MOMEN HARI lahirnya Pancasila 1 juni 2023 dan bulan Juni sebagai bulan Bung Karno yang kita peringati bersama adalah momen penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dan dalam perjalanannya, peran Bung Karno memang sangat penting.
Sejarah menyatakan bahwa di dalam diri Bung Karno mengalir darah Buleleng, Bali, karena Bung Karno lahir dari rahim wanita asli buleleng.
Agar kita semua mengerti dan memahami, maka pada tulisan ini, saya akan diuraikan sejarah singkat kelahiran Bung Karno yang dimulai dari perjalanan kisah cinta dari kedua orang tuannya .
***
Dikisahkan, seorang bernama Raden Soekemi Sosrodiharjo berasal dari Blitar, Jawa Timur. Setelah menerima Surat Keputusan/Besluit dari Pemerintah Belanda tertanggal 10 Oktober 1891, Raden Soekemi di angkat sebagai Guru dan ditugaskan mengajar di Buleleng, (SR No. 1 Banjar Paketan, Sekolah Rakyat Pertama yang ada di Bali/1875, sekarang bernama SD No. 1 Kelurahan Paket Agung).
Berbekal Surat Keputusan tersebut, Raden Soekemi berangkat menuju Buleleng melalui Pelabuhan Buleleng. Setibanya di Buleleng, Raden Soekemi disambut oleh masyarakat Buleleng, salah satunya yaitu Nyoman Peteng yang merupakan Penjaga Sekolah SR No. 1 Banjar Paketan.
Raden Soekemi menempati rumah kontrakan/kost di Jalan Gunung Batu No. 1 Br. Paketan, yang jaraknya kurang lebih 300 m dari tempat beliau mengajar.
Sebagaimana pesan dari Pejabat Pemerintah Belanda, setibanya di Buelelng, Raden Soekemi diminta untuk menemui sesepuh Belanda di Buleleng yang bernama Van der Tuuk.
Van der Tuuk adalah sesepuh Belanda yang menetap di Buleleng. Beliau adalah penekun Sastra Bali/Bahasa Kawi dan Penggemar Falsafah Hindu/Pewayangan.
Raden Soekemi ditemani satu-satunya orang yang setia menemani kemanapun beliau pergi, yaitu Nyoman Peteng. Bersama Nyoman Peteng, ia berkunjung menuju rumah Van der Tuuk di Br. Beratan.
Kunjungan berlanjut hingga Raden Sukemi larut dan tertarik untuk belajar Sastra Bali maupun Falsafah Hindu sebagaimana ditekuni oleh Van der Tuuk.
Dan juga dalam kaitan mencari murid, Raden Sukemi keluar masuk kampung termasuk ke Br. Baleagung.
Suatu hari, ketika ke Br. Baleagung, Raden Soekemi mulai jatuh hati ketika melihat sosok seorang gadis bernama Nyoman Rai Srimben. Namun saat itu, upaya untuk bertemu dengan Nyoman Rai Srimben masih sulit dilakukan.
Selama beraktifitas di Br. Baleagung, Raden Soekemi berkenalan dengan Made Lastri yang merupakan sepupu dari Nyoman Rai Srimben dan putu Kaler dari baleagung. Melihat Raden Sukemi dan Nyoman Rai Srimben saling jatuh hati, Made Lastri dan Putu kaler pun mendukung hubungan mereka.
Suatu hari, ada upacara Piodalan Ageng/Upacara besar di Pura Desa Baleagung, dan Raden Soekemi turut menyaksikan upacara tersebut.
Melihat Nyoman Rai Srimben menari, semakin kuat dorongan, niat dan tekadnya untuk mendapatkan Nyoman Rai Srimben sebagai istrinya. Secara diam-diam hubungan mereka berlanjut semakin dekat semakin dekat, atas perantara Made Lastri
Seiring perjalanan waktu, persoalan muncul pelik dan rumit. Hubungan/pernikahan tidak mendapat restu dari orang tua, keluarga Baleagung. Karena sejatinya, Nyoman Rai Srimben akan dijodohkan dengan beberapa pejabat/tokoh- tokoh terpandang yang ia tidak sukai.
