5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Musik Pop dan Cita-cita Kami

JaswantobyJaswanto
August 24, 2023
inEsai
Libur Hari Jumat

tatkala.co

SEBAGAI GENERASI yang lahir di pertengahan tahun ’90an (saya lahir menjelang krisis moneter), saya besar dan tumbuh, selain bersama tayub dan wayang, juga musik dangdut, campur sari, orkes koplo, dan, tentu saja, musik pop cengeng—yang pada tahun 2000-an sedang menemukan momentumnya itu.

Tetapi, tumbuh bersama yang saya maksud tidak seperti yang Anda bayangkan. Pada kenyataannya, budaya massa seperti dangdut, campur sari, dan musik pop tak pernah betul-betul saya miliki, terutama secara fisik—dan itu terjadi karena satu hal yang klise: kemiskinan.

Tetapi benar, Karang Binangun hingga awal dekade ‘90an memang hanyalah dusun tegalan miskin pelosok yang tak tahu apa-apa tentang budaya urban yang sedang hit pada masa itu. Karena miskin dan pelosok, anak-anak seperti kami juga tak pernah punya riwayat mainan mahal (pabrikan), apalagi sampai berpikir untuk memiliki TV atau perangkat pemutar musik, mustahil.

Soal mainan, hampir semua yang kami mainkan hanyalah hasil tangan kami sendiri: kincir angin dari bambu dan lontar, layangan (sejauh yang saya ingat macam-macam namanya: puter tanggung, tanggalan, banyakan, biduan, dst…), gasing, roda-rodaan dari buah ental (lontar), pistol bambu, meriam bambu, hingga belakangan kami mengumpulkan banyak kantong plastik yang kemudian kami jejalkan semuanya, semuat-muatnya, ke dalam plastik bekas ukuran 1 kg dan kami bentuk sebulat dan serapi mungkin sampai menyerupai bola kasti (mainan yang sangat 3R, bukan?), dan masih banyak lagi—untuk nama-namanya, bentuk dan cara memainkannya lebih baik saya rahasiakan.

Atau pada saat kemarau panjang, bersama teman-teman saya senang membakar biji mete—yang dalam bahasa kampung kami menyebutnya: ukiran—di dekat telaga kecil kampung kami.

Kami menusuk biji-biji itu dan menyusupkannya ke lapisan terdalam dedaunan kering yang akan dibakar. Saat biji-biji itu sudah mengepul dan hitam arang, kami membukanya dengan batu. Serpihan arangnya memberi noda di tepi beton telaga—tempat kami merendam kaki ke dalam airnya yang dasarnya berlumpur dan penuh dengan pecahan cangkang keong.

Sebutir inti, kacang kecil di antara pecahannya, akan menggelinding ke mana saja, kami hanya perlu mencucinya dengan air telaga keruh yang kecokelatan. Kadang-kadang tidak.

Sementara itu, di saat kami sedang asyik menikmati gurihnya biji mete dengan mulut belepotan hitam arang—saat jalanan terasa panas seperti dipanggang dan angin kering berembus membawa debu dan aroma kotoran ternak—orang-orang dewasa berlalu-lalang di ladang kering dengan gertu-gerutu.

Di atas adalah sedikit—sangat sedikit bahkan—gambaran masa kecil kami sebagai anak kampung miskin di pelosok daerah yang kaya akan batu kapur dan tanah liatnya itu—yang tentu sudah menjadi milik pabrik semen sekarang. Jadi, dengan kondisi demikian, sekali lagi, mustahil kami mempunyai perangkat pemutar musik sendiri.

Ya, kami menikmati musik dari curi dengar di TV atau pemutar musik milik orang lain atau di acara hajatan-hajatan tetangga kami yang kaya. Saat itu, perangkat musik bagi kami sama mahalnya dengan mainan berisi batrai yang diremot bisa bergerak sendiri. Ini klise, tapi sepenuhnya benar. Dan saya pikir bukan saya saja yang punya pengalaman seperti ini.

