PELESTARIAN SENI di Kabupaten Buleleng memang sangat gencar dilakukan oleh pemerintah maupun maestro-maestronya. Hal itu bisa kita lihat dengan banyaknya hasil rekontruksi karya seni terdahulu. Nah, salah satu hasil rekontruksi yang ada di Kabupaten Buleleng adalah Tari Legong Pengeleb.
Tari Legong Pengeleb adalah salah satu jenis tarian kekebyaran yang tercipta dari Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Tarian ini menggambarkan suasana hati kaum perempuan yang penuh kegembiraan dengan meluapkan ekspresi bahagia, sukacita, dan keagresifan.
Dyah Sri Khrisna Aryantini saat mementaskan Tari Legong Pengeleb
Menurut sejarah yang saya ingat, tarian ini lahir di zaman pergerakan nasional, bahkan jauh sebelum itu, karya seni ini lahir sejak zaman emansipasi wanita ketika Raden Ajeng (RA) Kartini sedang gencar memperjuangkan kesetaraan derajat antara laki-laki dan perempuan.
Hingga tahun 2010, tarian fenomenal ini di rekonstruksi oleh I Made Pasca Wirsutha, S.Sn—tokoh yang kerap disapa Dek Pas atau Kocok.
Perjalanan Dek Pas Merekonstruksi Lengong Pengeleb
Dek Pas (Kocok), pria kelahiran Singaraja, 9 November 1981, ini memang terkenal dalam dunia rekonstruksi tarian Bali. Ia alumni ISI Denpasar. Dan sekarang ia mengajar Seni Karawitan di SMKN 1 Sukasada.
Pada tahun 2003, untuk pertama kalinya, Dek Pas berhasil merekonstruksi Tari Kebyar Legong. 2004 ia kembali menghasilkan karya rekonstruksi tari, kali ini Tari Wiranjaya. Lalu Tari Legong Pengeleb (2010); Tari Cendrawasih Buleleng (2013); Tari Pudak Sinunggal gaya Dangin Njung (2016); Tari Palawakya gaya Dauh Njung (2017); dan Tabuh Sari Anom dan Bratayuda gaya Jagaraga (2018).
Untuk rekonstruksi Tari Legong Pengeleb sendiri, perjalanan Dek Pas dalam menggali tari ini sangatlah panjang. Begini kisahnya:
Awalnya, Dek Pas kedatangan seorang teman dari Canada bernama Erick Vandal. Tujuan Erick datang ke Buleleng adalah untuk merekam tabuh atau gending kekebyaran kuno yang ada di Desa Menyali. Dek Pas diminta untuk mengantarnya ke Desa Menyali.
“Kedatangan kami di Desa Menyali disambut hangat oleh para seniman yang ada di sana. Dan obrolan kami semakin dalam, sampai kami mendapatkan cerita tentang Tari Legong Pengeleb ini,” kisahnya, saat saya hubungi pada Kamis (13/04/23) siang.
Semenjak saat itu, Dek Pas tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan lebih dalam tentang tarian ini.
Ia bersungguh-sungguh; ia mencari informan, seorang seniman di Desa Menyali yang bernama Bape Baiq. Setelah bertemu dan berbincang membahas tarian ini, betapa kagetnya saat Dek Pas dimintai uang atas informasi yang Bape Baiq berikan.
“Saya hanya seorang guru, dan belum memiliki penghasilan yang cukup. Jadi saya mengurungkan niat untuk hal tersebut,” akunya.
Tetapi, karena sudah kadung tertarik, tak lama kemudian ia kembali mengunjungi Desa Menyali. Kali ini ia mengunjungi Bape Carik dengan niat yang bersungguh-sungguh—dan meyakinkan dirinya jika ia berniat baik pasti hasilnya akan baik pula. Akhirnya, setelah beberapa kali pertemuan; setelah sekian purnama dilewati, ia berhasil mendapatkan informasi tentang Tari Legong Pengeleb.
“Sedikit demi sedikit, Bape Carik dan Bape Suandra memberikan informasi tentang gending atau iringan tari ini,” katanya.
