KETIKA MEMBICARAKAN AVATAR maka ingatan kita akan berlabuh pada dua karakter ikonik: Aang si bocah botak pengendali udara atau Jake Sully si marinir “biru” di Planet Pandora. Kisah Aang sudah berakhir—penampilan terakhirnya ada di serial animasi garapan Nickelodeon, Avatar: The Legend of Korra—sedangkan kisah Jake Sully dan keluarganya masih berlanjut dan kali ini tidak hanya melibatkan Suku Omaticaya, tapi juga Suku Metkayina, dalam menghadapi masalah baru yang datang ke Planet Pandora.
Pada film pertamanya di 2009, dijelaskan bahwa Na’vi (sebutan untuk makhluk asli Pandora) terdiri dari banyak suku yang tinggal tersebar di berbagai penjuru di planet yang berada di galaksi Alpha Centaury tersebut. Nah, kali ini, di film keduanya, kita akan diperkenalkan dengan suku yang tinggal di daerah perairan dan terumbu karang, Metkayina.
Metkayina dan Omaticaya tak hanya memiliki perbedaan habitat, tapi juga perbedaan ciri fisik yang lumayan mencolok. Omaticaya adalah penduduk hutan, jadi mereka tidak memiliki ekor serupa sirip dan lengan yang lumayan lebar seperti yang dimiliki oleh para Metkayina. Mereka juga memiliki perbedaan warna kulit. Jika Omaticaya berwarna biru gelap, Metkayina tampak berwarna lebih cerah dengan biru-kehijauan. Tentu segala perbedaan ini tak pernah membuat semuanya menjadi mudah. Ada perseteruan dan pertikaian, bahkan ada mosi tidak percaya oleh para Metkayina terutama terhadap anak-anaknya Jake Sully.
Kali ini kita tidak hanya dibuat fokus pada Jake Sully atau Neytiri. Mereka sudah menjadi orang tua dengan empat anak sekarang. Dua di antaranya berhasil mencuri perhatian dan menarik simpati. Mereka hadir tidak hanya sekadar meramaikan jagat perseteruan Na’vi dengan Kaum Langit (baca: manusia) tapi juga memiliki kepribadian dan karakter yang unik, serta punya andil cukup besar dalam cerita.
***
Ya, ini bukan lagi soal bagaimana Jake Sully membela dan melindungi para Omaticaya dari keserakahan dan kekejaman manusia. Sebab Jake memutuskan untuk berkeluarga dan memiliki keturunan, maka persoalan yang ia hadapi pun menjadi tidak pernah lebih mudah. Menjadi seorang ayah adalah anugerah sekaligus ujian. Di saat kita memiliki jiwa kepemimpinan, hal pertama yang diuji adalah bagaimana kita memimpin keluarga kita sendiri.
“Menjadi seorang ayah berarti melindungi. Itulah yang memberinya arti.”
Demikian ucapan Jake Sully pada dirinya sendiri (juga pada penonton) di saat dirinya tengah gusar akan kemungkinan yang dapat membahayakan keselamatan anak-anaknya.
Kita tidak melahirkan anak-anak untuk hidup begitu saja bagai singkong. Selain disayang dan diberi perlindungan, anak juga harus dibimbing dengan disiplin dan pengetahuan tentang kehidupan yang baik. Itu adalah pekerjaan berat bagi Jake Sully, belum lagi ia harus memikirkan langkah-langkah yang harus ia ambil untuk melindungi sukunya dan orang-orang di sekitarnya dari para perusak Pandora: makhluk Bumi alias manusia.
***
Sering kita jumpai beberapa film yang sengaja menyorot sisi gelap dan kebobrokan mental manusia sebagai makhluk yang katanya paling cerdas di muka Bumi. Tujuannya adalah untuk bercermin, karena memang lebih sulit melihat sesuatu yang ada di bawah mata ketimbang yang berada jauh di ujung pandangan.
Itulah yang dilakukan para manusia abad 22 di film Avatar: mereka sibuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi planet beda galaksi yang bahkan sebelumnya tak pernah terpikirkan ada kehidupan di dalamnya. Sekarang bayangkan jika ada kehidupan di planet terdekat kita. Apakah mungkin kita bisa diam saja? Seandainya kita bisa, bagaimana dengan para ilmuwan dan orang-orang elit di luar sana? Mereka akan melihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk menyelamatkan umat manusia di masa depan dari ringkihnya Bumi.
Kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita juga perlu menyelamatkan diri kita dari diri kita sendiri; dari penyakit hati seperti serakah, bodoh, gegabah, dan pendendam. Semua orang punya bibit pendendam di hatinya. Jika segala sesuatu berjalan tak sebagaimana mestinya karena ada orang lain yang mengganggu kita, kita cenderung menganggap keadilan adalah soal bagaimana orang lain menerima hukuman atas segala perbuatannya yang merusak rencana kita.