***

Mengenai musik pop, khususnya band, generasi saya menemui banyak sekali grup di tanah air. Seolah algoritmanya dulu seperti itu. Grup-grup seperti Paterpan, Wali, Sheila on 7, Kangen, Dewa 19, Padi, Jikustik, Ada Band, Samsons, Ungu, Kerispatih, Armada, Kuburan, dan lainnya, lagu-lagunya berseliweran di telingan kami. 

Tetapi, dari sekian banyak nama grup band yang muncul di era itu, setidaknya hanya Kangen Band yang paling membekas di ingatan saya sebagai anak kampung. Hal tersebut bukan saja karena band ini waktu itu sedang—meminjam istilah sekarang—viral-viralnya, tapi juga karena lagu-lagu dari band ini yang pertama saya miliki secara fisik. (Pada usia saya ke-15, bapak membeli TV berserta VCD-nya.)

Pada awalnya saya tidak tahu saat teman-teman saya menyanyikan lagu dewasa dengan lirik “… tapi kamu kok selingkuh” atau “…empat belas hari kumencari dirimu” yang hit itu sampai seorang teman saya di sekolah dasar bilang, “Ini lagunya Kangen Band, Jas. Grup band yang sedang terkenal.” Semenjak saat itu, saya sering nongkrong di rumah salah seorang teman yang memiliki VCD untuk mendengar dan ikut menyanyikan lagu-lagu Kangen Band beramai-ramai.

Grup band yang dibentuk di Bandar Lampung pada tahun 2005 oleh Dodhy (Gitar), Andika (Vocal), Tama (Gitar), Bebe (Bass), Izzy (Keyboard), dan Baim (Drum) ini, tak membutuhkan waktu lama untuk memikat hati saya—maksud saya, hati kami. Pasalnya, lagu-lagu yang mereka ciptakan dan nyanyikan sungguh sangat mudah untuk kami ingat. Apalagi saat album ketiga mereka yang diberi judul “Pujaan Hati” (2008), dengan hit single “Terbang Bersamaku” dan “Pujaan Hati” rilis, kami semakin terpikat dengan grup band yang berhasil masuk sebagai Grup Band Tervaforit pada SCTV Award 2007 itu.

Lagu “Terbang Bersamamu” dan “Pujaan Hati” selalu kami nyanyikan di kelas saat guru belum hadir dengan meja sebagai drum-nya. Saya memukul-mukul meja—atau lebih tepatnya menggebrak-gebraknya—dengan penuh antusias dan teman saya Suyono tampil sebagai vokalis dan, tentu saja, sambil membayangkan sedang konser di atas panggung yang penuh lampu sorot dengan ratusan ribu penonton yang berteriak histeris karena melihat aksi kami.

Tak hanya dua lagu itu saja sebenarnya, lagu “Tentang Aku, Kau, dan Dia” (2007) dalam album dengan judul yang sama juga menjadi lagu yang tidak pernah terlewatkan kami nyanyikan di kelas maupun di rumah. Belakangan saya tahu, tak main-main, album ini langsung menyabet Golden Award karena penjualannya melebihi angka 150 ribu kopi. Fantastis.

Seorang teman membeli poster Kangen Band di lapak penjual CD bajakan di Pasar Hewan Kecamatan Kerek—zaman itu kami biasa membeli CD bajakan full album seharga sepiring nasi pecel lengkap dengan paha ayam. Lalu dia menempelkannya di dinding kayu rumahnya.

Kami memandanginya lekat-lekat. Dari atas sampai bawah. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Salah seorang teman berkata dengan sangat percaya diri sambil membasahi rambutnya dengan air lalu menatanya sedemikian rupa sampai menyerupai sosok dalam poster. “Kita harus membuat grup band.” Sialnya, kami semua mengangguk tanda setuju.

