30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menjadi Manusia Merdeka: Catatan dari Adikawya Kakawin Rāmāyana

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
August 17, 2023
inEsai
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Putu Eka Guna Yasa

DALAM LANSKAP sastra kawi, adikawya Kakawin Rāmāyana dinobatkan sebagai kakawin tertua, terpanjang, dan terindah dalam jenisnya (JJ.Ras, 2014: 61). Sebagai bagian dari karya sastra dunia, kakawin yang dalam tradisi Bali diyakini digubah oleh seseorang berkualitas Yogiswara ini berisi eksiklopedi pengetahuan tentang persoalan hidup secara menyeluruh, termasuk di dalamnya figur manusia ideal berjiwa mahardika.

Jiwa-jiwa mahardika idealnya tumbuh dan terbit di dalam relung-relung hati anak bangsa, di tengah-tengah kemerdekaan yang telah diraih melalui pengorbanan keringat bercampur darah oleh para pejuang pada zamannya. Jiwa mahardika menjadi harapan ideal untuk mengisi kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan kusuma bangsa, sebagaimana seremonialnya kita peringati saban 17 Agustus  setiap tahunnya.

Seorang penekun studi Linguistik Historis Komparatif, James T. Collins dalam bukunya Bahasa Sansekerta dan bahasa Melayu menyatakan bahwa kata mahardika inilah yang berevolusi menjadi kata merdeka. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Mukunda Madhava Sarma dalam bukunya “Elements of Sanskrit in Indonesian” (1985).

Kata ‘maharrddhika’ yang berasal dari bahasa Sansekerta, dalam prasasti-prasasti berbahasa Melayu pada abad ke-7 semula bermakna ‘kuat’. Lebih lanjut dikatakannya, kata ‘maharddhika’ yang telah mengalami evolusi fonologis menjadi kata ‘mardika’ tersebut pada abad ke-17 mengalami perubahan makna menjadi ‘hamba atau abdi yang dibebaskan dari ikatan undang-undang sebagai abdi, sehingga dapat berdiri sendiri’. Kini kata ‘mardika’ dalam bahasa Indonesia mengalami tahapan perubahan bentuk menjadi kata ‘merdeka’ yang secara semantik bergayut erat dengan ranah politik modern dengan pemaknaan ‘bebas dari penghambaan dan penjajahan, berdiri sendiri (KBBI, 1989: 577).  

Kata mahardika dalam Kakawin Rāmāyana  disebutkan pada fragmen menghadapnya Wibhisana kepada Rāma. Wibhisana adalah adik Rawana yang telah menculik belahan jiwa Rāma yaitu Sita. Penculikan ini berujung pada perang besar yang melibatkan para dewa, raksasa, resi, bahkan pasukan kera. Di tengah-tengah situasi perang tersebut, Wibhisana berusaha menjalankan kewajiban sebagai adik untuk menyelamatkan kakaknya Rawana dari malapetaka yang akan menimpanya melalui nasihat-nasihat tentang kebenaran.

Wibhisana memang telah berulang kali mengingatkan kakak kesayangannya itu untuk meminta maaf kepada Sri Rāma (Santikangen-angen pangupasama, haywa tan wawarengo lara humadang, kweh arista hatikasta katakut, yapwa tan upasaman pati bhisama). Akan tetapi, Rawana tidak sedikitpun mengindahkan kata-kata Wibhisana. Malahan Wibhisana dikatakannya sebagai seorang penghianat yang nista dan tidak setia terhadap kakak yang sekaligus rajanya. Rawana bagaikan batu yang nirrasa. Ia tak mampu memilah kata-kata yang mengandung amerta  atau racun dalam hidupnya.

Wibhisana akhirnya diusir dari istana Alengka karena dianggap telah berkhianat kepada Rawana dan kerajaan. Saat itulah Wibhisana yang sejak semula telah melihat kebenaran menyala pada ujung-ujung panah ‘senjata’ dan manah ‘pikiran’ Rāma menghadap reinkarnasi Wisnu itu. Ada berita menarik yang disampaikan Hanoman mengenai kedatangan Wibhisana ke tempat Sri Rāma. Penggubah Kakawin Rāmāyana  yang prototipenya konon  diresepsi dari karya Bhatti Kawya tersebut menyatakan sebagai berikut.

