Pendidikan dokter adalah pendidikan sarjana profesi. Artinya, seorang mahasiswa kedokteran memang dididik secara spesifik untuk kelak menjadi seseorang yang akan bekerja sebagai tenaga medis. Meskipun ada peluang untuk bekerja bukan sebagai dokter, namun variasinya tergolong sangat sempit dan umumnya selalu masih terkait dengan dunia medis.
Contohnya, seorang dokter menjadi dosen di bidang ilmu kesehatan, staf medis perusahaan farmasi atau alat kesehatan, perusahaan asuransi kesehatan, kepala kantor kesehatan (dinas kesehatan atau rumah sakit) dan peneliti bidang kesehatan. Hal ini hampir sama dengan pendidikan kemiliteran atau pendidikan di bidang ilmu teknik (engineering).
Namun nanti dulu, ada sejumlah dokter yang mendapatkan penghasilan lebih besar justru dari pekerjaannya bukan sebagai dokter. Mereka ada yang menjadi penulis, pejuang revolusi dan grilyawan, musisi, pengusaha kuliner, bisnis sepatu bahkan kepala daerah atau politisi. Siapa saja mereka?
Mungkin masih banyak orang yang belum tahu, jika penulis detektif klasik paling terkenal Sir Arthur Conan Doyle (1859-1930) adalah seorang dokter. Meski ia tetap membuka praktek Southsea, Inggris di tahun 1882, namun penduduk bumi pastilah lebih mengenalnya sebagai penulis serial petualangan Sherlock Holmes, seorang detektif eksentrik yang punya kelebihan dalam mengamati dan menganalisis sebuah peristiwa.
Doyle yang adalah seorang dokter lulusan Universitas Edinburgh, dalam kisah-kisah petualangan sang detektif jenius Holmes yang dikarangnya, memang sering menggunakan obat-obatan untuk maksud sebuah kejahatan. Boleh dikatakan, hal ini dipengaruhi oleh profesi atau latar belakang pendidikannya.
Dalam dunia sastra Indonesia modern, penulis-penulis paling produktif seperti Marga T dan Mira W adalah juga para dokter,yang adalah tamatan Universitas Trisakti, Jakarta. Kedua pengarang di era sebelum tahun dua ribuan ini memilih genre kisah percintaan dalam novel-novel yang mereka tulis dan menjadi pilihan pembaca remaja saat itu.
Fakta menarik berikutnya adalah, seorang tokoh paling kontroversial dalam sejarah dunia bernama populer Che Guevara adalah seorang dokter. Ia dilahirkan di Argentina dan menamatkan pendidikan kedokterannya di Universitas Buenos Aires. Kaum aktivis di seluruh dunia wajib hukumnya mengenal sosok kharismatik yang bernama asli Ernesto Guevara ini. Ia sepertinya ditakdirkan memang tak bisa menikmati zone nyaman dalam hidupnya.
Guevara lebih menikmati hidupnya ketika berada di hutan-hutan sebagai grilyawan mengobarkan perlawanan terhadap rezim yang dinilainya sewenang-wenang. Meskipun ia bersama Raul dan Fidel Castro telah menang dalam Revolusi Kuba dan mendapat berbagai jabatan tinggi dalam pemerintahan Kuba, salah satunya sebagai menteri perindustrian, pada akhirnya, ia terpanggil kembali ke medan grilya. Sejumlah pemberontakan dilakukannya melawan pemerintahan negara yang umumnya disokong Amerika Serikat. Namun kisah perjalanan hidup heroiknya berakhir ketika tertangkap oleh tentara Bolivia yang didukung CIA dan sang dokter yang juga diplomat dan grilyawan itu, akhirnya dieksekusi mati.
Salah seorang biduan sangat bertalenta dan memiliki fans sangat banyak di tanah air, bahkan hingga ke negeri tetangga, adalah dr Tompi. Dokter bernama lengkap Teuku Adifitrian adalah seorang dokter ahli bedah plastik. Ia lahir di Aceh dan menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Indonesia. Boleh dikata, ia bisa sukses secara seimbang dikedua profesinya itu.
Tompi produktif dalam dunia rekaman dan pertunjukkan, pun dapat terus meningkatkan kompetensinya di bidang medis dari sebagai dokter umum menjadi seorang dokter ahli.
Selain dokter Tompi, kita mengenal tokoh yang melejit namanya saat pandemi yaitu dr Tirta. Ia dikenal lebih banyak sebagai seorang influencer dan pengusaha bisnis cuci sepatu. Dokter alumni Universitas Gajahmada ini memiliki banyak pengikut di platform media sosial dan bisnis cuci sepatunya berkembang ke berbagai kota di tanah air.
Saya punya seorang sejawat, bernama dr Windu Segara Senet, adik kelas di fakultas kedokteran universitas Udayana, Denpasar, yang saat ini suskes mengembangkan bisnis kuliner dengan core bisnisnya adalah kopi dengan brand Mangsi Coffee. Ia juga punya bakat di bidang seni rupa dan musik. Sebagai pelukis ia sudah menjual lukisan-lukisannya dengan harga cukup fantastis dan sebagai musisi, setahu saya, ia bersama bandnya setidaknya sudah mengeluarkan sebuah album bertitel The Lajank yang beraliran blues. Oh ya, gerai kafe kopinya terus bertambah di sekitaran Denpasar dan Badung hingga ke luar Bali.
Jalan hidup memang kadang penuh misteri. Walau kita berupaya untuk merancangnya, sesuai dengan keinginan, namun kenyataan yang kemudian terjadi, dapat saja di luar prediksi. Hal itulah yang layak bisa disematkan pada kisah hidup senior saya dr I Nyoman Sutjidra SpOG.
Saya yakin, tak pernah terpikirkan oleh Sutjidra akan menjadi seorang politisi bahkan wakil bupati ketika masih duduk di bangku kuliah atau masa-masa awal berpraktek sebagai dokter. Namun kenyataannya, ia telah pernah menjabat dua periode sebagai wakil bupati Buleleng dan tampaknya karirnya dalam dunia politik akan masih terus melaju.
Keasyikan menulis, baru saya sadari, saya juga seorang dokter yang suka menulis. Meski tak sehebat kolega-kolega saya, dr Sir Arthur Conan Doyle, dr Marga T dan dr Mira W, tak terasa saya sudah mencetak empat buah buku yang terutama adalah sebagai kumpulan esai. Buku kelima sedang dalam proses editing.
Jika demikian, betul kata orang, jalani saja apa yang kau suka, karena setiap orang haruslah tetap merdeka dalam pikiran dan kreatifitasnya! [T]
BACAesai dan cerpen dari penulisDOKTER PUTU ARYA NUGRAHA