TAHUN 2023 ini, sebanyak 700 mahasiswa Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar dari berbagai fakultas terjun ke 30 desa atau kelurahan di Kecamatan Mengwi dan Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
Mahasiswa itu bukan terjun bebas. Mereka melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan KKN mahasiswa Unmas ini adalah periode I Angkatan 46 yang dilaksanakan selama kurang lebih 6 minggu – mulai tanggal 28 Februari sampai 14 April 2023. Tema KKN yang diusung adlaah “Kukuhkan Kolaborasi Tumbuhkan Literasi”.
Salah satu kelompok mahasiswa KKN itu ditempatkan di Kelurahan Lukluk. Di Kelurahan ini mahasiswa melakkan identifikasi masalah sampah sebagai masalah yang klasik namun pelik untuk ditangani. Sampah ini mencakup sampah yang timbul di daratan maupun di aliran sungai yang mengairi subak-subak di kelurahan ini.
Apalagi, akibat penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Kabupaten Badung terpaksa harus menbangun fasilitas Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang bisa menampung 300 ton sampah per harinya.
Pembangunan yang masih belum ready mengakibatkan terbatasnya volume sampah yang bisa diangkut ke faslitas TPS berlokasi di Mengwitani setiap harinya. Sehingga sampah yang tidak diangkut ke fasilitas TPA maupun TPS kebanyakan dibakar secara mandiri oleh warga maupun institusi/lembaga.
Salah satu kelompok warga yang merasa membutuhkan penanganan sampah adalah warga sekolah di SDN 1, SDN 2 dan SDN 3 Lukluk. Sampah-sampah yang timbul dari sekolah ini pada umumnya ditumpuk di bak penampungan sampah di sekolah. Bila sudah penuh, ada yang membakar, ada pula meminta pihak swasta untuk diangkut ke TPS dengan biaya tinggi. Asap pembuangan sampah yang mencemari udara, pemandangan dan bau yang tidak sedap, biaya yang mahal adalah urgency yang perlu penanganan secara kongkret.
Kondisi bak sampah di SD Negeri 1 Lukluk
Sudah banyak sosialisasi mengenai pemilahan sampah. Dan, tempat-tempat sampah sesuai jenisnya pun kerap kita temui di fasilitas umum, namun tampaknya kurang menarik minat masyarakat untuk membuang sesuai jenisnya. Alasannya adalah karena masyarakat menilai itu adalah sia-sia karena pada akhirnya sampah-sampah di fasilitas umum itu akan dicampurkan lagi dan diangkut ke TPS atau TPA.
Hal ini terjadi karena belum terintegrasikannya penanganan sampah di hilir dengan di hulu. Bank sampah sebagai salah satu fasilitas penanganan sampah di hilir perlu dikolaborasikan dengan sekolah sebagai Lembaga Pendidikan yang merupakan hulu timbulnya sampah. Agar pengelolaan sampah di hilir dapat lebih efektif, masyarakat di hulu perlu bekerjasama memilah sampahnya seperti yang dilakukan di bank sampah.
Untuk itu, mahasiswa KKN Unmas Denpasar merasa perlu mengintegrasikan penanganan sampah di bank sampah ke sekolah-sekolah ini.
Pertama, mahasiswa pun harus meningkatkan literasinya mengenai sampah terlebih dahulu sebelum mengintegrasikan ke pihak sekolah. Untuk itu, mahasiswa mengadakan kunjungan ke bank sampah yaitu Bank Sampah Induk (BSI) Bali Bersih yang beralamat di Jl. Kebo Iwa Selatan Gang. Agastia No.3, Padangsambian, Kota Denpasar. Kunjungan ini untuk mengetahui dan memahami betul jenis-jenis sampah dan penanganan serta pengolahannya. Kemudian, mengolah informasi yang diserap untuk mengadaptasikan ke pihak sekolah.
Mahasiswa membuat alat-alat pendukung seperti poster agar siswa SD mudah memahami dan mampu mempraktekkan di kehidupan sehari-hari.
Ada banyak jenis sampah yang dipilah di bank sampah, namun karena siswa SD masih belum tumbuh budaya memilah sampah, maka mahasiswa membuat jenis pemilahan secara garis besar, yaitu jenis sampah organik, kemasan plastik, botol minuman plastic, dan residu. Pemilahan jenis sampah ini berdasarkan jenis sampah yang sering ditemukan di Sekolah Dasar pada umumnya.
Agar siswa dapat dengan mudah megenali jenis pemilahan sampah, siswa diminta untuk memungut sampah yang ada di lingkungan sekolah, kemudian meminta mereka untuk memilah sesuai dengan wadah dan jenis sampah yang telah disepakati. Selain itu, tempat sampah yang ada ditempeli dengan label jenis sampah yang baru dengan gambar menarik dan contoh sampah nya di setiap tempat sampah.
