APLIKASI TIKTOK menjadi salah satu alasan keempat remaja asal Kabupaten Karangasem untuk menjatuhkan pilihannya berlibur di kawasan Bali Utara, tepatnya Kecamatan Sukasada, yang jarak tempuhnya puluhan kilo dari tempat mereka tinggal.
Ya, belakangan ini, hampir seperempat dari waktu kita di sepanjang harinya, habis digunakan untuk berselancar di media sosial. Entah hanya untuk scrooling, chatting, mencari info terbaru, stalking orang, dan yang paling menarik, seperti yang dilakukan oleh Yuda dan ketiga teman-temannya, stalking tempat wisata di berbagai penjuru dunia.
Memang, tidak diragukan lagi, di zaman digital seperti saat ini, berlibur tidak lagi menjadi permasalahan, baik dari rute jalan, tempat wisata, atau penginapan, sudah bisa diakses dengan mudah. Sehingga, kita dapat berlibur sendiri, bersama keluarga, atau teman seperjuangan.
Oleh karena itu, dengan berbekal nama wisata alam yang akan dikunjungi, Yuda, dkk, menggunakan google maps sebagai penunjuk jalan, dan melajukan sepeda motornya tanpa ragu ke kota Singaraja—untuk mencari penginapan, yang dapat menampung mereka berempat.
Menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam, tidak membuat keempat remaja tersebut mengurungkan niatnya untuk datang. “Kami berasal desa yang sama, sehingga bisa bersama-sama meminta izin menginap dan berangkat ke Singaraja kepada orang tua,” terang Yuda.
Hari kedua di Singaraja, Yuda dan kawan-kawan memutuskan mendatangi wisata air Blue Lagoon, yang berada di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
***
Sesampainya di sana,dengan langkah pasti, keempat remaja tersebut menapaki satu persatu tangga tanpa pembatas itu.
Rasa takjub tergambar dari raut wajah mereka berempat ketika melihat penampakan nyata air terjun—yang sebelumnya hanya bisa mereka lihat di media sosial. Memang, rasa lelah perjalanan tidak begitu terasa ketika sudah memandangi ciptaan Tuhan yang sempurna.
Mereka berempat meloncat dari satu batu besar ke batu besar lainnya, mudah saja, seperti bukan masalah bagi mereka. Mungkin, guna mempercepat langkah mencapai mata air Blue Lagoon.
Setelah sampai, mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Seorang di antaranya sibuk mengamati dan menikmati indahnya pemandangan yang terhampar dipandangan kedua mata.
Dua orang di atas batu besar, sibuk membuat konten Instagram (sepertinya) tentang menyeduh kopi di alam—seperti yang viral-viral itu.
Satu lagi lebih memilih duduk santai di atas batu besar, sambil menikmati sebatang rokok di tangan kanannya.
Yuda, mahasiswa ITP Markandeya Bangli itu, mengaku mengetahui wisata alam Blue Lagoon dari TikTok. “Tahu dari Tiktok, dan tidak kecewa juga nyampe di sini, ternyata tempatnya memang bagus, sejuk juga,” jelasnya, sambil membenarkan sedikit kacamata hitamnya yang mulai turun ke pangkal hidungnya.
Pendapat Yuda tentang Blue Lagoon memang bukan karangan semata. Saya sendiri, sebagai warga lokal kota Singaraja, merasa takjub dengan keindahan wisata air jernih kebiruan dengan tembing dan hijau tumbuhan itu.
Melihat semua itu, lelahnya menuruni anak tangga sepertinya langsung sirna ketika dihadapkan dengan udara sejuk dan dinginnya air. Belum lagi tiket masuk yang tergolong tidak terlalu.
***
Wajar saja, Yuda, dkk, rela menempuh perjalanan selama tiga jam, dan mereka tidak merasa lelah—terlihat dari antusis mereka menelusuri salah satu air terjun di Singaraja—demi menikmati segar dan jernihnya air di Blue Lagoon.
“Ke sini memang niatnya berlibur. Kemarin berangkat jam 12 siang, sekitar jam setengah 3 sore sudah sampai. Ke penginapan sebentar, habis itu langsung ke Air Terjun Kroya,” kata yuda menjelaskan dengan semangat, sambil sibuk memperhatikan ketiga temannya—yang memilih berlompat dan bermain di wisata air yang mereka kenal dari media sosial itu.
Dan Nanda—salah satu teman Yuda yang ikut perjalanan Karangasem-Singaraja—mengaku, bahwa ini pertama kalinya ia ke Singaraja, dan sepertinya Singaraja akan menjadi tempat berlibur selanjutnya.
“Singaraja tempatnya bagus, adem juga. Wisata air terjunnya banyak yang bisa di kunjungi. Maunya ke wisata alam Gatep Lawas, bagus kayaknya ke sana, lihat-lihat juga waktuni di TikTok,” terangnya.
Orang-orang seperti Yuda, Nanda, dan dua temannya, bisa dibilang memanfaatkan media sosial dengan baik. Melihat ada tempat bagus di video TikTok, alih-alih hanya menyukai, mengomentari, atau hanya sekadar membagikan, lebih dari itu, mereka justru langsung mendatangi.
Ya memang, si, itu butuh keberanian dan biaya tentu saja. Hehehe. Tapi, pengalaman berkunjung secara langsung dengan hanya melihat di media sosial tentu rasanya jauh berbeda, kan.
Lalu, bagaimana dengan kalian? Apakah tertarik mendatangi wisata alam yang lewat di fyp seperti Yuda, dkk? Atau justru tetap rebahan dan lanjut scrolling TikTok seperti saya? Hehe.[T]
*Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.