Oleh: Luh Eka Susanti & A.A. Ayu Arun Suwi Arianty
WISATA EDUKASI bukanlah konsep yang baru dalam hal pariwisata. Jika kita kaitkan dengan definisi dari wisata dan edukasi, tiap domain ini mempunyai alur dan tujuannya tersendiri. Pendidikan dan pariwisata di Indonesia merupakan dua framework yang berbeda dalam pelaksanaannya.
Dahulu, pada prinsipnya pendidikan dan pariwisata berjalan pada jalurnya sendiri serta mempunyai tujuan dan visi secara mandiri. Dalam perjalananya disertai berkembangnya globalisasi serta kebutuhan wisatawan dan insan pendidikan yang semakin kompleks, kedua hal tersebut dapat saling bersinergi dan saling melengkapi.
Proses pendidikan yang dilaksanakan dalam aktivitas wisata merupakan metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, serta merupakan alternatif metode belajar yang efektif. Aktivitas wisata edukasi dapat menjadi sarana bersosialisasi dan menumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya dan bangsa. Kolaborasi pendidikan dan pariwisata telah berkembang dan menimbulkan paradigma baru yaitu alam sebagai wisata dan pendidikan.
Untuk kolaborasi konsep pendidikan dan wisata dapat dilakukan melalui program wisata pendidikan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat berwisata tetapi juga dapat berguna bagi masyarakat untuk dijadikan sebagai media edukasi. Konsep inilah yang menjadi inisiasi terciptanya wisata edukasi dimana kegiatan pembelajaran dapat yang bersifat non formal, sehingga tidak kaku seperti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Wisata edukasi ini juga dikenal dengan istilah edutainment yang secara harfiah dapat ditelaah definisinya bahwa belajar disertai dengan kegiatan yang menyenangkan. Menyenangkan dalam artian tidak kaku dan statis seperti apa yang direkam dalam pikiran tentang pendidikan dimana harus berada di dalam ruangan kelas.
Wisata edukasi di Indonesia telah mencuri perhatian wisatawan lokal maupun asing . wisata edukasi ini termasuk dalam kategori wisata minat khusus (special interest tourist).
Pariwisata minat khusus merupakan pariwisata yang menawarkan kegiatan yang tidak biasa dilakukan oleh wisatawan pada umumnya atau wisata dengan keahlian atau ketertarikan khusus. Salah satu jenis wisata edukasi adalah wisata edukasi alam. Jenis wisata edukasi ini berfokus pada pendidikan yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang alam dan lingkungan bagi siapa saja wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.
Di Bali terdapat banyak wisata edukasi alam, dimana salah satu tujuannya adalah melestarikan dan memberikan kesadaran bagi wisatawan tentang pentingnya alam, termasuk di dalamnya tentang terumbu karang.
Terumbu karang merupakan kumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur disebut polip.
Polip-polip ini menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa dan Polip-polip inilah yang selama ribuan tahun akan membentuk terumbu karang. Terumbu karang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan.
Terumbu karang (coral reef) bukan sekedar menjadi tempat hidup dan berkembang biota laut belaka. Namun terumbu karang mempunyai fungsi dan peran yang tidak bisa diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir, maupun darat), dan bagi kehidupan manusia. Selain itu juga sebagai pelindung pantai dari abrasi akibat terpaan arus, angin, dan gelombang.
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem yang mengandung sumber daya alam yang dapat memberi manfaat besar bagi manusia. Maka dari itu diperlukan kearifan untuk melestarikannya, yang bisa menjadikan sumber daya alam ini menjamin kesejahteraan manusia sepanjang zaman.
Transplantasi terumbu karang atau penanaman terumbu karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang yang semakin terdegradasi melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau menciptakan habitat baru. Pelestarian terumbu karang sebagai salah satu upaya perwujudan untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan, seperti salah satu contoh pengembangan terumbu karang yang sudah berhasil yaitu di Pantai Pandawa, Kabupaten Badung, dalam rangka mewujudkan sustainability tourism, implementasi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, dengan tujuan mempercepat pemulihan terumbu karang yang mengalami kerusakan.
Nangun Sat Kerthi Loka Bali itu sendiri memiliki arti menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sekala-niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan. Melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Dalam perwujudan Bali Era Baru, salah satu misi dalam mewujudkan visi tersebut adalah dengan menata secara fundamental dan komprehensif pembangungan Bali yang mencakup tiga aspek utama, yaitu alam, krama dan kebudayaan Bali berdasarkan nilai-nilai Tri Hita Karana. Tujuan dari konsep ini adalah mewujudkan keharmonisan antara Parahyangan, Pawongan dan Palemahan.
Wisata edukasi coral planting di pantai Pandawa mampu membangkitkan kunjungan wisatawan dengan mengajak pengunjung untuk ikut menanam terumbu karang hias di laut Pantai Pandawa. Wisatawan dapat memiliki pengalaman menanam terumbu karang sekaligus sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, kegiatan ini disambut antusias oleh pengunjung.
Terumbu karang hias yang akan ditanam bisa diberi label nama sesuai keinginan. Hal ini berlaku untuk wisatawan mandiri ataupun untuk institusi, jadi label nama pada terumbu karang dapat berupa nama wisatawan sendiri atau nama institusi. Luas area untuk penanaman terumbu karang di Pantai Pandawa hingga saat ini mencapai tujuh hektar, tiga hektar diantaranya sudah tumbuh dan bisa menjadi spot saat menyelam.
Sebelum melakukan penanaman, wisatawan diberikan edukasi dasar tentang ekosistem laut khususnya terumbu karang seperti jenis-jenisnya, habitat yang cocok serta penyebab kerusakan terumbu karang. Banyak yang mengira bahwa penyebab rusaknya terumbu karang adalah karena ulah manusia, utamanya nelayan karena pemakaian alat tangkap yang merusak, peningkatan pencemaran, serta pemanasan global yang memicu pemutihan karang dan diikuti penyakit dan hama karang.
Akibat kematian karang, berbagai biota penghuni karang yang bersimbiosis dengan karang ikut menghilang, termasuk ikan komersial. selain itu, pengambilan terumbu karang secara ilegal, pembangunan di pesisir pantai, pencemaran limbah, penambangan, penangkapan ikan secara ilegal, penebangan hutan mangrove dan pestisida.
Dengan adanya wisata edukasi coral planting ini, selain dapat melestarikan lingkungan khususnya terumbu karang, dapat juga meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun internasional. Peran pemerintah lokal dan pemangku kepentingan juga sangat berkontribusi terhadap pengembangan wisata edukasi ini sehingga dapat mendorong wisata edukasi alam lainnya. [T]