FESTIVAL TUNAS BAHASA IBU (FTBI) Nasional resmi dibuka oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, Senin, 13 Februari 2023 malam.
Pembukaan diisi dengan berbagai acara seperti mendongeng dengan bahasa daerah masing-masing dari peserta siswa SD dan SMP, serta menyanyikan lagu daerah, juga dari masing-masing peserta.
Bali diwakili oleh Komang Yenita Wulandari. Siswi kelas VI SDN 1 Banjar Jawa ini membawakan lagu Putri Cening Ayu. Suaranya yang lembut dikombinasikan dengan gerakan dasar tari Bali menjadikan lagu yang dibawakannya benar-benar dinikmati oleh seluruh peserta.
Kegiatan FTBI ini merupakan tindak lanjut pelaksanaan Merdeka Belajar episode 17: Revitalisasi Bahasa Daerah tahun 2022 dan menyemarakkan peringatan hari Bahasa Ibu Internasional pada 21 Februari 2023.
Dalam sambutannya Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim atau biasa disapa Mas Menteri menyampaikan bahwa dari 718 bahasa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tidak semua kondisinya terkategori aman. Oleh sebab itulah Revitalisasi Bahasa Daerah dilakukan untuk menyelamatkan bahasa-bahasa daerah dari kondisi kritis dan kepunahan.
Menurutnya Revitalisasi Bahasa Daerah yang telah dilakukan menggunakan pendekatan baru yang terdiri atas delapan aspek. Seperti, lebih fokus pada revitalisasi daripada pendokumentasian bahasa yang dilakukan melalui pembelajaran dan pendampingan berkelanjutan, partisipasi intensif seluruh pemangku kepentingan, dan model revitalisasi yang beragam menyesuaikan situasi di lapangan.
Selain itu juga penyediaan buku-buku cerita anak berbahasa daerah yang menarik untuk pengayaan pembelajaran, mendorong penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal (kelas 1-3 SD), sehingga anak-anak familiar dengan bahasa daerah, mobilisasi guru, fasilitator, dan pegiat bahasa daerah untuk menjadi narasumber sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan, dan penyediaan forum apresiasi berupa festival bagi penutur muda bahasa daerah yakni FTBI.
Aspek-aspek pendekatan baru tersebutlah yang menurut Nadiem Makarim menyebabkan Kemdikbudristek mampu merevitalisasi 39 bahasa daerah dan 8 aksara daerah dari 13 provinsi tahun 2022. Selain itu, ia mengakui bahwa suksesnya Revitalisasi Bahasa Daerah karena seluruh pemangku kebijakan, guru, kepala sekolah, pengawas, pegiat-pegiat bahasa daerah dan masyarakat turut bergerak.
“Tidak ada kebijakan yang sukses tanpa ada gerakan,” tegas Mas Menteri
Nadiem Makarim pun menyampaikan bahwa program Revitalisasi Bahasa Daerah akan berlanjut tahun ini. Sebanyak 59 bahasa di 22 provinsi akan menjadi sasaran revitalisasi di tahun 2023. Sebanyak 9 provinsi adalah provinsi sasaran baru.
Oleh sebab itu, Nadiem mengajak seluruh pemangku kebijakan, seluruh komunitas, dan seluruh lapisan masyarakat untuk bersemangat menggelar berbagai acara bahasa daerah sehingga semangat kearifan lokal terbakar lagi pada jiwa-jiwa anak muda.
Pada akhir sambutannya Nadiem Makarim mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kepala daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota, kepala sekolah, guru, penggerak komunitas bahasa daerah, dan seluruh pihak yang terlibat mendukung Revitalisasi Bahasa Daerah. Mas Menteri pun tidak lupa mengajak seluruh peserta FTBI yakni 215 pelajar SD dan SMP para pemenang FTBI tingkat provinsi untuk terus semangat menggunakan bahasa dan aksara daerah setelah mengikuti FTBI.
