29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dilema Masa Lalu dan Masa Depan Dalam “Langit Dibelah Dua” Karya Gde Aryantha Soethama

Dede Putra WigunabyDede Putra Wiguna
December 21, 2022
inUlas Buku
Dilema Masa Lalu dan Masa Depan Dalam “Langit Dibelah Dua” Karya Gde Aryantha Soethama

Buku naskah lakon Langit Dibelah Dua karya Gde Aryantha Soethama

WAKTU ADALAH suatu hal yang tidak dapat ditentukan oleh manusia, waktu bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan bisa juga menjadi sesuatu yang menakutkan bagi setiap orang.

Setiap orang akan selalu berhadapan dengan berbagai rintangan dan juga hambatan dalam setiap perjalanan, namun semua itu akan dapat dilalui jika orang itu berani untuk melangkah. Jika memulai untuk melangkah saja amatlah susah, maka perjalanan kita akan tersendat dan tidak akan ke mana-mana.

“Tidurlah untuk bermimpi yang indah, kemudian bangunlah untuk mewujudkannya”.

“Langit Dibelah Dua”. Buku dua lakon sebabak karya Gde Aryantha Soethama ini merupakan salah satu buku yang bagus, karena isinya yang ringkas dan alurnya yang menarik. Dalam buku ini terdapat dua lakon, yang pertama yakni berjudul “Langit Dibelah Dua” dan yang kedua berjudul “Pulau Penyu”.

Judul “Langit Dibelah Dua” mewakili dua lakon dalam buku ini. Dua lakon di dalamnya mengangkat dua hal yang berlawanan. Dalam lakon pertama menceritakan tentang kebencian menghadapi masa depan dan terlalu terbuai dengan masa lalu, sedangkan lakon kedua menceritakan tentang mimpi masa depan yang amat terlalu besar, dengan mudahnya terbuai dengan berbagai iming-iming, sampai-sampai kehilangan segala hal termasuk orang-orang terkasihnya.

Dua lakon di dalam buku ini mengangkat tema yang berbeda, lakon pertama “Langit Dibelah Dua” mengangkat tentang kebencian menghadapi masa depan dan kerinduan yang menggebu-gebu selalu pada masa silam. Sedangkan lakon yang kedua “Pulau Penyu” mengangkat tentang dampak pariwisata terhadap lingkungan dan juga kehidupan sosial masyarakat setempat.

Pada lakon yang pertama diceritakan tokoh Ikun (wanita 35 tahun) ini memandang masa lalu sebagai sesuatu yang sudah pasti, banyak kenangan manis. Sedangkan masa depan itu ruwet, membuat panik, penuh tanda tanya dan ketidakmengertian. Kendati masa depan itu menjanjikan kebahagiaan, kenikmatan, kekayaan, Ikun tidak peduli. Baginya itu tetap ruwet.

Ikun selalu mengusik ibunya untuk menceritakan berbagai masa lalunya dan sangat tidak senang apabila ada yang membicarakan atau membahas masa depan terlebih lagi membahas usia. Ia sangat tidak senang saat ulang tahunnya dirayakan, karena Ikun menganggap itu merupakan suatu hal untuk menyambut masa depan yang selama ini ia anggap ruwet, bahkan ia tidak mau menikah karena beranggapan menikah hanya akan menambah beban saja dan membuat hidupnya semakin ruwet.

Melalui problematika tersebut dapat diartikan bahwa lakon yang pertama menceritakan tentang orang yang mengalami gangguan kejiwaan yang sering disebut dengan anti sosial atau Social anxiety yaitu ketakutan atau kecemasan ketika berada dalam lingkungan sosial dan ketakutan menghadapi masa depan. Dapat diartikan juga dengan gangguan kepribadian, yang dimana terjadi penyimpangan perilaku dari norma-norma, yang terus dilakukan dari waktu ke waktu, dan mengarah pada perbuatan yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Dalam lakon “Langit Dibelah Dua” Ikun diceritakan selalu bersikap layaknya seperti anak kecil, padahal usianya sudah menyentuh kepala tiga yakni 35 tahun. Ikun merupakan seorang yang digambarkan cantik dan pintar. Ia kerap kali didatangi oleh Tuan Samudra (teman ayah Ikun) sampai empat kali hanya untuk menawarkan pekerjaan sebagai sekretaris bahkan menjadi direktur di perusahaannya.

