30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hakikat Peran Sebagai Solusi Atas Ketakutan Akan Kematian

Krisna AjibyKrisna Aji
August 1, 2023
inEsai
Kemajuan Manusia dan Kestabilan Mental

Krisna Aji | Foto diolah oleh tatkala.co

SALAH SATU ketakutan terbesar manusia adalah kematian. Akibat dari kematian yang seram, manusia selalu mencoba untuk mengalahkannya. Tetapi, kematian tetaplah masa depan yang mutlak sehingga usaha untuk mengalahkan akan kembali beralih ke penyangkalan. Penyangkalan yang pada akhirnya membawa manusia kembali pada ketakutan akan sebuah kepastian.

Ketakutan akan kematian dapat disebabkan oleh banyak hal. Beberapa contoh sebab adalah ketidaktahuan akan alam setelah kematian, berbagai pengalaman kehidupan yang belum memuaskan, hilangnya segala sesuatu yang melekat saat hidup, dan masih banyak lagi. Sebutkan saja.

Dari banyaknya versi, ada satu kemungkinan akan sebab ketakutan akan kematian, yang pernah dikatakan oleh Sogyal Riponche dalam bukunya yang berjudul The Tibetan Book of Living and Dying. Dalam buku tersebut, Sogyal Riponche menyebutkan bahwa—bisa jadi—ketakutan muncul akibat ketidaktahuan akan siapa diri kita setelah kematian.

Konsep ketidaktahuan akan siapa diri kita beranjak dari kenyataan bahwa identitas yang melekat pada diri kita didapatkan dari berbagai label yang melekat, seperti kepribadian yang sangat personal, unik, dan beda dengan orang lain.

Di luar itu, identitas diperkuat oleh perjalanan hidup—biografi—yang mencangkup pasangan, keluarga, rumah, pekerjaan, lingkungan, harta benda, atau apapun yang saat hidup sering kita banggakan—senada dengan pernyataan James Suzman dalam buku Work: A History of How We Spend Our Time. Padahal, semua itu berakhir saat kematian tiba. Semua identitas yang melekat, hilang tak tersisa.

Kondisi memang terlihat buruk saat kita kehilangan identitas. Apalagi, jika dipandang dari sisi yang berlawanan, identitas awalnya memang dibutuhkan. Hal ini berakar dari fungsi identitas sebagai pemberi makna hidup.

Lalu, makna hidup tersebut memiliki peran yang sangat penting bagi individu untuk menjalani hidupnya. Bahkan, jika kita berkaca pada konsep logoterapi, kehilangan makna akan membuat seseorang lebih mungkin mengalami putus asa dan depresi dari pada kehilangan objek kelekatan—lost of love object.

Kedekatan antara makna hidup dan identitas sering kali menyeret manusia ke arah sengsara dengan cara yang halus. Hal tersebut disebabkan oleh pencarian makna hidup yang membuat kita semakin melekat pada identitas yang pada dasarnya tidak kekal. Kelekatan tersebut, pada akhirnya akan memunculkan sebuah kehilangan yang signifikan saat objek kelekatan bernama identitas menghilang bersama kematian.

Jika dilihat dengan seksama, muncul paradoks yang saling meniadakan. Memihak paradoks “identitas” akan memunculkan ketakutan akan kematian, sedangkan berdiri di paradoks “anti-identitas” dapat berujung pada hilangnya semangat untuk menjalani hidup. Lalu, bagaimana?

Bagaimana jika masalah bukan berada pada identitas, tetapi lebih kepada anggapan bahwa identitas adalah sama dengan diri yang sejati? Mungkinkah diri yang sejati dan identitas adalah hal yang berbeda?

Bagaimana dengan melakukan analogi sederhana kepada diri sendiri? Seperti, jika ini adalah kekayaanku, maka kekayaan ini bukanlah aku; jika ini adalah profesiku, maka profesi ini bukanlah aku; jika ini adalah namaku, maka nama ini bukanlah aku; jika ini adalah tubuhku, maka tubuh ini bukanlah aku; jika ini adalah pikiranku, maka pikiran ini bukanlah aku; jika ini adalah perasaanku, maka perasaan ini bukanlah aku.