Pada tahun 2010, tepatnya setelah ajang Pesta Kesenian Bali, Dek Pas mendapat keseluruhan iringan Tari Lengong Pengeleb. Hanya saja, waktu itu Dek Pas masih takut untuk menyebarkan hasil rekonstruksi yang ia lakukan.
Higga akhir tahun 2010, saat Sanggar Cudamani, Ubud, Gianyar, mendapatkan projek tour ke Amerika dan mencari gending-gending kebyar Buleleng, Dek Pas baru merasa percaya diri untuk memberikan materi rekonstruksinya kepada sanggar tersebut.
Ya, hasil rekonstruksi Dek Pas, untuk pertama kalinya, dipentaskan oleh Sanggar Cudamani di Amerika dengan I Made Keranca, seniman dari Desa Jagaraga, sebagai penata tarinya. Baru setelah tour selesai, karya rekonstruksi ini dibawa ke Buleleng pada awal tahun 2011.
“Selanjutnya, hasil rekonstruksi saya dipentaskan Padepokan Seni Dwi Mekar, yang pada saat itu mewakili Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Buleleng diajang Pesta Kesenian Bali tahun 2011. (Di Desa Menyali tari ini sudah ada dari tahun 50an.),” kenangnya.
Yang Menarik dari Tari Legong Pengeleb
Hal menarik yang membuat Dek Pas menggali tari ini adalah dari sudut iringannya. Katanya, ia banyak mendengar tabuh-tabuh Tari Kebyar Legong dalam iringan Tari Legong Pengeleb. Memang, Tari Kebyar Legong sudah jauh tercipta sebelumnya. “Jadi saya sangat tertarik dengan hal ini,” katanya.
Dan, faktanya, selain ada kebyar di iringan Tari Legong Pengeleb, juga ada bagian-bagian lainnya seperti pengadeng atau pemanis. Tapi, hal ini berbeda dengan Tari Pelegongan yang ada di Bali Selatan. Bedanya, kalau di Bali Selatan, iringan pelegongan biasanya diiringi dengan instrumen kendang kecil (kendang krumpung), sedangkan di Bali Utara menggunakan kendang besar (kendang gede).
Selain itu, menurut Dek Pas, Tari Legong Pengeleb juga ada kemiripan dengan Tari Legong Saba yang ada di Gianyar. Memang, dulu seniman-seniman yang ada di Bali Selatan banyak yang belajar ke Bali Utara, tepatnya di Desa Jagaraga, Desa Menyali, dan Desa Sawan.
“Akhirnya diadakan semacam study banding.Gede Manik (seniman Buleleng sekaligus pencipta Tari Trunajaya) diajak ke Gianyar sedangkan Anak Agung Saba (seniman asal Gianyar sekaligus pencipta Tari Legong Saba) diajak ke Buleleng. Itu yang mendasari ide-ide iringan Tari Legong Pengeleb ini.” jelas Dek Pas.
Dan sekarang, sudah banyak yang mempersembahkan Tari Legong Pengeleb ini—walaupun tidak sedikit pula yang mengubahnya sedikit-sedikit. Dek Pas merasa “kurang enak” akan hal itu—ia merasa perjuangannya untuk menggali karya ini sangatlah panjang dan dengan usaha yang keras.
Energi dari tarian ini tidak beda dengan tari kekebyaran yang ada di Buleleng. Sedikit cerita, sebagai orang yang pernah mementaskannya, saya memang sangat terkesan dengan karya ini.
Dari unsur gerak tari yang terkadung di dalamnya, memanglah sangat beragam—dan tarian ini termasuk tarian yang berat. Dilihat dari gerakannya, mulai dari jongkok sambil melompat, jalan sambil jongkok, melompat naik ke properti, wahhh… bisa dibayangkan betapa sulitnya, bukan?
Akhirnya, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Guru Cening (alm) dan Gede Negara atau Britem (alm), sekarang tarian ini sudah dikembalikan ke Desa Menyali.
Dan, Tari Legong Pengeleb akan dipentaskan kembali dalam ajang Pesta Kesenian Bali 2023 oleh Sekaha Gong Legendaris Desa Menyali. For your information, tarian ini juga sering dipentaskan di luar negeri, dari Amerika Serikat, Belgia, Belanda, hingga Canada.[T]
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.