30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Narasi Dramatari Penyalonarangan “Kala Ludra” di Pura Dalem Desa Adat Ubud

Agus Eka CahyadibyAgus Eka Cahyadi
January 31, 2023
inPanggung
Narasi Dramatari Penyalonarangan “Kala Ludra” di Pura Dalem Desa Adat Ubud

Penari Onying dalam Dramatari Penyalonarangan “Kala Ludra” di Pura Dalem Desa Adat Ubud

Rabu 25 Januari 2023, dalam rangkaian upacara Piodalan Pedudusan Alit di Pura Dalem Desa Adat Ubud, digelar pementasan dramatari penyalonarangan. Pementasan dilakukan di jaba Pura Dalem Ubud dengan mengambil lakon Kala Ludra. Lakon ini bersumber dari lontar Kala Tattwa, yang mengisahkan pertemuan Bhatari Durga dalam wujud Durga Mahabhairawi dengan Bhatara Siwa dalam wujud Kala Ludra.

Dramatari penyalonarangan Kala Ludra diawali dengan prosesi napak kalangan yang menghadirkan seluruh tapakan atau sesuhunan se-Desa Adat Ubud: Ida Sesuhunan Ratu Lingsir, Ratu Ayu dan Ratu Sakti yang malinggih di Pura Batur Sari, Ida Ratu Gede Manik yang melinggih di Puri Agung Ubud Pesaren Kauh, Ida Sesuhunan Ratu Ayu Pura Desa Adat Ubud, Ida Ratu Sapuh jagat, Ida Ratu Niang Sakti dan Ida Ratu Sida Karya yang melinggih di Pura Dalem Desa Adat Ubud.

Ida sesuhunan diiring mengelilingi tempat pementasan dengan arah pradaksina (berkeliling ke arah kanan) sebagai simbol penyucian. Di tengah-tengah ritual ini, Ida Sesuhunan dihaturkan tarian sakral Rejang Dewa yang ditarikan oleh Sembilan remaja putri.

Pada kesempatan ini, Ida Ratu Lingsir katurang mesolah, napak pertiwi, menari di tengah kalangan pementasan. Ida Ratu Lingsir atau yang juga disebut Anusapati merupakan sesuhunan Barong Ket yang disungsung oleh seluruh Krama Desa Adat Ubud. Ida sesuhunan melinggih atau beryoga di Pura Batur Sari.

Gambar: Ida Ratu Lingsir Pura Batur Sari Ubud berperan sebagai Kala Ludra

Cerita dimulai ketika Bhatari Uma menjalani kutukan turun ke dunia. Dikisahkan, karena suatu kekeliruan Bhatari Uma, sakti Bethara Siwa, dihukum turun ke dunia menjadi Durga Mahabhairawi. Kutukan dijalani Bhatari Durga dengan melakukan yoga di tengah Setra atau kuburan Gandamayu yang terkenal angker.

Kekuatan yoga yang mahadasyat dari Bhatari Durga, mengakibatkan getaran dan goncangan yang sangat kuat terhadap alam semesta. Mengetahui ancaman bahaya terhadap kehidupan di dunia, membuat Sang Hyang Tri Murti turun ke dunia menghadapi Bhatari Durga. Saat turun ke dunia Sang Hyang Tri Murti merubah wujud. Bhatara Wisnu mengambil wujud Telek yaitu topeng petak atau topeng putih yang ditarikan oleh delapan orang putri. Bhatara Brahma mengambil wujud topeng Bang atau topeng merah yang ditarikan oleh dua orang putra. Sedangkan Bhatara Siwa menjelma menjadi Banaspati Raja atau Barong.

Bhatari Durga yang diganggu yoganya menjadi marah dan menjelma menjadi Durga mahabhairawi dengan wujud yang sangat menyeramkan. Matanya melotot bercahaya bagaikan matahari, lidahnya menjulur mengelurakan api yang mampu membinasakan segala yang ada di dekatnya. Suaranya lantang keras mengaum memekikkan telinga. Sosok Bhatari Durga ini diperankan Ida Sesuhunan Ratu Niang Sakti yang melinggih di Pura Dalem Desa Adat Ubud.

Ketika Bhatara Siwa menjumpai istrinya, terjadi pertempuran yang sangat hebat. Siwa dalam wujud Pandung berulang kali menusukkan keris ke tubuh Durga, namun tidak mempan sama sekali. Kemudian Pandung memurti rupa menjadi Banaspati Raja yang sangat mengerikan. Berupa binatang gaib berbulu yang dilingkupi dengan cahaya terang.

Banaspati Raja diperankan Ida Sesuhunan Ratu Lingsir Batur Sari. Bergerak dengan lincah sambil menghentak-hentakkan kaki mengeluarkan suara gemerincing. Pertemuan ini kembali menggetarkan semesta. Kemudian Banaspati menghilang secara gaib menjelma menjadi penari onying yang menghunus keris.