Begitu juga pada pihak Raden Soekemi, Raden Harjodikromo, orang tua Raden Sukemi di Tulungagung, telah menyiapkan wanita-wanita sebagai calon istri Raden Soekemi. Sehingga Raden Sukemi dan Nyoman rai Srimben sepakat memilih jalan kawin lari, walau di rasakan akan banyak rintangan.
Dan pada waktu Menjelang malam tanggal 15 Juni 1897, Raden Soekemi nekat membawa lari Nyoman Rai Srimben, hingga membuat penduduk Br. Baleagung gempar. Dalam pelarian diliputi perasaan gundah, tahu dirinya bahwa, kakek/orang tua/keluarga Baleagung akan marah dan mencarinya.
Raden Soekemi dan Nyoman Rai Srimben berlindung ke Kantor Polisi. Di hadapan Polisi, Raden Soekemi dan Nyoman Rai Srimben menyatakan bahwa dirinya kawin lari atas dasar suka sama suka atau saling mencintai.
Kemudian kakek/orang tua/keluarga Baleagung mendatangi Polisi, meminta agar Nyoman Rai Srimben kembali pulang ke rumah Baleagung. Polisi tak menyetujui hal tersebut dan melimpahkan kasus ini ke Pengadilan Raja.
Sidang Pengadilan raja pun di gelar. Raden Sukemi diputuskan bersalah, karena membuat onar dan kegaduhan di masyarakat, Raden Sukemi pun dikenakan denda sebesar 25 ringgit. Keluarga Br. Baleagung pun hanya bisa pasrah dalam keadaan tersebut sembari merenungi bahwa mungkin ini memang jodohnya Nyoman Rai.
Singkat cerita dan seiring berjalannya waktu, upacara pernikahan Raden Soekemi dan Nyoman Rai Srimben dilangsungkan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Setelah itu Raden Soekemi kembali mengajar di Buleleng. Raden Soekemi bersama Nyoman Rai kembali menempati rumah kontrakan semula di jalan gunung batur No. 1, Br. Paketan.
Setahun kemudian, tepatnya 29 Maret 1898, Nyoman Rai Srimben melahirkan anak perempuan di Singaraja yang diberi nama Raden Soekarmini.
Selanjutnya, atas keinginan sendiri, Raden Soekemi pindah/kembali ke Surabaya. Ketika itu Nyoman Rai Srimben dalam keadaan hamil mengandung anak kedua, dan pada tgl 6 Juni 1901, Nyoman Rai Srimben melahirkan anak kedua di Surabaya diberi nama Soekarno yang dikenal dengan Putra Sang Fajar.
Kembalinya Raden Soekemi dan Nyoman Rai Srimben ke Surabaya lanjut ke Blitar, hubungan kekerabatan/silahturahmi keluarga Baleagung dengan Raden Soekemi terjalin dengan baik melalui surat-menyurat/kunjung-mengunjung berlanjut sampai generasi sekarang.
***
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar, dan melanjutkan masa hidup dengan melanjutkan pendidikan hingga memperjuangkan kemerdekaan Rakyat Indonesia.
Bung Karno adalah salah satu tokoh nasional yang memiliki peran dalam perjalanan lahirnya Pancasila sebagai dasar negara.
Bermula dari sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diadakan pada tanggal 28 Mei–1 Juni 1945, dan beberapa tokoh menyampaikan pidatonya terkait perumusan dasar negara, diantaranya Moh Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada 1 juni 1945, Soekarno memperkenalkan 5 sila yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri kemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, kesejahtraan sosial dan Ketuhanan Yng Maha Esa. Inilah momen Pancasila dikenalkan pertama kalinya.
Kekuatan dari Pancasila sudah teruji, berbagai masalah kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia yang mengancam keutuhan Bangsa Indonesia bisa teratasi dan terlewati.
Bung Karno pernah berkata bersama sahabatnya Presiden Yugoslavia Josef Broz Tito, “Aku tidak khawatir, karena aku telah mewarisi bangsaku dengan sebuah way of live, yaitu Pancasila.”
Selamat Hari Lahirnya Pancasila 1 juni 2023, dan Bulan bhakti Bung Karno, kami benar-benar bangga karena penggali dasar negara Pancasila dan proklamator bangsa lahir dari rahim seorang ibu dari Buleleng.[T]