“Prawara guna wibhisana ikana teka, huluna ri suku sang prabhu tan alang-alang, sahuripana maharddhika tuwi gunawan, nipuna ring aji sastra wenanga sarana”.

Teks berbahasa Jawa Kuna tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:

“Sang Wibhisana yang bijaksana kini datang, bermaksud menghamba kepada Paduka Rāma dengan tulus hati. Dia sungguh adalah orang yang bijaksana dan berpikiran merdeka. Sangat memahami ajaran sastra agama. Oleh karenanya patut dijadikan sekutu (Agastia, 1998: 54-55).

Pada kutipan di atas, Wibhisana dinyatakan sebagai seseorang yang bijaksana (gunawan) dan berpikiran merdeka. Kata ‘mahardhika’ yang berarti ‘merdeka’ dalam teks Kakawin Rāmāyana  di atas memang tepat disandang oleh seorang Wibhisana.

Ia adalah sosok yang berani memperjuangkan kebenaran dengan berpihak kepada Rāma. Wibhisana tidak terikat pada wilayah kerajaan yang menjadi tempatnya hidup bersama anak dan istrinya selama ruang itu dipenuhi oleh ketidakbenaran. Sampai di sini mungkin Wibhisana memiliki perbedaan sikap dengan saudaranya Kumbakarna. Sang Kumbakarna dalam sejumlah tafsiran memang dianggap sebagai sosok yang patriotis. Sebab, keinginannya bertarung dan mati di medan pertempuran bukan semata-mata karena membela Rawana tetapi karena jiwa bela negaranya.

Dia turun ke medan laga dengan motivasi memperjuangkan wilayah kerajaannya yang diserang musuh. Dalam pengamatan Kumbakarna, seorang Rāma dan pasukannya adalah musuh yang hendak menghancurkan kerajaan.  Kehancuran kerajaan dan wilayahnya itulah yang hendak dibelanya dengan jiwa dan raganya.

Dari sikap-sikap yang diambil oleh kedua bersaudara itu, cerita Rāmāyana  yang bagi sebagian orang sederhana menjadi kompleks dan multitafsir. Yang menganggap cerita itu sederhana barangkali hanya mengetahui cerita Rāmāyana  lewat mendengar atau menonton bagian-bagian tertentu dari pementasan wayang.

Sementara itu, bagi sejumlah orang yang pernah membaca karya sastra Kakawin Rāmāyana  akan merasakan betapa kompleksnya cerita yang dibingkai dengan kepadatan metrum kakawin tersebut. Tidak banyak orang yang mampu membaca Kakawin Rāmāyana  dengan tuntas, meskipun kesucian pikiran menjadi pahala yang akan diraih ketika selesai membaca karya sastra yang sarat ajaran tentang kehidupan itu.

Ajaran itu terselip dalam dialog maupun salampah laku dan dilema-dilema para tokohnya. Dilema-dilema yang multitafsir selalu memeras keringat penafsiran para peminatnya, seperti dalam fragmen Dewi Kekayi yang menuntut agar Bharata menjadi raja Ayodya, fragmen peperangan Subali dan Sugriwa, fragmen Laksmana dalam menjaga Sita yang diakhiri dengan penyamaran Rawana menjadi pendeta dan yang lainnya.   

Khusus dalam konteks sikap Wibhisana dan Kumbakarna, entah demi kepentingan moral cerita atau sebab-sebab lainnya, dapat disimak bahwa Kumbakarna gugur di medan pertempuran. Sementara Wibhisana tetap hidup. Bahkan Rāma menyerahkan kerajaan Alengka yang semula diperintah oleh kakaknya kepada Wibhisana. Wibhisana tampaknya dijadikan figur oleh pengarang untuk memaknai jiwa yang mahardika ‘bebas’.