Pada waktu itu, sebagai anak kampung miskin pelosok pinggiran yang tak mungkin dapat mengikuti jejaknya, Kangen Band bagi kami merupakan grup yang sempurna. Anggapan itu tentu tidak memiliki argumen atau analisis intelektual seperti misalnya yang ditulis Rhenald Kasali dalam buku Cracking Zone. (Kangen Band, menurut Rhenald, dinilai sebagai sebuah fenomena yang menggambarkan naik kelasnya kalangan ekonomi bawah ke kelas menengah secara masif.)

Belakangan saya tahu, band yang kami anggap sempurna itu, meski disambut meriah oleh pasar dengan penjualan sampai menembus 300.000 keping CD, kehadiran mereka mengejutkan karena baik penampilan maupun kualitas musik dianggap di bawah band menengah-elit. Kehadiran mereka juga dituduh merusak kualitas musik Indonesia seperti komentar sengit dari David Bayu, vokalis band Naif.

Dalam sebuah acara yang diadakan oleh Rollingstone, secara terbuka Bayu menyatakan keberatannya terhadap Kangen Band, termasuk label tempat bernaung band tersebut. Keberatan pria pelantun lagu Benci untuk Mencinta (2005) itu dilatari oleh banyaknya produser musik yang pada saat itu cenderung mematikan heterogenitas musik Indonesia dengan hanya fokus menggarap band-band bercorak pop melayu.

Benar. Pada pertengahan tahun 2000-an, sekali lagi, grup band (melayu) tanah air memang sangat menjamur seperti musik indie saat ini. Dalam hal ini, Kangen Band kemudian bukan satu-satunya grup yang kami letakkan dalam dada kami. Ia harus rela berdesakan dengan band-band yang lebih dulu dibentuk tapi kami baru tahu lagu-lagunya atau band-band yang baru dibentuk setelahnya.

Kami memasukkan Radja Band, Wali Band, Letto, Kuburan Band, Hijau Daun, D’Bagindas, D’Masiv, Armada, Republik, The Virgin, Viera, Peterpan, Vagetoz—dan masih banyak lagi—ke dalam saku dada kami masing-masing. Meski sekarang, semakin ke sini, semakin pudar dan tergantikan oleh penyanyi-penyanyi pop baru yang lebih segar dengan mengusung tema yang bagi generasi sekarang relevan: self love—meskipun tema cinta cengeng tetap tak tergantikan.

Tetapi, terlepas apakah kualitas lirik dan musik mereka ketengan atau tidak, yang jelas, berkat grup band tersebut, kami, anak-anak udik Dusun Karang Binangun, pernah memiliki pilihan cita-cita selain menjadi polisi, tentara, guru, dokter, dll. Kami mendadak bercita-cita menjadi vokalis, gitaris, basis, pianis, maupun drumer. Hidup generasi kami menjadi lebih berwarna.

Namun, pada akhirnya, kami harus bangun dari tidur dan disadarkan oleh realita bahwa untuk menjadi anak band tak semudah membalikkan telapak tangan. Cita-cita kami patah dan terlupakan, seperti saat Andika dan Izzy—dua personil Kangen Band—ditahan polisi sebab narkoba. Tahun itu menjadi awal band pujaan hati ini mulai meredup.[T]

Suatu Hari di Awal Juli 2023
Diskusi Dini Hari Bersama Bang Onang
Singaraja, Sebuah “Kutukan”
(Rasanya) ke-Tuban-nan Saya Sudah Hilang
Tags: esaimusik pop indonesia
Previous Post

Gamelan Mulut Tour Eropa 2023, Dubes RI Brussel Ikut Menari

Next Post

Mlancaran ke Sasak: Sastra Pariwisata Bernuansa Cinta

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Mlancaran ke Sasak: Sastra Pariwisata Bernuansa Cinta

Mlancaran ke Sasak: Sastra Pariwisata Bernuansa Cinta

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co