Namun Ikun selalu menolak kesempatan tersebut bahkan menganggap Tuan Samudra sebagai orang yang cerewet dan memaksakan, padahal Tuan Samudra hanya ingin membalas budi Ayahnya karena banyak membantu Tuan Samudra mengembangkan usahanya.

Pada titik ini mungkin sebagian pembaca akan geram dengan tingkah laku Ikun yang selalu menolak kesempatan emas yang bisa saja membuat masa depannya cerah, namun prinsip Ikun tidak dapat digoyahkan, ia tetap konsisten dengan kebenciannya terhadap masa depan yang menurutnya ruwet itu, dan ia selalu terbelenggu oleh buaian masa lalunya. Padahal tanpa adanya masa depan maka tidak akan ada masa lalu yang tercipta.

Mungkin saja tokoh Ikun mengalami trauma yang mendalam sehingga membuatnya benci dengan masa depan dan mempengaruhi kejiwaannya, yaitu mengalami kecemasan sosial yang berlebihan.

Tokoh Suhadak (teman masa kecil Ikun) dalam lakon ini datang saat ulang tahun Ikun dengan memberikan hadiah boneka yang dulu pernah diberikan Ikun 10 tahun yang lalu. Suhadak justru membuat Ikun semakin terbuai dengan masa lalu dan semakin membenci masa depan, dengan diiming-imingi kisah yang seakan-akan menggambarkan betapa ruwetnya masa depan itu.

Suhadak bahkan menyarankan Ikun untuk menceritakan segala keluh kesahnya kepada boneka yang diberikannya. Jelas hal tersebut dianggap tidak wajar oleh Ibu dan Pelayan Ikun, karena dengan hal itu gangguan kejiwaan Ikun semakin menjadi-jadi.

Dari keseluruhan alur lakon “Langit Dibelah Dua”selain social anxiety dapat diartikan bahwa tokoh Ikun mengidap gangguan kejiwaan Syndrome Peter Pan, gangguan ini cenderung banyak diderita oleh kaum pria, namun pada cerita “Langit Dibelah Dua”yang menderita gangguan ini adalah wanita yaitu Ikun.

Umumnya pengidap Syndrome Peter Pan ini mereka akan takut dengan komitmen dan tanggung jawab besar yang harus dipikul, sehingga memilih bersikap kekanak-kanakan dan selalu bergantung pada orang lain, dan akan berdampak pada orang-orang disekitarnya.

Terbukti dari tokoh Ikun yang selalu bergantung pada ibunya dan selalu menolak tua, menghindari masa lalu, tidak mau menikah, selalu menganggap masa depan sebagai hal yang menakutkan dan lain sebagainya.

Kemudian pada lakon kedua “Pulau Penyu”bercerita tentang dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial masyarakat setempat. Pariwisata yang memberi iming-iming besar dan melambung tinggi, tanpa disadari bisa menjerumuskan orang-orang pada jurang bencana, cengkeram kejahatan dan perilaku buruk.

Diceritakan tokoh utama Gantus dan Kacong, dua anak muda yang bermimpi besar mengubah dan membangun Pulau Penyu. Gantus yang bekerja sebagai pedagang acung dan Kacong bekerja sebagai pemandu wisata (guide), Gantus bermimpi ingin memiliki artshop penyu dan Kacong bermimpi memiliki museum penyu.

Mereka diceritakan kerap kali mengalami kemalangan, mulai dari tanah pulau yang menyempit karena habis dijual, populasi penyu hampir habis karena selalu diburu untuk dijual dan lain sebagainya. Bahkan mereka saking ingin mewujudkan impian besarnya, mereka rela melepaskan segala hal yang mereka cintai termasuk kekasihnya, karena janji manis Tuan Bunciang (seorang germo) yang telah menipu mereka dengan tipu muslihatnya.

