1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

‘Khotbah di Bukit’, Sebuah Kenangan Iman

Angga WijayabyAngga Wijaya
December 25, 2022
inEsai
‘Khotbah di Bukit’, Sebuah Kenangan Iman

Foto ilustrasi: Puncak Gereja Katedral Denpasar | Sumber foto; https://katedraldenpasar.com/

AYAH ANGKAT saya punya teman pendeta Kristen, namanya Om Runkaat. Beliau bertugas di Gereja Pantekosta di Negara, Jembrana, Bali. Setiap Natal tiba, ayah saya diundang menghadiri perayaan di gereja tersebut. Meski terlahir sebagai pemeluk Hindu, ayah tidak merasa keberatan datang ke gereja, ikut merasakan damai-sukacita atas kelahiran Sang Juru Selamat.

Saya menemani ayah ke gereja. Waktu itu saya duduk di sekolah menengah pertama. Masa itu, keberagaman tidak sekadar teori dan wacana tetapi dipraktikkan dalam keseharian. Dialog antar-iman yang ramai dibicarakan sekarang sudah dilakukan sejak dulu. Dibandingkan wilayah lain di Bali, Jembrana memang lebih heterogen.

Sejak ratusan lalu, warga lokal hidup berdampingan dengan suku lain: Melayu, Bugis, Arab, Cina, Jawa, dan Madura. Hidup damai dan toleran. Perbedaan tidak menjadi hal tabu. Bahkan, akulturasi agamadan budaya terjadi secara alami, tidak menjadi persoalan yang berarti.

Ikut dalam kebaktian di gereja, menjadi sebuah pengalaman yang lekat di ingatan bahkan setelah puluhan tahun berlalu.

Sekitar usia 6 tahun, saya pertama kali ‘mengenal’ sosok Yesus. Potretnya tergantung di dinding rumah sekaligus warung milik Ibu Lidya, tetangga kerabat saya. Tidak ada pertanyaan tentang siapa Yesus. Saya seakan paham, wajahnya yang teduh begitu meneduhkan. Dalam pemahaman anak kecil, hanya ada satu kata; beliau orang suci. Kesuciannya tergambar dalam potret.

Ashram Gandhi

Saat lulus SMA, saya melanjutkan studi ke Denpasar. Suatu hari saya menghadiri diskusi sastra di Ashram Gandhi Vidyapith, Jalan Sudirman, Denpasar. Rumah tua dengan arsitektur Belanda. Ashram, padepokan spiritual dalam terminologi Hindu. Ada nama Gandhi karena ashram tersebut mengajarkan nilai-nilai dan kebajikan Mahatma Gandhi, tokoh emoh kekerasan dan Bapak Bangsa India. Ashram Gandhi Vidyapith didirikan oleh Ibu Gedong Bagoes Oka yang pada waktu itu dosen Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Saya mengajukan diri untuk menjadi warga ashram. Saat itu Ibu Gedong sudah berpulang. Saya hanya mendengar tentang beliau dari para murid-muridnya. Selain di Denpasar, ashram Gandhi juga ada di Yogyakarta, diperuntukkan bagi para mahasiswa sama seperti ashram di Denpasar. Pusat ashram ada di Candidasa, Karangasem, kabupaten di ujung timur Bali. Ketika libur semester, saya dan warga ashram Denpasar menghabiskan waktu di sana.

Berlokasi di pinggir pantai, ashram itu dihuni para siswa sekolah selain tamu ashram, biasanya wisatawan asing yang berlibur ke Candidasa dan ingin merasakan suasana berbeda; spiritualitas. Ada kegiatan rutin seperti puja (sembahyang), yoga, meditasi, memasak, belajar bahasa Inggris yang semuanya dilakukan secara kolektif. Kebersamaan amat terasa. Meskipun kami berasal dari wilayah berbeda, semua seperti saudara dan keluarga sendiri.

Ashram Gandhi menjadi eksperimen bagaimana orang-orang yang berbeda keyakinan dapat hidup dan tinggal bersama tanpa rasa curiga, saling menghormati bahkan mengapresiasi ajaran agama di luar keyakinannya. Sesuatu yang kini dibutuhkan di masa fanatisme, fundamentalisme bahkan radikalisme agama menjadi sesuatu yang menakutkan dan membahayakan persatuan.

Pluralisme

Doa-doa yang dipanjatkan dan dikidungkan di Ashram Gandhi berasal dari berbagai agama. Hati saya tersentuh saat ‘Khotbah di Atas Bukit’ atau Sermon on the Mount dilantunkan oleh anak-anak ashram secara bergantian, dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Semilir angin pantai di  tempat kami duduk bersila membuat suasana semakin hening dan syahdu. Suasana meditatif itu membawa saya pada kisah Yesus saat duduk bersama para murid-Nya berbagi pencerahan.  

Setelah tidak lagi tinggal di ashram,bekerja dan tenggelam dalam rutinitas keseharian, saya merindukan kehidupan ashram. Pemahaman lintas-agama, pengalaman iman yang saya dapatkan dulu di ashram menjadi tidak sekadar kenangan, tetapi juga bekal kehidupan ketika berada di tengah masyarakat kota yang makin plural. Menerima dan menghargai perbedaan.

Di tengah pencarian identitas yang juga membuat politik identitas menguat beberapa tahun terakhir di Bali, keberadaan ashram dianggap sesuatu yang ‘mengancam’ eksistensi budaya Bali dan agama Hindu di Bali. Dalam amatan saya, dialektika yang terjadi tidak dilakukan melalui dialog terbuka sehingga menjadi sebuah pemaksaan kehendak. Sayang sekali hal ini terkesan dibiarkan, menjadi api dalam sekam yang bisa menciptakan konflik horizontal di masyarakat.

Bali mengajarkan sejak zaman dahulu bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang untuk kita bisa hidup damai. Iman kita tidak akan ternoda jika mengapresiasi keyakinan lain. Kita akan merindukan sosok seperti Ibu Gedong Bagoes Oka yang terbuka untuk bersahabat dengan Gus Dur atau T.H. Sumartana dan para pendeta juga ulama. Bergandengan tangan mencari jalan keluar masalah-masalah riil yang dihadapi masyarakat. Agama tidak menjadi sekadar teks, tetapi juga tindakan  nyata dalam keseharian. Agama benar-benar hidup dan menghidupi manusia.

Selamat Natal untuk kita bersama. Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru.[T]

Malam Natal di Singaraja, Santa Claus di Antara Pakaian Adat Bali
Natal, Imaji Tentang Awatara dan Evolusi
Jong Santiasa Putra || Empat Sajak di Hari Natal
Tags: baliHari NatalKristianiNataltoleransi
Previous Post

Pameran Flowers On Paper: Penyatuan Kertas Daur Ulang dan Bunga-Bunga Kecintaan

Next Post

Dunia Penuh Luka Dalam Kumpulan Cerpen “Luka Batu” Karya Komang Adnyana

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Dunia Penuh Luka Dalam Kumpulan Cerpen “Luka Batu” Karya Komang Adnyana

Dunia Penuh Luka Dalam Kumpulan Cerpen “Luka Batu” Karya Komang Adnyana

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co