Sosialisasi pemilahan sampah sesuai jenisnya di SD N 2 Lukluk.
Setelah mengadakan sosialisasi jenis sampahnya, mahasiswa memantau dan mendampingi siswa selama 2 minggu, untuk memastikan apakah sampah sudah dipilah sesuai jenisnya atau tidak. Sampah yang sudah dipilah, dikumpulkan dan disimpan untuk sementara waktu di sekolah sampai hari penjemputan sampah oleh Bank Sampah Induk (BSI) Bali Bersih tiba, yaitu setiap hari Kamis.
Setelah siswa mempraktekkan pemilahan sampah di minggu pertama, sekolah-sekolahh berhasil menjual sampah ke bank sampah, yaitu; SDN 1 Lukluk dengan total sampah yang diangkut sebanyak 19 Kg, SDN 2 Lukluk dengan total sampah yang diangkut 13,7 Kg, dan SDN 3 Lukluk dengan total sampah yang diangkut 4,4 Kg.
Di minggu kedua, volume sampah berkurang karena ada beberapa siswa SD yang akhirnya membawa botol minuman ke sekolah. Volume sampah di bak sampah pun menjadi drastis berkurang karena hanya diisi oleh sampah residu. Pemandangan dan bau kurang sedap pun menjadi fenomena yang tidak dijumpai lagi.
Pengangkutan sampah oleh Bank Sampah Induk (BSI) Bali Bersih
Setelah mengamati dan mengevaluasi hasil kerja, mahasiswa menyimpulkan bahwa permasalahan utama penanganan sampah adalah bukan semata karena kurang pedulinya masyarakat, namun juga karena faktor literasi yang masih rendah mengenai sampah, Contohnya seperti, apa itu sampah? Apa itu residu? Nilai ekonomis sampah? Apa saja jenis-jenis sampah dan apa contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari? bagaimana penangananya dan ke mana membuangnya?
Setelah siswa mendapatkan literasi mengenai sampah, siswa SD sangat mudah untuk diajak bekerjasama memilah sampah sesuai jenisnya.
Hal lain yang perlu difasilitasi adalah, perlunya pembentukan pengurus bank sampah di masing-masing sekolah. Hal ini bertujuan agar ada orang yang bertanggungjawab mengurusi & monitoring di sekolah, dan juga membangun kordinasi dengan pihak bank sampah. Dengan demikian, kegiatan pemilahan sampah ini tidak serta merta berakhir begitu masa KKN selesai, namun tetap berkelanjutan terus.
Menurut Ni Nyoman Suweni, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 1 Lukluk, program kerja yang dijalankan oleh mahasiswa sangat membantu siswa dalam memilah sampah sesuai dengan jenisnya. “Astungkara program ini bisa berjalan dengan lancar dan sesuai harapan kita bersama,” ujarnya.
“Sangat bagus, dengan adanya program ini dari mahasiswa memberi pengetahuan yang bagus kepada siswa mengenai apa itu sampah, jenis-jenis sampah, pengolah sampah. supaya ada nilai plus dari sampah ini dan astungkara program ini berlanjut kedepannya,” ujar I Gusti Ayu Putu Kantini, S. Pd selaku Kepala Sekolah SDN 2 Lukluk
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 2 Lukluk
Sementara, Ni Wayan Suadnyani, S.Ag.M.Pd.H selaku Kepala Sekolah SDN 3 Lukluk mengatakan, “Sangat senang sekali, kegiatan dari mahasiswa ini, berkat adanya program bank sampah ini, siswa dapat memilah sampah dengan baik. Pesan semoga siswa-siswi kami tidak hanya melakukan kegiatan ini di tingkat SD saja namun agar bisa dijalankan juga di jenjang SMP, SMA, maupun di lingkungan masyarakat.”
Pengintegrasian penanganan sampah di hulu dengan di hilir ini bisa dikatakan relevan dengan Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Sekolah sebaiknya mempraktekkan pemilahan sampah dan berkolaborasi dengan bank sampah untuk dapat memberi edukasi dan meningkatkan literasi mengenai sampah secara nyata kepada siswa didiknya.
Selengkap apapun fasilitas TPA, atau secanggih apapun teknologi, tidak akan pernah berbanding lurus dengan hasil yang ingin dicapai bila tidak dibarengi dengan partisipasi masyarakat untuk turut mengambil bagian dalam penanganan sampah.
Mahasiswa KKN Unmas Denpasar sangat berbangga dan berterima kasih dapat kesempatan untuk berkontribusi terhadap penanganan sampah yang selama ini menjadi issue yang muncul di masyarakat. [T]