DI RUMAH SAKIT
di seluruh pintu rumah sakit
berpasang-pasang doa keluarga
menghadang malaikat maut
agar tak masuk
tapi malaikat maut kadang tak peduli
meski doa sudah sampai ke tuhan
dari sudut ranjang
sesosok nyawa dibawanya paksa
ratap tangis hanya bisa mengiringi
tanpa daya
RSD dr. Soebandi, Jember, 9 Juni 2023
DI RUANG BEDAH SEBUAH RUMAH SAKIT
di ruang bedah
dengan peralatan canggihnya
para dokter sedang berusaha menolak takdir
mencari nyawa cadangan yang tersangkut di lauhul mahfudz
menggantikan nyawa lama yang kini sudah kadaluarsa
tapi pisau-pisau bedah, obat antiseptik, aneka jarum dan lainnya
tak mampu memotong tangan-tangan maut
mencabut nyawa dari raga
doa sang alim
tak cukup kuat menahan tarikan takdir yang telah menggaris
mungkinkah ratapan dan tangis kehilangan
bisa memanggil kembali sukma yang sudah berpulang
ke asalnya?
RSD dr. Soebandi, Jember, 9 Juni 2023
DOA KALA DI RUMAH SAKIT
hanya sang pembuat
yang bisa mengubah
takdir yang sudah ditetapkan
bukan doa
apalagi air mata
(kau yang maha segala
kami hanya hamba
semua tergantung pada kuasa-mu)
RSD Soebandi, Jember, 9 Juni 2023.
DOA KESEKIAN DI RUMAH SAKIT
tuhanku
di hadapan takdir-mu
doaku jadi kaku dan beku
tak satupun ada yang laku
karena kau maha tahu
maka bukalah setitik rahasia-mu
agar aku juga tahu
apa yang kau mau
RSD dr. Soebandi, Jember, 9 Juni 2023
RUMAH-SAKIT
selain kematian
tak ada yang pasti di sini
obat dan keselamatan
hanya diagnosa
apalagi pemulihan
acapkali hanya mimpi
tapi di tangan para dokter itu
orang-orang percaya
tuhan mengirimkan seluruh harapan
juga keajaiban
untuk kelanjutan hari esok
meski kadang-kadang
harapan dan keajaiban itu
dicabut-nya kembali
RSD dr. Soebandi, Jember, 10 Juni 2023
MAUT DI RUMAH SAKIT
1
aroma maut
melayang siang malam
di rumah sakit
2
di rumah sakit
siang malam tercium
aroma maut
RSD dr. Soebandi, Jember, 10 Juni 2023
MAUT MENGINTAI
janganlah tidur
maut terus mengintai
di tengah sakit
Ledok Ombo, 10 Juni 2023
KEMATIAN WAKTU
di pintu kubur
waktu berhenti
menghitung dirinya sendiri
lalu mati
dikubur sepi
Kumendung, 27 Juni 2023
NING
ning
di tengah hutan yang terbakar
adakah gunanya kugambar bunga-bunga dan mata air?
panas api itu telah menghangus-luluhkan semuanya
dan air mata hanya menambah pedihnya hati
dalam kesendirianku
pernah kubayangkan sekali waktu
kau yang dewasa cekatan mengiringiku
yang tertatih-tatih dengan tongkat
menyusuri jalan-jalan pagi dengan cerita-cerita ceria
tapi yang terjadi adalah yang telah berlalu
adalah si kecil dengan rambut dikepang
berlari dengan tawa lepas
menghindari kejaranku yang pura-pura tak kuat bergerak
dan pulangnya kau naik di punggungku sambil bernyanyi
naik-naik ke puncak gunung, bintang kecil
dan semua lagu yang kau hafal
(nyanyian si kecil lucu itu kini terngiang-ngiang
dengan tawanya mengisi seluruh kesunyian)
lalu kemarin itu, melihatmu saat itu
begitu takut kubayangkan dirimu esok hari
bahkan untuk berdoa pun aku tak sanggup menengadahkan tangan
tak tahu apa yang harus kumohonkan untukmu
kematian yang begitu menyedihkan
atau kesembuhan yang rasanya tak mungkin
(keajaiban pun sepertinya mustahil)
tak tahu apa yang mesti kuajukan pada tuhan untukmu
dan ketika akhirnya aku bisa menengadahkan tangan
jangankan bibir, hatiku pun tak bisa berkata apa-apa
hanya tetes air mata menggenang di kedua sudut mata
apa yang harus kumohonkan untukmu?
tak juga kunjung kutemukan
meski aku sudah datang di hadapan tuhan
tapi aku hanya hamba sahaya pandir yang tak mengerti apa-apa
mungkinkah meminta suatu keajaiban
yang hanya bisa diberikan pada seorang yang istimewa?
lagi pula doaku untukmu
bagai pelampung yang kulempar di tengah banjir bandang
:kau timbul tenggelam di tengah arus
pelampungku hanya terkatung-katung di tepian
(sia-sia dan tanpa guna)
ning
hanya kepastian-nya yang kutunggu akhirnya
dengan kepasrahan
itu yang selalu kurasa di hari-hari terakhirmu
(karena pada akhirnya
tuhan penentu segalanya
pemilik usia yang sesungguhnya)
Kumendung, Juni 2023
[][][]