BERBICARA kesenian Bali memang seperti tak ada habisnya. Selain karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, keunikan dan keotentikannya, hal lain yang menarik dari kesenian Bali—untuk terus dibicarakan dan dibanggakan—adalah kiprahnya di kancah internasional.
Seperti yang terjadi baru-baru ini. Melalui Sanggar Santhi Budaya bersama Dinas Kebudaayan Kabupaten Buleleng, kesenian Bali kembali membuktikan kualitasnya di panggung internasional. Sanggar seni yang berdiri pada tanggal 16 November 2005 di Jalan Kresna Singaraja itu, sukses tampil dalam ajang 22nd Gangneung International Junior Art Festival—atau Festival Internasional Seni Remaja Gangneung. Acara ini diselenggarakan IOV NUIC – UNESCO pada tanggal 27-30 Juli 2023 di Korea Selatan.
Pada ajang internasional kali ini, Sanggar Santhi Budaya—yang pada tahun 2022 juga mewakili Indonesia di ajang Thailand International Folklore Festival sebagai ajang promosi perdamaian dunia dalam bingkai kesenian—menampilkan garapan Legong Mandara Giri dan beberapa Tari Bali lepas lainnya.
Saat diwawancarai via telepon, Minggu (30/7/2023), pembina Sanggar Seni Santhi Budaya I Gusti Ngurah Eka Prasetya mengatakan, Sanggar Santhi Budaya—sanggar seni yang memiliki segudang prestasi di dunia internasional itu—menjadi wakil Indonesia untuk memperkenalkan seni dan budaya Bali Utara. “Kami sangat bangga bisa mewakili Indonesia dan Buleleng dengan membawakan garapan kreasi dan tari lepas lainnya,” terangnya.
Eka menyampaikan, dalam festival yang juga diikuti oleh 6 negara seperti Thailand, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, China dan Amerika Serikat, serta banyak grup kesenian tradisi, modern dan kontemporer dari seluruh Korea itu, tak tanggung-tanggung, pihaknya menampilkan 13 tim kesenian anak-anak serta remaja.
“Melalui kegiatan ini, anak-anak dan remaja lintas budaya dari berbagai negara dapat bertemu, menyapa, mengenal budaya satu sama lain, serta belajar dan bermain bersama dalam naungan UNESCO,” ujarnya.
Sekadar informasi, Kota Gangneung, secara administrasi, termasuk wilayah Provinsi Gangwon, Korea Selatan. Kota ini merupakan pusat ekonomi di wilayah Yeongdong, di sebelah timur Gangwon. Terdapat beberapa peninggalan bersejarah di Gangwon seperti kuil Ojukheon dan Gyeongpodae.
Di Kota Gangneung, juga terdapat Festival Gangneung Danoje yang merupakan salah satu festival terpenting di Korea Selatan. Oleh karena itu, festival tersebut telah ditetapkan sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO pada 2005 dan Kekayaan Budaya Tak Benda Penting No. 13 pada 1967.
Festival yang berfungsi untuk melestarikan budaya rakyat Dinasti Joseon itu, telah menjadi festival populer sejak 1975. Sejak saat itu, Festival Gangneung menampilkan seni media menggunakan klip video dan foto untuk menggambarkan keindahan Danoje melalui seni kontemporer. Berbagai program tersedia dalam festival ini, baik online maupun offline, untuk dinikmati pengunjung.
Dikutip dari laman Korean Cultural Center Ny, Festival Gangneung adalah salah satu festival rakyat tertua di Korea—dan telah dilestarikan dalam bentuk aslinya sejak kemunculannya beberapa abad yang lalu. Festival dimulai dengan ritual tradisional untuk menghormati dewa gunung Daegwallyeong dan berlanjut dengan berbagai macam permainan, acara, dan ritual rakyat di mana doa dipersembahkan untuk panen yang baik, kedamaian dan kemakmuran desa, rumah individu dan komunal. Festival ini sarat akan nilai-nilai persatuan dan solidaritas.
Diplomasi Seni Budaya
Dalam ajang bergengsing di Korea Selatan seperti Festival Internasional Seni Remaja Gangneung, Eka Prasetya mengatakan—dan ini yang menarik—Sanggar Santhi Budaya tidak semata pentas untuk acara persahabatan semata, tapi juga sebagai ajang diplomasi yang bertujuan untuk mengenalkan seni budaya sekaligus mempromosikan pariwisata, khususnya Bali Utara.
Menurut William B. Gudykunst dan Young Yun Kim dalam Communicating With Strangers, diplomasi kebudayaan merupakan alat untuk saling bertukar ide-ide, informasi—dan seni itu sendiri—antara negara atau masyarakatnya untuk mencapai tujuan saling pengertian (mutual understanding).
Diakhir wawancara, Eka berharap, keikutsertaan Santhi Budaya dapat memberikan multiplayer efek bagi pariwisata Bali dan Buleleng, mengingat, Korea Selatan merupakan penyumbang wisatawan mancanegara (wisman) terbesar ke-10 di Bali.
“Kunjungan wisman dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan ini menjadi momen penting dalam mengenalkan taksu seni budaya Bali supaya menjadi magnet masyarakat dunia untuk datang ke Bali,” tutupnya.[T][Jas/*]