Mereka beranggapan Tuan Bunciang adalah orang yang baik sekaligus amat berjasa karena mengangkat derajat dan martabat pulau mereka, mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang ditipu dan berhadapan dengan seorang muncikari kelas kakap buronan polisi.

Gantus dan Kacong selalu berbicara tentang masa depan mereka yang cerah, gemilang, sukses, hingga terkenal ke seluruh jagat. Mereka bahkan menganggap bahwa mimpi mereka sudah menjadi kenyataan, seperti kata-kata Kacong ; “Aku sudah menjadi tuan besar di sebuah museum” dan Gantus ; “Aku sudah jadi eksportir kaya” (hal.61). Sampai-sampai membuat pedagang acung lainnya keheranan dengan tingkah laku mereka.

Kemudian datanglah polisi yang menanyakan keberadaan buronan yang ternyata itu adalah Tuan Bunciang, ia kerap kali menyamar dengan mengganti-ganti namanya. Ia memang seorang eksportir, namun eksportir perempuan atau seorang germo (muncikari). Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, mereka terlalu percaya bahwa Tuan Bunciang adalah orang yang bisa memperbaiki kehidupan mereka ternyata justru malah sebaliknya, mereka percaya dan rela untuk dibodoh-bodohi oleh Tuan Bunciang yang licik.

Mereka hanya bisa meratapi nasibnya yang malang dan berusaha mengejar Tuan Bunciang Bersama polisi untuk menyelamat sisa harapan mereka, yaitu kekasihnya. Mengutip kata-kata dari tokoh pedagang acung II ; “Kasihan Gantus dan Kacong, sudah kehilangan rezeki, kehilangan mimpi, kehilangan kekasih. Itulah nasib anak muda yang tak selalu gemilang” (hal.67).

Dari cerita lakon kedua “Pulau Penyu” ini, dapat diartikan bahwa Gantus dan Kacong mengalami Maladaptive Daydreaming atau ketika khayalan menjadi adiksi. Maladaptive daydreaming adalah ketika kondisi seseorang terjebak dalam khayalan mereka dalam waktu yang lama, sehingga mengabaikan hubungan dan kewajiban di dunia nyata. 

Penyebab maladaptive daydreaming terjadi ketika seseorang mengalami trauma, kekerasan, maupun kesepian. Mereka mencari cara untuk ‘kabur’ dari penderitaannya dengan cara berkhayal selama berjam-jam. Perbedaan berkhayal biasa dengan berkhayal maladaptive terletak dari bagaimana khayalan ini dapat membuat keterikatan emosional yang kuat dengan individu.

Keterikatan emosional biasanya dapat menggantikan perasaan sakit hati atau trauma di dunia nyata. Saking lelah dan bosan dengan kehidupan di dunia nyata, penderitanya bisa menghabiskan waktu untuk melamun dan memikirkan cerita menarik yang membuat dirinya merasa bahagia. 

Bahasa yang kerap diungkapkaan oleh anak muda masa kini yaitu “halu”. Halu atau melamun dalam batas wajar sah-sah aja, yang terpenting masih tetap bisa membedakan dunia khayalan dengan dunia nyata. Paling terpenting, tidak menarik diri dari dunia nyata. 

Tingkah laku tokoh Gantus dan Kacong ini bisa saja dikategorikan sebagai maladaptive daydreaming karena dari hakikat dan ciri-cirinya itu terdapat pada tokoh Gantus dan Kacong.

Mereka mengalami tekanan yang begitu banyak yang mungkin saja dapat menyebabkan depresi seperti tanah mereka yang mulai menyempit karena banyak dijual untuk dijadikan tambak, turis yang jarang berdatangan ke pulau mereka, tanah banyak dibeli orang luar sehingga mereka hanya akan menjadi kuli di tanah sendiri, kehilangan ratusan dolar karena turis tidak jadi ke pulau dan terhalang menikah karena biaya menikah yang begitu besar. Bisa saja dengan berbagai problematika tersebut membuat mereka agak sedikit kehilangan arah dan berkhayal berlebihan atau berimajinasi yang berlebihan. Dalam kenyataannya, banyak sekali orang-orang yang seperti itu, sama halnya dengan politisi yang gagal nyaleg.