Setelah selesai memberikan sambutan Nadiem Makarim kemudian meluncurkan antologi 80 cerpen anak berbahasa daerah dan film animasi. Tidak hanya itu, Mas Menteri juga menerima plakat aksara daerah, yang terdiri dari 8 aksara daerah, yaitu Bugis, Samawa, Bali, Sasak, Sunda, Jawa, Bojo, dan Dayak. Plakat ini diserahkan oleh panitia bersama anak-anak perwakilan peserta FTBI. Mereka pun sangat senang karena diajak berswafoto oleh Mas Menteri.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., dalam laporannya menyampaikan bahwa bahasa daerah adalah aset yang sangat berharga. Di dalamnya terkandung nilai, pemikiran, dan pengetahuan yang adi luhung.
Namun, disampaikannya Indonesia dengan 718 bahasa daerahnya menunjukkan daya hidup dan vitalitas yang menurun baik dengan penutur bahasa yang besar dan kecil. Model dan praktik pelestarian bahasa daerah di masa lalu menurutnya lebih menekankan pada aspek pagelaran sastra daerah, bersifat sporadis dan tidak langgeng.
Maka agar tidak terjadi kehilangan kekayaan budaya, program revitalisasi bahasa daerah dengan pendekatan baru seperti yang dipaparkan oleh Mas Menteri perlu dilakukan.
Pada acara ini juga menobatkan Ibu Franka Makarim sebagai Bunda Bahasa Ibu. Apresiasi ini diberikan atas inisiatif dari komunitas pelestari bahasa daerah di seluruh Indonesia karena melihat kepedulian dari Ibu Franka Makarim ikut mensukseskan program pelestarian bahasa daerah.
Dalam tayangan video singkat, Ibu Franka Makarim berpesan bahwa untuk menjadi Pelajar Pancasila anak-anak Indonesia harus memiliki karakter berkebhinekaan global. Karakter ini dapat ditumbuhkan mulai dari lingkungan rumah yakni dengan membiasakan anak-anak kita berbahasa daerah dan mengajarkan keragaman bahasa dan budaya. Dengan ini anak-anak akan memiliki karakter toleransi dan cinta akan perbedaan.
Selain karena dibuka langsung oleh Mendikbudristek, acara ini semakin meriah karena penampilan memukau para perwakilan peserta FTBI. Tiga pelajar hebat, yaitu Diska Khairani Hasibuan dari Sumatera Utara, Nursavitri Upara dari Maluku Utara, dan Nyoman Salwa Dhayanagangga dari Bali menunjukkan keterampilannya dalam mendongeng bahasa daerah.
Nyoman Salwa sendiri tampil luar biasa membawakan dongeng yang berjudul Gajah Nyapa Kadi Aku (Gajah yang Sombong). Ia tampil dengan media wayang berkarakter gajah. Suaranya menggelegar, bercerita penuh penghayatan, ditambah pakaian adat Bali kombinasi warna merah dan hitam yang membuat dirinya terlihat semakin eksotis, sehingga mampu membuat Nadiem Makarim dan seisi undangan di ballroom Hotel Sultan terkagum-kagum dan memberikannya tepuk tangan yang meriah.
Selain mendongeng, dua belas perwakilan peserta FTBI juga menghibur seluruh undangan dengan menyanyikan lagu-lagu daerahnya masing-masing. Bali diwakili oleh Komang Yenita Wulandari. Siswi kelas VI SDN 1 Banjar Jawa ini membawakan lagu Putri Cening Ayu.
Acara FTBI kali ini turut dihadiri oleh Ketua Komisi X DPR RI, Ketua Bidang III DPD RI, National Officer for Education Unit UNESCO Jakarta Office, para gubernur dan bupati peraih penghargaan Revitalisasi Bahasa Daerah, Pejabat Eselon I dan II di lingkungan Kemdikbudristek, Para pendamping, guru, dan orang tua peserta.
FTBI Nasional berlangsung sampai dengan tanggal 16 Februari 2023. Acara, Selasa, 14 Februari 2023, yaitu penampilan peserta FTBI.
Masing-masing peserta FTBI dari 12 provinsi diberikan kesempatan untuk menampilkan kreativitasnya menggunakan bahasa dan aksara daerah, seperti membaca puisi, mendongeng, menulis aksara, berpidato, dan lain sebagainya selama 30 menit. [T]