Para onying sigap berani tidak gentar menghadapi kemarahan Bhatari Durga. Meskipun sesekali harus terjengkang terkena libasan kereb atau kain putih yang dikibas-kibaskan Durga. Hingga kemudian kemarahan dan kebencian Durga mulai pudar dan bersamaan dengan itu Durga lenyap secara gaib.

Sedangkan Para onying yang tengah dilingkupi energi besar Banaspati dan dirasuki kemarahan Durga, kemudian mulai menusukan keris yang digenggam ke tubuh mereka masing-masing sebagai bentuk perlawanan terhadap nafsu (sad ripu) yang ada dalam diri hingga ditentramkan kembali dengan percikan tirtha pekuluh Ida Sesuhunan Ratu Lingsir.

Gambar: Penari Onying.

Dalam episode selanjutnya, diceritakan kembali mengenai Bhatari Uma yang tengah menjalani hukuman di dunia. Setelah sekian lama Bhatari Uma melinggih di Kahyangan Dalem, beliau dikenal sebagai Bhatari Durga, dan para pengikut dan sisya beliau semakin banyak. Ritus-ritus dan persembahan kehadapan Ida Bhatari Durga semakin sering dilakukan. Para sisya mengabdi dengan rasa tulus dan gembira. Tarian sisya ngelembar, menampilkan delapan penari putri menggambarkan kesetiaan para sisya atau pengikut Bhatari Durga.

Bhatari Durga dikelilingi oleh para abdi yang sangat setia. Salah satu diantaranya bernama Kalikamaya. Kalikamaya pada mulanya adalah seorang bidadari cantik dari swargaloka. Namun karena suatu kesalahan, bidadari ini dikutuk turun ke dunia dengan wujud yang sangat menyeramkan. Dia dianugrahi pengikut para butha kala dan ditugaskan menjadi penjaga setra atau kuburan.

Dalam pertunjukan ini, Kalikamaya ditampilkan sebagai sosok galuh liku yang berparas cantik, dan ditemani bibi Sahpati yang ditampilkan sebagai condong. Mereka sangat setia menjadi abdi dan pengikut Ida Bhatari Durga.

Sosok Bhatari Durga ditampilkan dalam wujud sosok Matah Gede, seorang wanita tua berparas angker. Ketika memasuki sasih Kalima hingga Jyesta, Ida Bhatari Durga melakukan perjalanan, berkeliling macecingak mengawasi seantero Desa. Sebelum itu, Ida Bhatari diiringi Kalikamaya dan Sahpati pergi menuju setra atau kuburan untuk melakukan pemujaan dan pembersihan diri melalui ritus gerak-gerak tarian yoga.

Di Siwaloka, tempat beryoganya Bhatara Siwa, para pengikut Siwa (penasar dan wijil) mendapat titah dari Siwa untuk turun ke dunia mencari keberadaan Bhatari Uma. Bhatara Siwa merasakan rindu yang sangat mendalam dengan istrinya yang sudah lama menjalani kutukan turun ke dunia menjadi Durga Mahabhairawi. Setelah menerima laporan tentang keberadaan istrinya, Siwa disertai para pengikut turun ke bumi menuju setra Gandamayu.

Di setra Gandamayu yang angker, Bhatara Siwa berjumpa dengan Kalikamaya dan Sahpati, yang ditugaskan menjadi tempat itu. Diselimuti perasaan rindu yang menggebu, Siwa mengira Kalikamaya yang berparas cantik itu adalah istrinya. Hampir saja Siwa menumpahkan rindunya yang bergejolak kepada Kalikamaya. Namun ketika Kalikamaya ingin didekap oleh Siwa, seketika Kalikamaya menampakkan wujud aslinya sebagai celuluk, sosok raksasa botak yang mengerikan.

Kehadiran Siwa di bumi kemudian disampaikan kehadapan Bhatari Durga. Siwa menyadari, tidak bisa bertemu dan menumpahkan rindu kepada istrinya yang tengah dikutuk sebagai Mahabhairawi. Maka untuk mengimbangi kutukan itu, Bhatara Siwa memurti rupa, berubah wujud menjadi Kala Ludra. Kala Ludra merupakan pemurtian Siwa dengan wujud yang paling mengerikan. Kala Ludra diperankan melalui Ida Ratu Lingsir Batur Sari. Sedangkan Durga Mahabhairawi diperankan Ida Ratu Sakti Batur Sari.

Kala Ludra dan Durga Mahabhairawi bertemu di pemuunan setra Gandamayu. Mereka berdua melakukan pertemuan sakral, yang dilingkupi suasana magis yang menggetarkan seisi semesta. Dari pertemuan ini, kemudian melahirkan berbagai unsur-unsur ganjil, aneh dan menyeramkan, seperti roh-roh, Butha Kala dan mahluk-mahkluk yang mengerikan, termasuk penyakit, bakteri, virus Covid dan sebagainya.

