18 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Peristiwa
Foto: Yogi Sancaya

Foto: Yogi Sancaya

Nyawa “Buleleng Festival” itu Bernama Legong Tombol

Made Adnyana Ole by Made Adnyana Ole
February 2, 2018
in Peristiwa
103
SHARES

BEGITU puluhan penari memasuki panggung di depan Tugu Singa Ambara Raja, sore menjelang senja di Singaraja terasa lebih berwarna dari biasanya. Warna-warna itu bukan hanya memancar dari mata penari yang penuh cahaya, juga dari pantulan cahaya senja yang jatuh di wajah mereka. Denyar gamelan membuat semua keindahan menjadi sangat sempurna.

Puluhan penari itu sedang menarikan Legong Tombol pada panggung pembukaan Buleleng Festival (Bulfest) ke-4, Selasa (2/8) sore. Mereka tak sekadar menari. Mereka menebarkan pesona, sekaligus memberi nyawa secara mendalam kepada panggung Bulfest.

Legong Tombol bahkan bisa disebut sebagai nyawa sesungguhnya dari Bulfest. Tarian itu dinamis tapi tetap manis. Tarian itu klasik tapi energik. Kuno tapi tidak canggung. Demikian juga karakter Buleleng yang sebenar-benarnya. Jika diseret kepada visi dan misi penyelenggaraan Bulfest, Tari Legong Tombol adalah refleksi sesungguhnya dari visi-misi itu.

Tari Legong Tombol adalah bentuk garapan tari yang sudah tua dan sempat punah. Lalu digali, dilestarikan, dan dikembangkan dengan penambahan jumlah penari, mungkin juga pengembangan kostum. Artinya, tarian itu muncul dari upaya panjang dan keras, sampai akhirnya tiba di panggung Bulfest yang gemerlap. Harta karun budaya yang digali dari liang kubur, lalu direkonstruksi dan direinterpretasi, lalu dilestarikan, dan dikembangkan sekaligus diperkenalkan kepada pewaris-pewaris berikutnya.

Awalnya tarian itu diciptakan maestro legong, Wayan Rindi. Lahir di lingkungan Kerajaan Karangasem sekitar tahun 1950-an. Iringannya saat itu gamelan palegongan dan semara pagulingan. Tarian itu biasanya ditarikan untuk menyambut tamu kerajaan dan untuk membuka sebuah acara. Akibat situasi politik, tarian itu tak dipentaskan lagi di lingkungan Kerajaan Karangasem.

Wayan Rindi kemudian membawa Tari Legong Tombol itu ke Desa Banyuatis sekitar tahun 1959. Di Banyuatis tarian itu dihidupkan kembali bersama keluarga Pan Manikan. Tentu disesuaikan lagi dengan karakter Buleleng. Misalnya saat itu tarian diiringi gamelan gong pacek milik Pan Manikan. Legong Tombol pun seakan lahir kembali dan hidup di Banyuatis. Sekitar tahun 1960, tari itu sempat dibawakan oleh penari-penari Banyuatis di Istana Tampaksiring untuk menyambut Presiden Soekarno saat itu.

Namun, seperti juga sejumlah tarian lain, pamor Legong Tombol terus memudar. Salah satu penyebabnya adalah konflik politik dan juga masalah regenerasi. Sampai akhirnya tarian itu punah dan tak banyak yang mengingatnya.

Beberapa tahun lalu, ada keinginan dari sejumlah tokoh Banyuatis untuk menghidupkan kembali Tari Legong itu. Keinginan itu muncul setelah di desa itu dibangun semacam pusat pengembangan seni Gerbang Nusantara. Upaya itu diberkati karena di Banyuatis ternyata masih ada penari Legong Tombol yang masih hidup. yakni Men Gumbring. Selain itu ada juga seorang tua, Bapa Gede Suweca, yang masih bisa mengingat dengan baik nada-nada gamelan Legong Tombol itu.

Upaya rekonstruksi itu semakin mendekati sempurna ketika Yudi Gautama, salah seorang penggagas sanggar Gerbang Nusantara, bertemu dengan Ida Ayu Wimba Ruspawati. Kepada akademisi seni itu, Yudi menceritakan tentang keinginannya untuk menghidupkan kembali Legong Tombol di desanya.