Dari sikap-sikap yang diambil oleh Wibhisana, ia sejatinya bukanlah seseorang yang tidak memiliki patriotisme. Wibhisana lebih memilih pendekatan dialogis untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Rawana sebagai pucuk pimpinan di kerajaan Alengka. Barangkali hanya dengan cara itu Wibhisana berharap dapat membalikkan kesadaran Rawana untuk mengurungkan niatnya berperang melawan Rāma. Dengan cara itu pula kerajaannya akan selamat.

Pendekatan dialogis yang dilakukannya ternyata tidak membuahkan hasil. Bahkan berujung pada pengusiran.  Wibhisana lalu menghadap Rāma yang menjadi tokoh sentral cerita. Meskipun reinkarnasi Wisnu, Rāma tetaplah manusia yang memiliki tubuh (darah dan daging) dan perasaan.

Sebagai manusia, Rāma dengan usaha keras terus berjalan dan membangun jembatan di atas laut dengan pasukan kera. Sebagai putra mahkota, Rāma rela tahtanya digantikan oleh adiknya sang Bharata. Sebagai seorang suami, tentu ia juga marah, sedih dan emosi ketika istrinya diculik oleh Rawana. Dari keseluruhan cerita, baik pihak yang menang dalam pertempuran maupun yang kalah, sama-sama merasakan penderitaan. Konon dunia memang tidak hanya menyediakan kesenangan, tetapi sekaligus duka lara dan kematian.  

Dalam adikawya tersebut, Rāma dijadikan simbol kebenaran. Dengan mengabdikan seluruh kemampuannya kepada Rāma, barangkali Wibhisana dapat dimaknai sebagai abdi pada kebenaran itu sendiri. Wibhisana tidak memihak kepada Rawana, walaupun secara genetis ia adalah saudaranya. Itu artinya, seorang Wibhisana tidak memiliki karakter nepotisme, sebagaimana menjadi trend di zaman ini. Sikap-sikap Wibhisana itu tentu menjadi anomali di wilayahnya sendiri. Terlebih di wilayah kerajaan yang penuh dengan kerakusan, nepotisme, bahkan mungkin korupsi yang dilakukan para raksasa.

Di dalam lingkungan seperti itu Ia menjadi sosok yang dibenci.  Namun demikian, kita yang hidup di dunia nyata dapat merasakan bahwa Wibhisana adalah seseorang yang berpikiran bebas ‘merdeka’. Dengan landasan keyakinan dan tekad yang bulat Ia memutuskan untuk berpihak pada kebenaran.

Situasi politik kerajaan yang carut marut dan ingin meraih segala keinginan termasuk cinta, harta, dan tahta dengan segala cara tak mampu mengikatnya.  Wibhisana memang bagaikan butir embun yang ada di dalam mahligai teratai. Ia tetap memancarkan kejernihannya, meskipun akarnya menancap pada lumpur dan batangnya hidup pada air yang tidak jarang bersahabat dengan ‘kekeruhan’.  [T]

  • Klik untuk BACA artikel lain dari penulis PUTU EKA GUNA YASA
“Nglawang”: Sumber Sastra dan Realita
Dari Aliansi Subak sampai Proses Menjaga Kedaulatan Kerajaan Bali: Memandang Batur dari Jendela Sastra
IGB Sugriwa, Pengalir Mata Air Sastra ke Berbagai Telaga Zaman
Tags: HUT Kemerdekaan RIkakawinkawikemerdekaan
Previous Post

Mahasiswa Baru di Singaraja: Undiksha 2.975 Orang, STAHN Mpu Kuturan 1.115 Orang

Next Post

Sudahi Bicara Mitos, Mulai Bicara Karya-karya Umbu Landu Paranggi | Dari Peluncuran dan Diskusi Buku Melodia

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
Sudahi Bicara Mitos, Mulai Bicara Karya-karya Umbu Landu Paranggi | Dari Peluncuran dan Diskusi Buku Melodia

Sudahi Bicara Mitos, Mulai Bicara Karya-karya Umbu Landu Paranggi | Dari Peluncuran dan Diskusi Buku Melodia

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co