PERAYAAN HARI RAYA NYEPI didasarkan pada penanggalan atau kalender Saka. Tahun Baru Saka memiliki makna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional.
Setiap tahunnya, umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka yang dilakukan dengan cara Nyepi selama 24 jam. Nyepi tahun 2023 yang jatuh pada tanggal 22 Maret 2023 disambut dengan penuh suka cita oleh umat Hindu di Bali maupun umat Hindu di luar Bali.
Bahkan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengizinkan umat Hindu di Solo merayakan Nyepi dengan melaksanakan kirab budaya ogoh-ogoh pada Sabtu, 18 Maret 2023. Hal ini merupakan kirab ogoh-ogoh pertama kali dilaksanakan di Solo. Ini merupakan bentuk toleransi masyarakat Solo terhadap umat Hindu. Rasa toleransi memang penting dipupuk sehingga ada rasa persaudaraan di antara masyarakat Indonesia yang sangat majemuk.
Namun disayangkan perayaan Nyepi di Bali dinodai oleh sikap intoleran beberapa oknum. Umat Hindu Bali khususnya di Desa Sumberklampok merasa terusik oleh ulah oknum yang membuka portal dan memberikan masyarakat non Hindu pergi menuju pantai Segara Rupek. Oknum tersebut seperti pahlawan kesiangan membuka paksa portal padahal mereka tahu pada saat itu umat Hindu melaksanakan tapa brata penyepian.
Mengapa sikap intoleran seperti terus terjadi. Permintaan maaf oleh oknum boleh dilakukan dan umat Hindu pasti memaafkan karena umat Hindu di Bali adalah pemaaf dan sangat welcome dengan umat lain. Tindakan intoleran jangan sampai berhenti ketika oknum meminta maaf tetapi harus ditindaklanjuti secara hukum. Hal ini dilakukan untuk memberikan efek jera bagi oknum tersebut dan mencegah sikap intoleran yang lain.
Sikap intoleran juga ditunjukkan oleh beberapa bule. Lantaran tidak diberi jalan oleh pecalang saat prosesi upacara melasti di Jalan Labuan Sait, Pecatu, Kuta Selatan, Badung. Seorang bule menantang berkelahi pecalang yang berjaga.
Bule berulah sudah berulang-ulang terjadi. Hal itu menunjukkan bule tersebut memiliki sikap intoleran.
Di media sosial juga beredar dua bule kemah di Pantai Purnama, Sukawati, Gianyar, Bali, saat Hari Raya Nyepi, Rabu (22/3/2023). Kedua bule itu sempat adu mulut dengan petugas pecalang yang menegurnya. Keduanya memilih kemah dan mendirikan tenda di atas balai bengong di pinggir Pantai Purnama karena mereka kehabisan bekal.
Ini menjadi permasalahan bagi masyarakat Bali (khususnya umat Hindu). Bali memang membutuhkan wisman tetapi wisman yang beretika dan menghargai adat, budaya , dan agama Hindu bukan melecehkan nilai-nilai masyarakat Bali dan agama Hindu. Bali butuh bule beretika dan yang terpenting bule yang secara finansial sudah mapan. Agar jangan bule justru menggelandang di Bali dan membuat keonaran.
Nyepi beberapa hari lalu juga dinodai dengan sikap arogan oknum sehingga mengakibatkan korban jiwa. Pertumpahan darah terjadi pada saat pawai ogoh-ogoh di Jalan Veteran Denpasar.
Apakah ini menandakan pemahaman akan agama rendah? Mengapa perayaan Hari Suci Nyepi harus ternoda dengan ceceran darah? Begitu mudahnya menghilangkan nyawa manusia. Seenak perutnya menghilangkan nyawa orang. Tidakkah ada cara lain yang lebih elegan dalam menyelesaikan masalah.
Umat Hindu mengenal Tat Twam Asi “ Aku adalah kamu”. Di mana implementasi nilai-nilai Tat Twan Asi? Tidak ada tenggang rasa antara krama Bali. Seperti ayam bali “ magocoh ajak timpalne”
Kerumunan orang memang sangat riskan menimbulkan gesekan. Awalnya saling pandang dan berkahir dengan keributan sudah sering terjadi. Kejadian seperti ini hendaknya menjadi pemikiran masyarakat, pemerintah dari tingkat desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, kota dan provinsi untuk meminimalkan gesekan-gesekan. Pengusung ogoh-ogoh yang sebagian besar kaum muda sangat mudah tersinggung. Apalagi beberapa orang meneguk miras sebelum mengusung ogoh-ogoh.
Keadaan ini sangat memungkinkan terjadi kesalahpahaman di antara mereka. Walaupun pemerintah daerah telah mengeluarkan berupa aturan atau surat edaran berkaitan dengan pelaksanaan pawai ogoh-ogoh namun tetap saja Nyepi tahun ini dinodai oleh sikap intoleransi beberapa oknum.
Mudah-mudahan Nyepi tahun 2024 bisa memberikan kedamaian bagi umat Hindu di Bali dan di seluruh Nusantara. [T]