“Saya ingin menyampaikan permohonan maaf, pertama mohon maaf kalau ada yang berpikir saya di tempat ini mati membusuk. Kalau ada yang berpikir saya di tempat ini menjadi bangkai fisik dan bangkai sosial, ini mohon maaf, itu alhamdulillah tidak terjadi,”—Anas Urbaningrum
SAMPAI HARI INI, One Piece adalah manga tersukses dengan penjualan terbanyak. Manga karya Eichiro Oda yang sudah dirilis sejak tahun 1997 itu merupakan sebuah kisah yang menceritakan kelompok bajak laut yang bertujuan mendapatkan harta karun terbesar di dunia yang kemudian dinobatkan sebagai “Raja Bajak Laut”. (Dan saya sudah mengikuti cerita ini sejak SMP hingga hari ini. Sangat setia bukan? Hehe.)
Dalam petualangannya, Strawhat Pirates—kelompok bajak laut Topi Jerami yang dipimpin oleh Luffy—telah menghadapi begitu banyak lawan tangguh. Salah satu dari lawan tangguh itu adalah Kaido yang merupakan salah satu dari empat kaisar lautan atau Yonkou dalam dunia One Piece.
Kaido adalah kapten dari kelompok bajak laut Binatang Buas. Ia digambarkan sebagai sosok yang akan melakukan apa saja demi mencapai tujuannya—termasuk membunuh seseorang, meski itu adalah bawahannya sendiri.
Bagi Kaido, kehadiran kelompok bajak laut Topi Jerami di Wano—wilayah kekuasaan Kaido—adalah sebuah gangguan yang harus dibinasakan. Tetapi, bagi Luffy, keberadaan Kaido di Wano harus segera dilenyapkan demi membebaskan rakyat Wano dari belenggu kekuasaan Kaido yang sudah berlangsung sekitar 20 tahun.
Meski dalam perlawanannya Luffy mengalami begitu banyak kekalahan dari Kaido—bahkan ia sempat merasakan penjara terburuk di Wano—pada akhirnya Luffy mampu mengalahkan Kaido dengan jurus Gomu-Gomo no Bajrang Gun dalam mode Gear 5 dan membebaskan negeri Wano dari penderitaan.
Luffy Adalah Anas Urbaningrum
Luffy adalah anak muda yang hanya dalam waktu lebih kurang tiga tahun sudah menjadi salah seorang yonkou, kaisar lautan. Itu sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Luffy di dunia One Piece.
Luffy adalah fiksi. Sedangkan di dunia nyata, nyaris seperti Luffy, pencapaian yang luar biasa juga dicapai oleh seorang Anas Urbaningrum.
Sosok Anas menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1997, kemudian menjadi tim Revisi Undang-Undang Politik, hingga pada akhirnya ia berhasil menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada tahun 2010.
Jika selepas dari penjara Luffy mempersiapkan diri untuk melakukan serangan balik kepada Kaido. Lantas, bagaimana dengan Anas Urbaningrum? Akankah Anas Urbaningrum menyiapkan serangan balik untuk SBY?
Hal ini dikuatkan dengan pernyataan yang dilayangkan oleh M. Rahmad selaku Kornas Sahabat Anas Urbaningrum bahwa Anas tidak punya urusan dengan AHY tapi memiliki agenda khusus dengan SBY. Apa yang dimaksud dengan agenda khusus tersebut? Apakah Anas, layaknya Luffy, juga bakal mengeluarkan mode Gear 5-nya?
PKN Jadi Kendaraan Anas Lancarkan Serangan Balik
Kehadiran Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) diyakini menjadi wadah bagi Anas untuk melancarkan serangan balik kepada lawan politiknya. Hal ini pun ditegaskan oleh Gede Pasek Suardika bahwa ia telah menyiapkan jabatan khusus bagi Anas Urbaningrum selepas menghirup udara bebas.
Menurut Miriam Budiardjo dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik, dijelaskan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik—(biasanya) dengan cara konstitusional—untuk melaksanakan programnya.
Nah, berangkat dari hal tersebut, tentu terbentuknya PKN pasti memiliki tujuan. Mungkin salah satu tujuan terbentuknya PKN adalah untuk memberi peringatan kepada lawan politik Anas, serta memberi ruang kepada Anas untuk melakukan serangan balik kepada lawan-lawan politiknya, dalam hal ini adalah Partai Demokrat pada umumnya, dan SBY pada khususnya.
Bisa jadi, PKN—yang di dalamnya diisi oleh loyalis Anas—masih menilai Anas sebagai figure yang kuat dan dianggap dapat meningkatkan elektabilitas PKN dalam Pemilu 2024. Tak bisa dimungkiri bahwa sejak awal kehadiran PKN, partai ini selaku dikait-kaitkan dengan Anas Urbaningrum dan punggawa PKN pun tidak menampik hal tersebut.
Kuatnya figur Anas Urbaningrum sendiri tidak bisa dilepaskan dari kultur patronase dan loyalitas tinggi dari pengikutnya. Hal ini kemudian dapat menjadikan Anas Urbaningrum sebagai image atau identitas dari PKN.
Apabila berangkat dari apa yang disampaikan oleh Ekawati dan Sweinstani, dijelaskan bahwa personalisasi partai politik adalah hal yang tidak ideal karena partai tidak terinstitusionalisasi dengan baik.
Meski demikian, personalisasi partai politik juga memiliki sisi positif karena dapat menjaga solidaritas internal partai.
Kuatnya pengaruh dari Anas Urbaningrum juga terbukti dengan begitu banyaknya loyalisnya yang menyambut kebebasannya pada Selasa, (11/04/2023) di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Dan PKN adalah salah satunya. Bahkan banyak juga kader PKN dari luar daerah sengaja datang ke Bandung untuk menyambut kebebasan sang panutan.
Kehadiran Anas Urbaningrum menurut saya dapat memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap keterpilihan PKN dalam Pemilu 2024 mendatang.
Eksistesi dan capaian yang baik kemungkinan besar diperoleh oleh PKN. Tapi, apakah capaian yang baik itu mengganggu capaian dari lawan politiknya dalam hal ini adalah Partai Demokrat? Atau justru Partai Demokrat tidak menerima gangguan yang berarti meskipun PKN sudah diperkuat Anas Urbaningrum?
Untuk jaga-jaga, SBY dan Demokrat harus mengencangkan ikat pinggang, karena Anas Urbaningrum dan kawan-kawan pasti sudah menyiapkan serangan balik dan siap mengguncang publik. Benar begitu, bukan?[T]
BACAartikel lain dari penulisTEDDY CHRISPRIMANATA PUTRA