SIAPA NIH, yang suka anti kritik atau pernah ketemu orang yang anti kritik? Lantas bagaimana kesannya?
Nah, sebagai makhluk sosial, manusia hidup selalu bertemu dan berbaur dengan manusia lainnya, sehingga wajar jika kita bertemu dengan berbagai macam karakter orang.
Dan anti kritik adalah istilah yang mendeskripsikan seseorang yang tidak mau menerima saran dan komentar dari orang lain atau bahkan tidak merespon sama sekali. Duh.. serem ya, orang yang kalau dikasi masukan dan saran atau opini justru menganggap itu sebuah serangan pribadi.
Siapapun bisa berpotensi punya sikap anti kritik. Pelajar, mahasiswa, pejabat, pimpinan perusahaan atau organisasi, bahkan masyarakat secara umum.
Orang dengan sikap anti kritik biasanya cenderung merasa tindakannya selalu benar dan ucapannya tidak pernah salah, sehingga enggan untuk diberi masukan dan saran meskipun saran itu disampaikan dengan baik dan santun. Ya namanya juga anti kritik, sesopan apapun bahasa kita untuk mengkritisi, pasti ditolak.
Nah, gimana kalau yang anti kritik itu adalah seorang atasan atau pimpinan di suatu perusahaan dan organisasi?
Hum, yang kayak gini nih biasanya sering menimbulkan kesalahpahaman hingga pertikaian anggota dengan pemimpinnya.
Dalam Ilmu Komunikasi, ada yang namanya komunikasi vertikal, yaitu bentuk komunikasi dari atasan ke bawahan dan dari bawahan ke atasan.
Tujuannya apa? Atasan memperoleh informasi dari anggota terkait pelaksanaan program kerja, misal. Sedangkan anggota bisa menyampaikan usulan, opini, atau saran terhadap kebijakan yang dibuat pemimpinnya.
Kalau untuk anggota, tentu tujuannya untuk mendapatkan informasi-informasi baru tentang kebijakan perusahaan kemudian mendapat evaluasi kerja dari pimpinan.
Mengkritisi kebijakan pimpinan bukan berarti menolak segala bentuk kebijakan dan aturan yang telah dibuat, melainkan ikut berkontribusi mengevaluasi kebijakan tersebut untuk kepentingan bersama.
Contohnya gini, misalnya, suatu perusahaan hanya memberikan waktu 30 menit untuk karyawannya istirahat dalam waktu kerja 9 jam. Sebuah kebijakan yang kurang logis, bagaimana mungkin dalam waktu kerja yang cukup panjang dan kerjaan yang terbilang hectic, kerjanya berdiri seharian, istirahatnya hanya 30 menit. Jangankan mau ke toilet, makan aja kayaknya buru-buru deh.
Kebijakan seperti itu bisa dikritik dengan bahasa yang santun dan menjelaskan alasan yang masuk akal, agar menjadi bahan pertimbangan pimpinan. Kalau pimpinannya mau mendengar sih ya … Karena ada pemimpin-pemimpin yang kalau dikritik benar-benar tutup telinga dan tidak menerima masukan apapun, kalau di Instagram istilahnya menutup kolom komentar. Hehe.
Katanya membuat kebijakan dan aturan untuk kepentingan perusahaan dan kebaikan karyawan, tapi ketika kebijakan itu diluncurkan karyawan tidak boleh buka suara. Kepentingan dan kebaikan yang bagaimana ya yang dimaksudkan? Upss.
Komunikasi dan koordinasi di perusahaan atau organisasi tersebut jadi nggak sehat lagi karena tidak ada komunikasi dua arah yang berlangsung. Di mana letak implementasi komunikasi vertikal itu?
Kritik dan saran yang membangun adalah modal utama untuk pengembangan dan peningkatan kualitas sebuah organisasi atau perusahaan baik kualitas program kerja hingga sumber daya manusia. Kalau menjadi pemimpin yang anti kritik bagaimana perusahaaan bisa berkembang?
Mendengar saja tidak mau, apalagi memberi respon dan menindaklanjuti sebuah masukan.
Rocky Gerung pernah mengatakan: bahwa pikiran itu harus diperdebatkan untuk memunculkan ide-ide baru. Bukan begitu, Pak Pemimpin?[T]