JAKARTA | TATKALA.CO — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI memberikan penghargaan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali terkait dengan Revitalisasi Bahasa Daerah pada kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Nasional yang digelar12—16 Februari 2023 di Hotel Sultan, Jakarta.
Penghargaan diterima Gubernur Bali yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra Provinsi Bali Gede Indra Dewa Putra.
Gede Indra Dewa Putra mengucapkan terima kasih kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, khusus Balai Bahasa Provinsi Bali, yang telah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali khususnya kerjasama untuk pemberdayaan generasi muda di bidang bahasa.
“Kerja sama ini diharapkan berkelanjutan khususnya kepada generasi muda Bali, agar bahasa daerah tidak punah,” kata Gede Indra Dewa Putra.
Menurut Gede Indra Dewa Putra, terkait regulasi terhadap pelindungan bahasa dan sastra daerah, Pemerintah Provinsi Bali telah memiliki perda bahasa daerah. Bali satu-satunya memiliki Penyuluh Bahasa Daerah.
“Bali satu-satunya memiliki bulan bahasa daerah, dalam satu bulan yaitu bulan Februari kegiatan lomba-lomba dalam mendukung bulan bahasa,” katanya.
Gede Indra Dewa Putra mengajak generasi muda jangan malu menggunakan bahasa daerah. “Kita harus bangga memiliki bahasa daerah , justru menumbuhkan kedaerahan, dari keunikan yang kita miliki. Bahwa semua ini adalah tanggung jawab bersama,” ujar Gede Indra Dewa Putra.
Sementara itu, Kepala balai bahasa Provinsi Bali Valentina Lovina Tanate, M.Hum., mengatakan Balai Bahasa Provinsi Bali Tahun 2022 melaksnakan Revitalisasi Bahasa Daerah melalui Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Provinsi Bali.
Sebelum terlaksanakan kegiatan tersebut, sebagai langkah awal dilaksanakan koordinasi antarinstansi pemerintah daerah di kabupaten/kota di Provinsi Bali, kemudian kegiatan tersebut dilanjutkan dengan Pelatihan Guru Master/Guru Utama yang tujuan untuk memberikan mengimbasan kembali kepada guru sejawat dan para siswa terkait dengan pengayaan materi dan sebagai menyeimbang dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan ini, kata Valentina, bermuara pada pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu di tingkat daerah, kecamatan, kabupaten, kemudian dilanjutkan ke tingkat provinsi. Dari tingkat provinsi para pemenang I memperoleh kesempatan untuk tampil di tingkat nasional bersama-sama dengan 12 provinsi yang melaksanakan revitalisasi.
Untuk tahun 2023 ini kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu di tingkat nasional itu digelar12—16 Februari 2023 di Hotel Sultan, Jakarta.
Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Nasional itu dibuka oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, Senin (13/02/2023) malam.
Dalam sambutannya, Nadiem Anwar mengatakan, dari 718 bahasa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tidak semua kondisinya terkategori aman. Oleh sebab itulah Revitalisasi Bahasa Daerah dilakukan untuk menyelamatkan bahasa-bahasa daerah dari kondisi kritis dan kepunahan.
Menurutnya Revitalisasi Bahasa Daerah yang telah dilakukan menggunakan pendekatan baru yang terdiri atas delapan aspek. Seperti, lebih fokus pada revitalisasi daripada pendokumentasian bahasa yang dilakukan melalui pembelajaran dan pendampingan berkelanjutan, partisipasi intensif seluruh pemangku kepentingan, dan model revitalisasi yang bergam menyesuaikan situasi di lapangan.
Selain itu, penyediaan buku-buku cerita anak berbahasa daerah yang menarik untuk pengayaan pembelajaran, mendorong penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal (kelas 1-3 SD), sehingga anak-anak familiar dengan bahasa daerah, mobilisasi guru, fasilitator, dan pegiat bahasa daerah untuk menjadi narasumber sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan, dan penyediaan forum apresiasi berupa festival bagi penutur muda bahasa daerah yakni FTBI.
Aspek-aspek pendekatan baru tersebutlah yang menurut Nadiem Makarim menyebabkan Kemdikbudristek mampu merevitalisasi 39 bahasa daerah dan 8 aksara daerah dari 13 provinsi tahun 2022. Selain itu, ia mengakui bahwa suksesnya Revitalisasi Bahasa Daerah karena seluruh pemangku kebijakan, guru, kepala sekolah, pengawas, pegiat-pegiat bahasa daerah dan masyarakat turut bergerak.
“Tidak ada kebijakan yang sukses tanpa ada gerakan”, tegas Nadiem Makarim. [T][Tan]