sebelum mengambil sikap Puputan, sang raja telah melakukan sejumlah tahapan.

Ketika utusan Belanda di Batavia mendatangi Raja Denpasar seraya menagih ganti rugi atas perampokan Kapal Dagang Cina yang dituduh dilakukan warga Sanur, raja tidak mau menyerahkan begitu saja atas tuntutan itu.

Sang Pemimpin terlebih dahulu mengkonfirmasi kepada tokoh-tokoh masyarakat Sanur. Sikap ini adalah bagian dari ajaran Pratyaksa Pramana: yaitu memperoleh pengetahuan secara langsung dari pihak yang terlibat dalam suatu masalah agar segala sesuatunya menjadi jelas (mangda putus).

Setelah meyakini bahwa rakyat Sanur tidak melakukan penjarahan terhadap Kapal Sri Komala, barulah raja memutuskan untuk menolak tawaran itu. Beliau meyakini bahwa tuduhan atas rakyatnya tersebut sebagai salah satu bentuk cara mencari masalah yang tidak ksatria—yang dilakukan oleh orang Jawa (baca: Pasukan Belanda di Batavia).

Ida Padanda Ngurah dalam Kidung Bhuwana Winasa melalui tokoh Cokorda Denpasar menyatakan sikap orang Jawa itu dengan pernyataan pedas, “Terlampau busuk, tan ulahing satria!”

Penolakan terhadap tawaran utusan itu dapat diketahui dengan baik oleh Cokorda Denpasar, pasti membawa konsekuensi peperangan. Kemampuan memaknai tanda-tanda baik alam maupun tanda-tanda yang ditunjukkan oleh sesorang ini tampaknya merupakan pengejewantahan dari Anumana Pramana—kemampuan memaknai tanda, seperti menebak asap yang bersumber dari api.

Oleh sebab itulah pemimpin Denpasar segera menyampaikan berita ini kepada Raja Klungkung dan Raja Tabanan, dengan cara mengutus dua orang padanda bernama Pranda Ketut Jlantik dan Pranda Ketut Krutuk.

Dengan bantuan dua utusan itu, raja Tabanan segera datang ke kerajaan Badung untuk bertemu. Dalam pembicaraan yang serius antara raja Badung dengan raja Tabanan, terjadi dialog memaknai perang. Ida Padanda Ngurah tampak menitipkan makna perang bagi seorang ksatria dengan meminjam lidah tokoh Cokorda Denpasar dalam Pupuh Pangkur, I: 4-5.

Miwah Sira Paranata
Akaron lawan Tabanan mangkin
Liwar sukangkwa anulu
Yadyan katekaning baya
Suka nulus rasangkwa ya pareng anut

Prihalnyane peristiwa
Niti Sara rakweng aji

Sang sura menanging rananggana
Lwih wibawa danendra ya pinanggih
Susrama makara pinupul
Arabi ayuning ranyang
Lwih ta iku sang sura pejah ndatan surud

Lewih rasannyane amat
Agung swarga ya pinanggih

Dalam bahasa Indonesia:

Dan para kerabatku semua
Kini kita telah bersatu dengan Raja Tabanan
Amat senang hatiku menyaksikan
Walaupun akan datang marabahaya
Benar-benar gembira rasa hatiku sebab bersama ikut

Perihal kejadian ini
sudah termuat dalam ajaran Niti Sara (Niti Sastra)

Pahlawan yang menang dalam peperangan
Sangat mulia mendapatkan kekayaan
Pemberani disebut
Dapat memperistri wanita cantik
Seorang pahlawan tidak akan mundur sebelum gugur di medan laga

Itulah kenikmatan utama baginya
Ia akan memperoleh sorga yang utama

Dari kutipan di atas, dapat diketahui secara benderang bahwa ada kitab yang harus dijadikan pegangan wajib seorang pemimpin dalam menghadapi masalah, terlebih menghadapi peperangan. Ida Padanda Ngurah dalam fragmen cerita tersebut menyebutkan kitab Niti Sara, yang lebih populer dengan sebutan Niti Sastra sebagai pedoman.

