INDONESIA tidak pernah sepi dari isu-isu agama. Beberapa minggu lalu, ramai kabar soal sejumlah warga yang memaksa untuk pergi ke pantai dengan “melawan” Pecalang hingga membuka paksa pintu portal saat Hari Raya Nyepi pada Rabu, 22 Maret 2023.
Tindakan tersebut terjadi di Kantor Seksi 2 Kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Banjar Dinas Tegal Bundar, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, sekitar pukul 10.00 Wita.
Berdasarkan video yang beredar, sejumlah warga mengendarai sepeda motor menunggu di depan portal yang dijaga para pecalang. Mereka berbondong-bondong masuk, setelah seorang di antaranya berhasil (memaksa) membuka portal.
Perbekel Desa Sumberklampok, Wayan Sawitrayasa, seperti yang telah dikabarkan detikBali, membenarkan hal tersebut. Ia mengakui warga yang memaksa rekreasi adalah umat yang tidak merayakan Nyepi di desanya.
“Informasi dari warga, setiap hari raya Nyepi, mereka terbiasa berekreasi di sana agar tidak keluar ke jalan raya. Tetapi, yang namanya Nyepi itu seharusnya di rumah. Apalagi, ikut menghidupkan sepeda motor. Bandara saja ditutup,” terang Sawitrayasa.
Seperti api dalam sekam yang diguyur minyak tanah, insiden itu dengan cepat tersebar di media sosial—viral. Dan seperti yang sudah-sudah, kabar itu dengan cepat pula memantik keributan netizen. Banyak yang menyayangkan, menyesalkan, banyak pula yang menghujat, membenci, dan tak sedikit yang kemudian sentimen terhadap agamanya, bukan oknumnya.
Hingga oknum yang membuat keributan menyampaikan permintaan maaf yang disampaikan dalam mediasi—yang dihadiri Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Buleleng, Camat Gerokgak, Kapolsek Gerokgak, Perbekel Desa Sumberklampok, Kelian Desa Adat Sumberklampok, Kesbangpol Kabupaten Buleleng dan sejumlah perwakilan pecalang—di Mapolsek Gerokgak, Kamis, 23 Maret 2023, percikan-percikan keributan itu masih terasa.
Namun, hal tersebut tak berlangsung lama. Dengan melibatkan berbagai pihak, akhirnya keributan dapat diatasi. Terlebih, masyarakat Sumberklampok, antara umat Hindu dan Muslim, sudah saling mengenal sejak kecil.
“Syukur saja, emosi sesaat sudah mulai mereda, karena pada hakikatnya antara Muslim dan Hindu di sana sudah saling kenal sejak kecil, mereka sama-sama lahir di sana,” kata Abdul Karim Abraham, Ketua PC GP Ansor Buleleng, kepada tatkala.co, Sabtu, 1 April 2023.
Inisiatif Pemuda Mempererat Kerukunan Beragama
Setelah ribut-ribut itu mereda, ada satu momen penting yang tak banyak dikabarkan oleh media atau viral di media sosial. Momen saat pemuda-pemudi Sumberklampok berinisiatif untuk kembali mempererat kerukunan umat beragama dengan cara berbuka puasa besama.
“Dan menariknya, ini ‘kan justru diinisiasi oleh pemuda Hindu di sana,” kata Abdul Karim.
Sekdes Sumberklampok, Haerus Zaman, ketika dikonfirmasi tatkala.co, Sabtu, 1 April 2023, membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa inisiatif itu memang lahir dari Seka Teruna-Teruni (STT) Wahyu Dewata.
“STT Wahyu Dewata bersama para pemuda dan GP Ansor Sumberklampok mengadakan buka bersama setelah kejadian kemarin,” ujar Haerus, yang juga menjabat sebagai Ketua Ranting GP Ansor Sumbeklampok.
Keharmonisan kerukunan beragama itu semakin sejuk saat Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Gerokgak menyelenggarakan kegiatan serupa bersama tokoh Islam dan tokoh Hindu di Aula Kantor Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Minggu, 26 Maret 2023.
Kegiatan buka puasa bersama ini dihadiri tokoh umat Islam dan umat Hindu, jajaran Muspika, Camat Gerokgak, Kapolsek Gerokgak, dan Danramil.
Kegiatan itu berlangsung dengan penuh persaudaraan. Suasananya aman dan kondusif. Karena memang, acara buka puasa bersama itu diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kerukunan antarumat beragama.
Dikutip dari tatkala.co, Camat Gerokgak Ketut Aryawan mengatakan, dengan adanya kegiatan yang positif ini agar menjadi sebuah gambaran bahwa toleransi umat beragama di Kabupaten Buleleng khususnya di Kecamatan Gerokgak tetap terjaga keutuhannya serta akan dilaksanakan secara berkelanjutan dari berbagai elemen keagamaan yang ada di Kecamatan Gerokgak.
Ia berharap, perlu adanya peran aktif tokoh masyarakat dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam menjaga dan menghormati keyakinan antar umat beragama di Kecamatan Gerokgak pada khususnya, dan Kabupaten Buleleng pada umumnya.
“Terimakasih kepada seluruh tokoh masyarakat yg sudah secara aktif ikut dalam menjaga keamanan dan ketentraman wilayah Gerokgak,” kata Pak Camat, saat acara buka puasa itu.
Hidup Bersama Sejak Dulu
Tak mengherankan sebenarnya, sebab toleransi dan kebersamaan umat beragama di Sumberklampok memang sangatlah tinggi. “Sudah terbangun sejak dulu,” kata Haerus.
Dalam setiap kegiatan, baik sosial maupun keagamaan, umat Hindu dan Muslim selalu bersatu. Tidak ada sekat di antara kedua umat tersebut. Sikap saling mengharagai itu dijunjung setinggi-tingginya.
“Kalau ada yang lagi membangun rumah, entah itu orang Islam atau Hindu, kami saling bantu,” jelas Haerus.
Sedangkan dalam relasi antaragama, Desa Sumberklampok memiliki kegiatan yang unik, yakni kegiatan sholawat yang dilakukan berbarengan dengan kegiatan upakara di Pura Perjuangan. Hal ini sudah dilakukan umat Hindu dan Muslim Sumberklampok sejak tahun 1970.
“Setiap 7 November desa melakukan doa bersama. Selalu dilakukan ritual-ritual keagamaan sebagai wujud syukur masyarakat,” kata Ketua Majelis Taklim Desa Sumberklampok, Rahabid.
Artinya, Abdul Karim menegaskan, masalah ribut-ribut di Sumberklampok kemarin sebenarnya sudah selesai di tingkat desa. “Mereka selama ini sudah biasa hidup bersama dan bahkan berjuang bersama dalam memperoleh hak atas tanahnya,” ujarnya.[T][Jas/*]