Kedua lakon tersebut ceritanya sangat dekat sekali dengan kehidupan masyarakat, mulai dari takut dengan masa depan yang rumit dan menakutkan, serta kehidupan sosial sehari-hari masyarakat yang dapat mempengaruhi mental karena beratnya beban hidup dimasa kini terutama dalam ekonomi terlebih lagi karena pariwisata dan masyarakat bisa terjerumus ke dalam berbagai hal yang membahayakan seperti prostitusi atau perdagangan manusia (human trafficking).

Konflik yang dihadirkan pada kedua lakon ini juga sangat menarik emosional pembaca karena dekat dengan masyarakat dan lumayan susah ditebak akan berjalan dan berakhir seperti apa.

Kedua lakon itu sangat bagus jika digarap lebih dalam lagi pada sebuah pertunjukan teater ataupun drama terutama lakon “Pulau Penyu” dengan latar alam Bali selatan.

Akhir cerita dari kedua lakon tersebut kurang lebih hampir sama, yakni menggantung begitu saja tanpa akhiran yang jelas ataupun mendetail. Pada lakon pertama diakhiri dengan Ikun yang terus menerus berbicara dengan bonekanya, sedangkan pada lakon kedua diakhiri dengan pertikaian pedagang acung yang berbeda pendapat mengenai turis atau tibum yang mereka lihat dari kejauhan.

Mungkin akan lebih bagus jika ditutup dengan akhir dari perjalanan tokohnya, seperti lakon pertama, apakah tokoh Ikun akan selamanya kukuh dengan pendiriannya dan terganggu seperti itu? Dan pada lakon kedua apakah tokoh Gantus dan Kacong berhasil dalam pengejarannya ataukah mereka gagal dan meratapi nasib sialnya selamanya atau mungkin kembali ke pulau dan merintis usaha bersama, dan lain sebagainya?

Secara keseluruhan buku dua lakon sebabak “Langit Dibelah Dua” ini merupakan salah satu dari sekian banyaknya karya dari Gde Aryantha Soethama yang bagus dan pencinta drama atau naskah drama akan senang membaca bacaan seperti ini.

Jika biasanya lakon dipentaskan dipanggung, sementara dalam buku ini lakon dipentaskan melalui naskah yang dapat dibayangkan atau diimajinasikan sendiri oleh pembacanya. Tentu saja lakon yang ditulis bisa saja digarap dan dikembangkan lagi untuk menjadi sebuah pertunjukkan atau pementasan drama di atas panggung, dengan alur dan konflik cerita yang unik seperti itu, biasanya akan membuat penonton terhanyut dan larut dalam ceritanya. [T]

Palus Bukit Jambul | Cerpen Gde Aryantha Soethama
Konflik Kasta dan Adat Dalam Kesusastraan Bali Modern
Ida Waluh di Lereng Gunung Agung
Tags: BukuGde Aryantha Soethamanahkah dramaresensi buku
Previous Post

Monolog “Aku, Istri Munir”: Dari Ingatan Keluarga ke Ingatan Kolektif Bangsa

Next Post

Mengejar Ilmu Menulis ke Samarinda: Cita-cita Naik Pesawat, Kini Ingin Jadi Penulis Profesional

Dede Putra Wiguna

Dede Putra Wiguna

Mahasiswa aktif di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah. Kontributor tatkala.co

Next Post
Mengejar Ilmu Menulis ke Samarinda: Cita-cita Naik Pesawat, Kini Ingin Jadi Penulis Profesional

Mengejar Ilmu Menulis ke Samarinda: Cita-cita Naik Pesawat, Kini Ingin Jadi Penulis Profesional

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co