Dalam pustaka tersebut dinyatakan pahlawan yang menang dalam peperangan, akan mendapatkan kemuliaan dan kekayaan serta istri yang cantik. Seorang perwira tidak akan mundur sebelum gugur di medan laga.

Setelah ditinjau dalam teks Niti Sara, kutipan tersebut memang tampaknya merujuk pada Kakawin Niti Sara. Dalam pustaka Niti Sara disebutkan Sang Sura pĕjahing rananggańa umusir ing Surapada iniring de parapsari “Seorang Pahlawan gugur di medan perang akan menempati sorga Wisnu didampingi oleh apsari”.

Beliau seolah ingin menyampaikan kepada kita yang hidup di hari ini, bagaimana tradisi Bali menjadikan sejumlah pustaka penting yang mesti dipegang oleh seorang pemimpin. Salah satunya adalah Niti Sastra, yang dalam tradisi Bali diyakini oleh Dang Hyang Nirarta. 

Setelah raja Badung bertemu dengan raja Tabanan untuk menjalin koalisi. Tahap persiapan yang dilakukan sebelum Perang Puputan adalah bertemu dengan para mantri dan pendeta kerajaan. Pada bagian itulah Ida Padanda Ngurah “menjelaskan ihwal” penyebab perang harus dilaksanakan.

Melalui ungkapan yang disampaikan Cokorda Denpasar, beliau menulis bahwa sebab puputan itu dilaksanakan adalah mempertahankan ajaran agama (angukuhi patut rasaning aji).

Setelah melakukan seluruh tahapan itu, apa yang diduga menjadi kenyataan. Pasukan Belanda menyerang mulai dari pesisir timur wilayah Denpasar. Sedikit-demi sedikit semua wilayah mulai diduduki oleh Belanda.

Rakyat Bali yang melakukan perlawanan seperti wilayah Intaran, Panjer, Sanglah, Padang Sambian, gugur dalam mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Perang sengit terjadi. Belanda dengan senjata bedil (brahmasara), meriam (lela), granat (jrenat) membunuh banyak prajurit Bali.

Pada situasi genting itulah, Ida Padanda Ngurah menceritakan bahwa Cokorda Denpasar pada malam harinya memanggil para pendeta (Sang Dwija) untuk meminta nasihat dan ajaran. Mari kita coba simak, apa ajaran yang diminta oleh seorang raja dalam situasi genting kepada purohita kerajaan.

Ahum ahum singgih praya sri diksita
Mapa rakwa lingning aji

Suyasaning lirang
Suramrĕtha dhiramrĕta

Sunyamrĕtha ika malih
Ndi ya dinungkap
Wratmaranikanang luwih

Ala tala pwa yata suksma elmuka
Yata pwa ya inungsi
Sumahur sang dwija
Singgih pwa Sri Naranata
Sunyamreta ya inungsi
Den sunyeng cita
Anganusmarakena ring jati

Jatinika ya taya mara ktresnan
Ya taya rakwa pinanggih
Lila wreneng cita
Den kukuh aywa simpang
Angungsi mati ajurit
Apan kasunyan
Parama durlaba jati

Dalam bahasa Indonesia:

Oh oh Pandanda yang suci
Bagaimanakah ucapan dalam ajaran agama

tiga jalan mati yang baik
mati dengan kepahlawanan [suramrĕta], mati dengan keteguhan [dhiramrĕta]

wafat dengan yoga Samadhi [sunyamrĕtha]
Yang mana baiknya dilaksanakan
Sebagai jalan yang harus ditempuh?