Dengan semua analogi sederhana tersebut, akan tampak bahwa “aku” dan identitas adalah hal yang berbeda. Kehilangan akan identitas sejatinya tidak akan berdampak sama sekali terhadap “aku”. Dengan analogi itu pula, kematian pun tidak akan lagi menjadi hal yang mencekam bagi diri yang sejati.

Di sisi lain, analogi tersebut akan membuat paradoks yang lekat dengan identitas—pencarian makna—seperti melambai untuk memberi pertanyaan: apakah makna dari adanya “aku”? Sekilas, pertanyaan tersebut tampak menguatkan pertikaian kembali. Tetapi, sebenarnya pertanyaan itu dapat menjadi awal mula perdamaian. Lalu, bagaimana penjabarannya?

Analogi permainan peran dalam teater dapat digunakan untuk mempermudah penjabaran. Analogi ini mungkin akan cocok karena segala peran—dengan identitasnya—dalam pementasan tidak akan dibawa pulang oleh pemain saat peran tersebut selesai dimainkan.

Pementasan teater terdiri dari berbagai elemen peran yang hidup dan berinteraksi di dalamnya. Dalam hal ini pula, ukuran waktu adalah relatif. Bagi pentas teater secara keseluruhan, waktu dihitung dari keseluruhan waktu mulai dan selesainya pementasan. Tetapi, bagi tiap peran, waktu dihitung dari lama waktu peran tersebut masih dibutuhkan di panggung.

Waktu akan sangat berbeda antara peran satu dengan peran lainnya. Begitu pula dengan fungsi tiap peran. Fungsi peran akan jelas berbeda karena tiap peran adalah potongan puzzle yang saling melengkapi satu sama lain untuk membentuk pementasan maha besar yang sempurna.

Dengan memandang bahwa tiap peran adalah potongan puzzle yang berfungsi untuk melengkapi keseluruhan pementasan, dapat dipahami bahwa masing-masing peran sebenarnya tidak berada pada hierarki superior-inferior.

Semua peran memiliki fungsi dan waktunya masing-masing, yang sama penting untuk dimainkan dengan sepenuh hati. Peran yang dimainkan dengan tidak semestinya seperti keluar dari pementasan sebelum waktunya, mengambil hak peran lain, atau tidak bersemangat dalam mensukseskan pementasan hanya akan membuat kekacauan.

Dengan sepenuhnya menyadari hal tersebut, menjalani peran dengan sepenuh hati dan meninggalkan peran tersebut dengan keiklasan saat tiba waktunya, adalah langkah yang dapat ditempuh untuk memeroleh makna yang paripurna.

Bermakna karena memiliki peran penting dalam sebuah cerita tanpa terikat dengan peran tersebut saat waktu pulang sudah tiba. Karena, peran dan pemain peran adalah hal yang berbeda. Sehingga, kematian tidak lagi menakutkan dan hidup tidak lagi membosankan.

***

Lalu, Siapakah “aku”—diri yang sejati?[T]

BACA ESAI-ESAI KRISNA AJA DI SINI

Orang Tua Penyebab Hilangnya Tujuan Hidup Anak
Kesalahan dalam Mencari Makna Hidup
Masa Depan Perasaan Manusia
Setiap Manusia Adalah Filsuf bagi Kehidupannya Masing-masing
Tags: filsafatilmu filsafatkematianrenungan
Previous Post

Sanggupkah Media Meliput Pemilu 2024 Secara Proporsional? | Catatan Workshop Peliputan Pemilu Tahun 2024 Dewan Pers [1]

Next Post

Upacara Ngusaba Dimel Desa Adat Batur: Bentuk Keyakinan Anugerah Kesuburan

Krisna Aji

Krisna Aji

Psikiater dan penulis lepas

Next Post
Upacara Ngusaba Dimel Desa Adat Batur: Bentuk Keyakinan Anugerah Kesuburan 

Upacara Ngusaba Dimel Desa Adat Batur: Bentuk Keyakinan Anugerah Kesuburan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co