“Dendam hanya akan menciptakan rantai kebencian,” ujar salah satu karakter antagonis di serial Naruto, Pain. Menunaikan dendam tak berarti mengakhiri apa pun. Justru sebaliknya, malah memupuk subur kebencian terutama pada hati mereka yang orang terkasihnya kita renggut. Tatkala Jake Sully mulai jatuh cinta pada Neytiri, ia memantapkan hati untuk memihak dan melindungi Hometree (rumah bagi Omaticaya) dari bangsanya sendiri: manusia. Kolonel Quaritch selaku atasan Jake merasa dikhianati dan memutuskan untuk berperang dan menghabisi Jake. Ia pun membantai banyak penduduk pribumi dan salah satu korbannya adalah ayah dan kakak Neytiri. Jake Sully juga bukan tanpa hasil, ia turut membantu para Omaticaya membantai manusia, hingga di penghujung film yang pertama, setelah pertarungan panjang penuh keringat dan darah, Kolonel Quaritch mati di tangan Neytiri. Bangsa Na’vi pun terbebas dari bayang-bayang Kaum Langit.
***
Kemerdekaan tidak bisa begitu saja jatuh dari langit, tapi penjajahan dan invasi besar-besaran bisa—para manusia datang kembali ke Pandora dengan pesawat canggihnya karena merasa masih ada unfinished business. Itulah awal mula masalah di sekuel Avatar kali ini: Jake Sully sadar bahwa kemerdekaan dan kebebasan bukanlah sesuatu yang abadi. Merdeka adalah persoalan mental: apakah kita siap apabila suatu waktu ada yang datang mengusik ketenangan dan merenggut kebebasan kita?
Jake Sully yang kini sudah mulai berumur, sekaligus pemimpin bagi rakyat dan keluarganya, sadar bahwa ia telah menjadi sosok most wanted bagi bangsanya sendiri dan melawan tidak selalu menjadi keputusan bijak apalagi terhadap musuh yang benar-benar secara materi dan persenjataan jauh lebih mutakhir. Ada kalanya kita hanya perlu menghindar demi tujuan yang lebih mulia: mencegah korban jiwa orang-orang terdekat dan terkasih. Tentu mengajak keluarganya pindah ke tempat yang jauh ke selatan seperti Desa Marui (habitat para Metkayina—suku laut) bukanlah perkara gampang, tapi bagaimanapun tetap harus dilakukan.
Sesampainya di sana, Jake Sully dan keluarga menjadi selalu basah. Berbaur dengan Metkayina berarti berbaur dengan laut dan seisinya. Mereka mengerti, beradaptasi adalah kunci utama suatu makhluk dapat bertahan hidup di suatu tempat. Menyesuaikan diri dengan lingkungan selalu sulit pada awalnya, karena kita harus menaklukkan. Tetapi di kawasan perairan Suku Metkayina, menaklukkan berarti bersahabat. Dengan bersahabat, kita akan menciptakan kedamaian. Menjalin ikatan dengan para hewan setempat seperti Ilu, Skimwing, Tulkun, dan banyak lagi.
***
Tanpa laut, Bumi bukanlah Bumi. Begitu halnya Pandora. Laut menyatukan kita, menyatukan mereka, menyatukan Omaticaya dengan Metkayina, menyatukan Jake dan keluarganya, bahkan menyatukan Na’vi dengan manusia.
“Prinsip air adalah menghubungkan segalanya. Sebelum kelahiran kita, setelah kematian kita.”
Kalimat itu menjadi dogma bagi Suku Metkayina, kemudian diajarkan oleh Tsireya (anak kepala suku Metkayina) kepada anak-anak Jake Sully, kemudian Lo’ak (putra bungsu Jake) mengajarkan hal serupa kepada Jake Sully.
Molekul air yang begitu fleksibel—bentuknya menyesuaikan wadah, juga memiliki makna bahwa kita harus adaptif seperti air. Di mana pun kita berada, penyesuaian diri adalah skill utama yang harus kita miliki untuk dapat survive. Manusia yang berniat menduduki Pandora tentu harus belajar bagaimana cara hidup di planet indah tersebut. Bahkan meski hanya untuk mengincar dan membunuh seorang Jake Sully, mereka harus belajar dan mengenali segala yang ada di Pandora. Harus penuh persiapan untuk menggapai harapan.
***
Lantas, apa harapan James Cameron selaku sutradara dan penulis Avatar untuk sekuel ini? Tentu harus bisa sesukses film sebelumnya atau setidaknya berada di bawah. Dengan modal yang begitu besar—estimasi empat ratus juta dolar—mana mungkin ia tidak berharap lebih pada film ini? Avatar: The Way of Water diharapkan mampu memuncaki klasemen Box Office sebagai film terlaris di dunia mengalahkan film Avatar yang pertama—dengan pendapatan hampir menyentuh tiga miliar dolar! Apa saja persiapan yang James Cameron dan kru lakukan untuk memenuhi harapan tersebut? Tentu banyak. Berjarak tiga belas tahun dari sebelumnya sudah pasti mereka tidak ingin para penggemar yang sudah menunggu lama akan sekuel Avatar menjadi kecewa.
Kekecewaan, bagaimanapun, tak terhindarkan selama kita masih berpengharapan dalam kehidupan. Sedikit berharap lebih baik. [T]