Coba terangkanlah ilmu yang sulit ini
supaya dapat saya tuju
lalu menjawab Sang Resi:
“Ya Sri Baginda”
Sunyamreta-nya patut dituju
Supaya ikhlas dalam hati
dan ingat pada kebenaran

Dan lagi supaya tidak ada keterikatan dalam hati
Serta tiada lagi memikirkan kesenangan
Kemabukan dalam hati
supaya kuat tidak boleh berubah
Akan mencari mati dalam peperangan
sebab keikhlasan hati itu
Sangat sulit sekali

Dari kutipan yang agak panjang di atas, dapat diketahui bahwa dalam situasi sulit itu seorang raja senantiasa meminta pencerahan kepada pendeta kerajaan (Purohita Kerajaan). Di sanalah peranan purohita.

Ternyata seorang raja dalam situasi seperti itu, akhirnya berlabuh untuk meminta penjelasan tentang hakikat kematian kepada sang pendeta. Sang pendeta juga menyarankan agar raja melaksanakan pembakaran mayat kakaknya [amasmi sira kakaji] dan melakukan upacara potong gigi [dantiayuning lampah].

Sang raja pun menuruti semua nasihat dari sang purohita [sang nata lintang misinggih]. Beberapa hari setelah meminta nasihat itu, Raja Denpasar melakukan upacara pitra yadnya dan upacara potong gigi, diiringi oleh para permaisuri kerajaan sesuai saran sang pendeta.

Meminta ajaran dari orang suci adalah bagian dari ajaran Agama Pramana.  Ajaran ini adalah bagian dari upaya untuk memperoleh pengetahuan dengan cara memohon kepada orang-orang suci yang telah tuntas dalam ajaran sakala-niskala.

Teks Niti Sastra berpesan, sang sastrjnya wuwusniramrĕta sutusteng praja “seseorang yang berpengetahuan, nasihatnya bagaikan air suci keabadian yang menentramkan orang lain”.

Setelah semua nasihat tersebut dilakukan, perang masih terjadi di beberapa wilayah di Denpasar. Satu persatu perwira kerajaan dikalahkan. Akhirnya, Sang Raja turun ke medan peperangan. Dua senjata perang beliau yang bernama Jala Kadingding kehilangan tuahnya, hanya keris Singapragalah yang digunakan.

Ida Padanda Ngurah menceritakan gugurnya Cokorda Denpasar dengan sangat mengharukan. Dari uraian Ida Padanda Ngurah mengenai Perang Puputan Badung, dapat diketahui bahwa sejatinya perang itu telah dilakukan dengan landasan ajaran Tri Pramana yaitu Pratyaksa, Anumana, dan Agama Pramana.

Dengan jalan itulah, Samajnyana atau pengetahuan yang utuh dapat diraih. Melalui Samajnyana dan landasan sastra yang kuat, Perang Puputan dengan heroik dilakukan. Sekali lagi, Puputan Badung adalah perang yang dipersiapkan. Bukan dengan grasa-grusu. Ida Cokorda Denpasar melakukan perang habis-habisan itu dengan landasan pengetahuan yang benar (samajnyana).[T]

  • Klik untukBACAartikel lain dari penulisPUTU EKA GUNA YASA
Bayang-Bayang Belanda di Bali Abad XIX: Catatan dari Kidung Bhuwana Winasa dan Yadnyeng Ukir Karya Ida Padanda Ngurah
Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu
Menjadi Manusia Merdeka: Catatan dari Adikawya Kakawin Rāmāyana
Tags: baliperangPuputan Badungsejarah
Previous Post

Mahasiswa Inbound Unud Mengeksplor Kawasan Pura Besakih dengan Modul Kebhinekaan

Next Post

Bupati Lihadnyana Instruksikan Perumdam THB Lakukan Survei Kepuasan Masyarakat Dua Kali Setahun

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
Bupati Lihadnyana Instruksikan Perumdam THB Lakukan Survei Kepuasan Masyarakat Dua Kali Setahun

Bupati Lihadnyana Instruksikan Perumdam THB Lakukan Survei Kepuasan Masyarakat Dua Kali Setahun

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co