SEBUAH FOTO. Seorang perempuan, tubuhnya pendek, duduk di atas sepeda motor warna biru. Pada latar ada terpal warna biru, sementara perempuan itu menggunakan baju putih, celana merah dan sandal jepit warna hitam.
Pada foto yang lain. Seorang perempaun, tubuhnya juga pendek, duduk di kursi. Perempuan itu memeluk kepala seorang lelaki yang terbaring di sebuah sofa. Wajah perempuan menghadap ke depan, sedangkan wajah yang laki-laki tak tampak, dan hanya punggung si lelaki yang tampak lebar.
Foto lain lagi. Lelaki dan perempaun, sama-sama bertubuh pendek menggunakan jas hujan. Foto lain lagi. Laki-laki dan laki-laki, tubuhnya juga pendek, sama-sama telanjang dada, sama menggunakan topeng. Ada foto lain lagi. Manusia-manusia dengan tubuh yang pendek, dengan gaya yang pose yang unik.
Itu adalah deretan foto hasil karya fotografer asal Belanda, Ted van der Hulst, yang dipamerkan di Museum ARMA, Ubud, Bali, 28 Desember 2022 hingga 18 Januari 2023. Pameran fotografi itu bertajuk ‘Aristocrats’
Foto karya Ted Van der Hulst
Dalam pameran itu, Ted Van der Hulst menyajikan puluhan karya fotografi human interest yang digali dari kehidupan komunitas orang-orang bertubuh pendek (cebol) yang bertahan hidup di tengah gemuruh aktivitas pariwisata di Bali.
Ted van der Hulst lahir di Utrecht, Belanda, 1982. Ia mengeluti fotografi sejak kecil.
Seusai kuliah di Fotovakschool Amsterdam (2012) ia bekerja di MRA untuk menggarap foto-foto majalah Harper’s Bazaar, Cosmopolitan, dan Esquire sambil mengajar fotografi di Lasalle College di Jakarta.
Proyek pribadinya yang menampilkan karya fotografi yang sangat menyentuh pernah dipamerkan dan diterbitkan dalam sebuah buku bertajuk Dennis (2017). Pameran lima tahun silam itu menyajikan kehidupan orangutan muda yang diselamatkan kemudian belajar bagaimana hidup kembali di hutan.
Kemudian berturut-turut ia menggelar pameran foto dengan tajuk High Dogciety di Edwin Gallery (2019), dan JakCats di Kunstkring (2019).
Kini Ted van der Hulst tinggal di Bali bersama anak istrinya menjalani profesi sebagai seorang seniman potret seperti halnya seorang pelukis.
Ted van der Hulst kebanyakan memotret dengan menggunakan lampu studio dan tripod. Ia menghindari efek khusus dan citra digital serta memilih membiarkan lensa dan kamera bekerja untuk menjaga foto tetap jujur dan otentik.
Foto karya Ted Van der Hulst
Seperti karya dalam pameran Aristocrat ini, ia terpikat berkarya di luar apa yang dianggap sebagai kecantikan. Ia lebih mengedepankan ‘apa adanya’ dari tangkapan lensa kameranya.
Inspirasi dari komunitas orang-orang pendek di Bali ini rupanya menjadi bagian dari upayanya menampilkan orang-orang yang tepinggirkan dan yang nyaris tak dibicarakan dalam percaturan sosial.
Sebagian karya mengambarkan aktivitas komunitas yang berjumlah sekitar 25 orang yang bekerja melalui pertunjukan tinju komunitas Midget Fun Boxing ini bagi turis di Bali.
Ted van der Hulst ingin menyodorkan betapa kegigihan komunitas ini memperjuangkan kehidupan, sebagai hak sebagaimana warga yang lain.
Barangkali, pameran ini merupakan cara Ted van der Hulst memberikan penghormatan kepada para anggota komunitas cebol ini seraya berbagi pengalaman perihal humanisme kepada publik.
Karya Ted Van der Hulst menuntun kita kepada kondisi sulit yang tak terduga dari komunitas ini. Kita menangkap kebahagiaan mereka menjalani aktivitas dan perjuangan yang sangat keras, tetapi di sisi lain menyodorkan paradoksal, misalnya, melalui pose-pose jenaka dengan wajah muram yang seolah menyimpan kesedihan.
Akhirnya, keseluruhan karya dalam pameran ini memberikan suatu pelajaran bagaimana manusia menyikapi hidup. Tak selamanya kemewahan memberikan kebahagiaan dan, mungkin pula, dalam kondisi kekurangan sisi hidup manusia tetap memancarkan karunia Illahi yang patut disyukuri.
Ahli hukum dan pelestari budaya, Tamalia Alisjahbana, dalam pengantar pameran menyebut sang fotografer berhasil menggambarkan aktivitas kebertahanan komunitas orang bertubuh pendek yang survive melalui tontonan tinju.
“Di sini mereka saling menjaga dan memiliki menciptakan perlindungan dari penghinaan dan luka dari apa yang disebut dunia normal,” tulis Tamalia.
Tamalia melihat dari karya fotografi ini dapat langsung dirasakan pahit-manis dunia komunitas kurcaci itu. Kepekaan Ted Van der Hulst berhasil menangkap sisi humanisme mereka melalui media fotografi.
“Ted Van der Hulst dengan lembut menuntun kita dengan kameranya untuk memahami kebenaran ini,” ujarnya.
Kurator Bruce Carpenter menyebut orang cebol Indonesia sering mencari perlindungan dengan sesama mereka hingga menjadi komunitas yang berfungsi sebagai keluarga yang menawarkan perlindungan, persahabatan, dan penghasilan sambil dengan tekun menjaga kehidupan pribadi para anggotanya. Midget Fun Boxers yang didirikan Boncel pada 1010 adalah contoh utama dari fenomena ini.
Foto karya Ted Van der Hulst
Boncel adalah seorang visioner, yang berharap untuk mewujudkan sebuah komunitas permanen yang lebih besar yang akan berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi orang cebol Indonesia dan tujuan wisata yang menawarkan program pertunjukan dan kegiatan reguler.
Bangga namun realistis, ia melihat ini sebagai awal dari sebuah jaringan yang akan merambah negeri. Bagi Ted van der Hulst rangkaian foto-foto ini adalah hasil kerja sama Boncel dan kawan-kawan yang mengizinkannya mengabadikan tidak hanya persona panggung mereka, tetapi juga memberikan pandangan sekilas yang intim tentang aktivitas sehari-hari sebagai bukti bahwa mereka adalah anggota terhormat dari keluarga manusia. [T][Ole/*]