Ida Ayu Wimba pun menanggapi dengan senang, bahkan rekonstruksi itu kemudian dijadikan bahan penelitian sekaligus objek disertasi untuk pendidikan doktoralnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Dengan bantuan tambahan dari I Gusti Ngurah Eka Prasetya, pengelola Sanggar Santhi Budaya, Singaraja, tarian yang sudah punah itu akhirnya bisa hidup kembali. Ida Ayu Wimba pun lulus disertasi dengan nilai sangat memuaskan. Semua klop, semua bergembira.

“Semua senang. Kita saling bantu untuk menghidupkan kembali seni legong yang sudah sempat punah sejak sekitar empat puluh tahun,” kata Yudi Gautama di sela-sela acara pembukaan Bulfest.

Yudi lebih gembira lagi, karena kedua pemukul kendang pada tabuh legong itu adalah anaknya sendiri. “Saya senang, anak-anak saya, yang tentu saja masih muda, ikut andil menghidupkan Tari Legong Tombol,” ujarnya.

Tentu saja kegembiraan itu bertambah lagi ketika upaya dan hasil bagus itu mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng. Salah satu bentuk perhatiannya adalah menampilkan Legong Tombol di panggung utama pada acara pembukaan Bulfest ke-4 di depan Tugu Singa Ambara Raja. Puluhan penari membawakan tarian itu dengan sempurna, seperti film saja, keindahan masa lalu itu seperti diputar kembali dengan warna yang lebih cemerlang.

Akhirnya banyak orang tahu, Buleleng juga punya tari pelegongan yang tentu saja berbeda dengan pelegongan di Bali Selatan. Di Buleleng, sesuai dengan karakternya, legong bisa tampak lebih keras, dinamis dan kadang gerakannya tak terduga, tapi tetap menampilkan kesan manis-mendayu sebagaimana tari pelegongan pada umumnya.

Legong Tombol bukan hanya layak menjadi tari utama di Bulfest, bahkan bisa membuat Bulfest menemukan jalan mulus untuk tetap berada pada jalur kebudayaan. Legong Tombol bisa dijadikan contoh soal, bagaimana sebuah kesenian digali, dihidupkan, dan diberi tempat pada panggung megah — sebuah panggung yang dibangun bukan dengan niat bersenang-senang semata, melainkan juga dengan niat luhur menegakkan kembali karakter budaya sebuah bangsa. Bangsa itu bisa disebut Buleleng. (T)

Tags: balibulelengbuleleng festivallegongSeniseni tari
Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ulasan

Kebudayaan Keluarga Bali dalam “Antologi Cerpen Belog” Menurut Kacamata Pendatang

Judul Buku                  : BELOGPenulis                         : TudekamatraPenerbit                       : Pustaka EkspresiISBN                           : 978-602-7610-26-2Jumlah Halaman         : iv + 80 ...

November 2, 2019
Seni instalasi karya Nyoman Erawan
Puisi

Puisi-puisi Arnata Pakangraras # Sekali Lagi Perihal Hujan

SEEKOR LUKA BERSARANG Hidup tak selalu tentang matahari terbit atau kicauan murai batu tapi, juga tentang anak sungai yang tak ...

February 8, 2020
Mitsuha Abe di Pedawa
Khas

“Aku Nau Gati di Pedawa!” kata Mitsuha Abe, Perempuan dari Jepang itu…

“Ko nau di Pedawa?”   “Aku nau gati di Pedawa!” “Uba ngupi?” “Uba!” “Ngupi apa?” “Ngupi Pedawa!” “Misi gula?” “Misi.” ...

March 20, 2019
Opini

Melulu Diskusi Soal Fashion, Pacar dan Uang – Mahasiswa Jangan Melacurkan Idealisme

MAHASISWA kaum intelektual dari akademisi yang unggul terdidik kristis yang mempunyai segudang ilmu pengetahuan untuk selalu menjadi garda terdepan dalam ...

February 2, 2018
ILustari tatkala.co | Nana Partha
Esai

Yang Diikat Waktu

Waktu adalah ikatan halus yang disadari dan sekaligus tidak disadari. Bagi mereka yang sadar diikat waktu, disebutnya ‘kabanda antuk galah’. ...

December 21, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]
Esai

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

by Gus Surya Bharata
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1349) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In