FUNGSI UTAMA MEDIA SOSIAL adalah sebagai sarana komunikasi. Media sosial membawa pengaruh besar bagi perkembangan bahasa. Menurut Chris Bogan, media sosial merupakan alat komunikasi berisi berbagai kemungkinan dalam menciptakan bentuk dan gaya interaksi baru seiring perkembangan. Berbagai bahasa baru muncul dengan berbagai variasi. Bahasa baru tersebut muncul dari bahasa asing, singkatan, dan bahasa daerah. Beberapa orang berpikir hal ini membuat bahasa baku semakin tersingkir dan dilupakan.
Sebenarnya tidak ada aturan dalam berbahasa di media sosial. Pengguna bebas menggunakan bahasa yang sesuai kaidah maupun menggunakan bahasa gaul. Penggunaan bahasa di media sosial menjadi pembangun citra dari individu maupun kelompok. Hal ini sejalan dengan Junus (2019) menyatakan penggunaan bahasa di media sosial bukanlah sekadar reproduksi bahasa namun juga representasi diri, diaolog anatara kapitalisme dan individu, dan proses kontruksi identitas.
Selain menjadi alat komunikasi, media sosial berfungsi sebagai branding (ciri khas). Akun media sosial harus memiliki cara yang unik dan khas sehingga menarik untuk dilihat pengguna lain. Salah satu cara branding dengan penggunaan bahasa. Misalnya, akun media sosial instansi pemerintah menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah agar terkesan formal, sedangkan beberapa artis menggunakan bahasa gaul agar terkesan bersahabat dengan para penggemarnya.
Penggunaan bahasa gaul di media sosial sangat berpengaruh bagi perkembangan bahasa Indonesia. Menurut saya, penggunaan bahasa gaul tidak menyingkirkan bahasa baku. Penggunaan bahasa gaul bisa menjadi alat untuk memperkaya ragam bahasa Indonesia. Hal ini telah dilakukan oleh Badan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan menyerap beberapa bahasa gaul menjadi bahasa baku.
Penggunaan bahasa gaul dalam media sosial memang diperbolehkan dalam situasi tertentu, namun sebaiknya penggunaannya tidak sering digunakan. Hal itu karena khawatir dapat mempengaruhi individu tertentu dalam situasi formal. Bahasa gaul dapat membantu memperkaya ragam bahasa Indonesia, namun di sisi lain dapat menjadi pisau pembunuh bahasa Indonesia.
Perubahan bahasa masyarakat Indonesia di media sosial telah memunculkan identitas-identitas asing dalam kehidupan masyarakat, dimana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai luntur di tengah masyarakat dengan adanya gejala kebarat-baratan sehingga menimbulkan perubahan terhadap penggunaan kalimat dalam percakapan di media sosial (Rachmawaty, 2022).
Saat ini banyak masyarakat kehilangan kaidah penulisan bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilihat gaya bahasa dan penulisan yang tidak sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Jika dibiarkan maka bahasa Indonesia yang baik dan benar akan semakin hilang. Padahal bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yang tertulis pada teks sumpah pemuda. Mempertahankan kebahasaan dalam bermedia sosial bermanfaat untuk meningkatkan komunikasi yang efektif, menghormati budaya bahasa, dan memperkuat hubungan antar pengguna. Dengan fokus pada penggunaan bahasa yang baik dan benar, pengguna dapat lebih mudah memahami dan dihormati oleh orang lain dalam lingkungan media sosial.
Badan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah memberikan berbagai upaya agar bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia tidak dilupakan. Salah satu upayanya dapat dilihat melalui media sosial Badan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Melalui Instagram Badan Bahasa memberikan berbagi edukasi mengenai penggunaan bahasa.
Media sosial bisa berdampak buruk pada penggunaan bahasa Indonesia baik dan benar, tetapi media sosial juga bisa menjadi sarana edukasi dalam menyampaikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Media sosial tidaklah baik atau buruk, hal itu bisa dilihat dengan cara masyarakat dalam menggunakannya. Melalui media sosial masyarakat bisa berkontribusi dengan memberikan edukasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau setidaknya masyarakat bisa meningkatkan kemampuan berbahasa melalui media sosial. Hal ini sejalan dengan manfaat media sosial sebagai sarana belajar, mendengarkan, dan menyampaikan.
Banyak manfaat yang diberikan media sosial dalam perkembangan Bahasa Indonesia. Media sosial bisa menjadi alat untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional. Kepala Badan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menyampaikan tantangan dalam menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional yaitu masih lemahnya sinergi antar pemangku kepentingan dan beragamnya sikap bahasa para pelaku diplomasi bahasa dan pemangku kepentingan.
Untuk menguatkan hal tersebut diperlukan sinergi dari segala pihak dan diplomasi bahasa. Pengguna Indonesia dapat menjadi diplomasi bahasa Indonesia hanya dengan melalui media sosial. Hal tersebut dikarenkan media sosial bisa menjangkau dan menghubungkan orang dari berbagai belahan dunia. Orang asing dengan sengaja atau tidak sengaja bisa mengakses media sosial dari akun Indonesia. Saat kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, orang asing bisa tertarik untuk belajar bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan bahasa yang bisa disepelekan karena bahasa Indonesia memiliki keunggulan aspek historis, hukum dan linguistik. Hal ini dijelaskan dalam teks Sumpah Pemuda bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. Masalahnya bahasa Indonesia kekurangan kosa kata, media sosial bisa menjadi jalan untuk memperkaya bahasa Indonesia. [T]