Kelahiran berbagai unsur-unsur negatif ini menyebabkan terjadinya guncangan dan ketidakstabilan di bumi. Para pengikut Durga dengan masif menebarkan wabah penyakit yang meneror kehidupan manusia. Sakit demam panas sehari atau dua hari, lalu mati. Mayat bertumpuk-tumpuk di makam, di ladang-ladang dan di jalan-jalan. Jalanan sepi sunyi, tidak ada yang berani melintas.

Di negeri Galuh, berbagai upaya sudah dilakukan untuk lepas dari segala musibah dan teror wabah yang diakibatkan oleh kehadiran unsur negatif ini. Di tengah penderitaan dan keputus asaan, diutuslah seorang patih andal Janapati untuk menghadap Bhatari Durga. Patih ditugaskan untuk memohon kehadiran Bhatari Durga yang akan dipersembahkan Yadnya Peneduh Jagat yang dilaksanakan di Setra. Dengan segala keberanian, Sang patih menghunuskan dan menusukkan ujung keris ke tubuh Hyang Durga, sambil memohon supaya segala unsur negatif yang merusak ketentraman dunia menjadi somya atau kembali ke asalnya. 

Tindakan sang patih Janapati menyebabkan kemarahan Durga. Teriakan Durga telah mengundang kehadiran empat saudaranya yang lain yang sedang beryoga di empat penjuru mata angin. Sekejap saja mereka berubah wujud menjadi lima raksasa yang sangat menakutkan dan menempati lima arah penjuru mata angin.

Mereka dikenal sebagai Panca Durga, yaitu Sri Durga di timur, diperankan oleh Ida Ratu Ayu Pura Desa, Dari Durga di Selatan diperankan oleh Ida Ratu Sakti Pura Batur Sari, Suksmi Durga di Barat, diperankan oleh Ida Ratu Ayu Pura Batur Sari, Raji Durga di Utara, diperankan oleh Ida Ratu Niang Sakti, serta Dewi Durga di tengah diperankan oleh Ida Ratu Sapuh Jagat.

Kelima Durga inilah yang beryoga menciptakan berbagai mahkluk jahat untuk menjalankan tugasnya menyebarkan berbagai penyakit. Kehadiran panca durga napak pertiwi menjadi bagian akhir dari kisah dramatari penyalonarangan ini.

Panca Durga diiringi menuju pura Prajapati Desa Adat Ubud. Di tengah setra desa adat ubud Ida Sesuhunan dihaturkan upacara caru, segehan agung yang disertai sambleh kucit butuan sebagai wujud doa permohonan masyarakat Ubud agar Ida Sesuhungan Panca Durga sedia menyerap dan memusnahkan segala unsur negatif dan menghadirkan ketentraman serta kesejahteraan jagat Ubud.

Gambar: Ida Ratu Sapuh Jagat berperan sebagai Bhatari Durga

Dramatari Penyalonarangan berlakon Kala Ludra merupakan pertunjukan seni yang berpangkal dari sastra agama, terangkai dengan ritus yadnya khususnya Bhuta Yadnya yang sarat dengan nilai-nilai filosofis, magis dan keindahan. Pementasan kolosal ini melibatkan seniman tari seperti Celekontong Mas, Jero Mangku Kadek Serongga, Maskar, Made Astari, Kadek Capung, Bawa, Mang Tawa, Niktung, Cikho Cis, Gus Epik, Wayan Sukra, Ngurah Janur, dan didukung oleh para Yowana se-Bale Agung Ubud, STT Santhi Graha Ubud Kaja (SGUK), Krama Desa Adat Ubud Kaja, serta diiringi alunan gamelan sekaa Gong Bina Yowana Canthi Puri Menara Ubud.

Ide Cerita dari Jero Mangku Kadek Serongga, Pembina Tabuh adalah Dewa Putu Rai, I Wayan Sudirana, dan Koordinator Nyoman Aryawan. Sebagai pelindung adalah Bendesa Adat Ubud Cokorda Raka Kertyasa (Cok Ibah) dan Kelian Desa Adat Ubud Kaja Nyoman Ada. [T]

Tags: Calonarangkesenian baliUbud
Previous Post

Satu Abad NU: Kurangi Seremoni, Perbanyak Aksi

Next Post

Tinggi Kasus Rabies di Buleleng, Desa Adat Atur Tata Cara Pelihara Anjing Lewat Pararem

Agus Eka Cahyadi

Agus Eka Cahyadi

I Wayan Agus Eka Cahyadi. Lahir di Ubud, 12 Agustus 1984. Dosen FSRD ISI Denpasar

Next Post
Tinggi Kasus Rabies di Buleleng, Desa Adat Atur Tata Cara Pelihara Anjing Lewat Pararem

Tinggi Kasus Rabies di Buleleng, Desa Adat Atur Tata Cara Pelihara Anjing Lewat Pararem

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co