PRINSIP AIR menghubungkan semua hal. Sebelum kelahiranmu, dan setelah kematianmu. Apa yang disampaikan Lo’ak seorang avatar dari keluarga Sully dalam film Avatar: The Way of Water mungkin tak jauh dari prinsip dan kepercayaan orang Bali terhadap laku air dan laut; tirta, nyambutin, dan ngelarung. Air dan laut adalah awal sekaligus akhir bagi orang Bali. Hal-hal ini berhubungan dan hal-hal ini terjadi dalam film Avatar: The Way of Water.
Avatar: The Way of Water bercerita tentang Keluarga Jake Sully dan Na’vi (penduduk lokal) yang berhadapan melawan invasi manusia yang ingin menjajah dan menguasai Pandora, sebuah dunia Avatar. Jake Sully hidup sebagai kepala suku Omaticaya dan berkeluarga dengan Neytiri, termasuk putranya Neteyam dan Lo’ak dan putrinya Tuk, putri angkatnya Kiri dan seorang anak laki-laki bernama Spider, yang sejatinya adalah putra Kolonel Miles Quaritch yang lahir di Pandora dan tidak dapat diangkut ke Bumi namun begitu paham budaya Na’vi.
Manusia datang ke Pandora untuk menjajahnya, mendirikan basis operasi utama baru bernama Bridgehead City. Di antara pendatang baru itu adalah “rekombinan” Na’vi. Rekombinan atau dalam bahasa Inggris sering disingkat rDNA (recombinant DNA) adalah suatu bentuk DNA buatan yang dibentuk dengan cara menggabungkan atau merekombinasi dua atau lebih untaian benang DNA yang dalam keadaan normal tidak berpasangan atau terjadi bersama. Rekombinan ini bernama RDA dan Quaritch yang menjadi pemimpin mereka.
Jake Sully bergerilya melawan kedatangan RDA. Quaritch dan rekombinannya melakukan misi kontra-pemberontakan melawan Jake, menangkap anak-anaknya. Jake dan Neytiri tiba dan membebaskan sebagian besar dari mereka, namun sial Spider berhasil diambil oleh Quaritch. Sadar akan bahaya pengetahuan Spider tentang keberadaannya menimbulkan keresahan bagi Jake yang akan memiliki efek fatal terhadap keluarganya dan para Na’vi, Jake mengundurkan diri sebagai kepala suku Omaticaya (klan yang tinggal di Hutan dan Gunung) dan mengasingkan ke Metkayina (klan orang karang) yang berada di pesisir timur Pandora, di mana mereka diberi perlindungan, meskipun beberapa anggota suku mencemooh Jake dan anak-anak terhadap warisan genetik manusia mereka.
Sepanjang film yang berdurasi tiga jam karya James Cameron ini, saya menyadari adanya prinsip-prinsip kepercayaan para Na’vi khususnya klan Orang Karang terhadap konsep dan kepercayaan orang Bali. Yang paling terlihat adalah bagaimana mereka memperlakukan air. Bagi orang Bali, selain sebagai sumber kehidupan, masyarakat Bali memaknai air sebagai simbol penyucian dan pembersihan. Tirta atau Air Suci merupakan sarana pokok dalam pelaksanaan kegiatan dan upacara di Bali.
Pada waktu-waktu tertentu, masyarakat Bali juga melakukan ritual melukat guna menyucikan jiwa-raga di sumber-sumber mata air, seperti laut, sungai atau pancuran. Selain hal itu, dalam Avatar: The Way of Water saya tergelitik ketika menyadari beberapa kemiripan konsep dan kepercayaan lain seperti:
Melik dan Meluasang
Istilah melik dalam tradisi masyarakat Bali, yaitu sebuah anugrah yang dipercaya jika seseorang melik bisa melihat roh mistis atau hal-hal yang manusia biasa tidak bisa lihat. Dalam Avatar: The Way of Water, karakter Kiri menyerupai orang yang melik.
Dia bisa berkomunikasi dengan lingkungan-lingkungannya, baik ketika di Omaticaya maupun di Metkayina. Kiri mampu berkomunikasi dengan rumput, dengan ikan-ikan maupun ketika dia pergi ke pohon roh yang dianggap bisa menghubungkannya dengan pengalaman sebelumnya yang di sanalah dia bertemu dengan ibunya.
Yang membuat saya juga tergelitik adalah adanya medium yang bisa menghubungkan karakternya pada sebab musabab masalalu. Seperti asal usul ibu Kiri dan penyebab kenapa Payakan (seekor paus kepala baja) memilih untuk mengasingkan diri dari kawanannya.
Kesepekang
Kasepekang merupakan sanksi adat Bali, dimana si penerima sanksi akan dikucilkan, diasingkan atau diberhentikan dari kegiatan di desa (Madesa). Hal ini dikarenakan si pelaku melanggar aturan desa adat berkali-kali (keterlaluan), sehingga sanksi ini dianggap pantas untuk diberikan. Dalam film, Payakan (seekor paus kepala baja) dikucilkan dari kawanannya para Tulkun.
Tulkun adalah makhluk yang sangat cerdas, dan mereka dapat berkomunikasi dengan Na’Vi. Mereka juga memiliki budaya mereka tersendiri, dan menganggap bahwa perdamaian adalah segalanya. Payakan adalah anggota Tulkun yang “terbuang”. Berbeda dengan Tulkun lain yang menjunjung kedamaian, Payakan malah mencoba menginisiasi perang, demi membalaskan dendamnya pada manusia yang membunuh ibunya.
Dia ingin memulai perang terhadap pemburu paus. Namun perang yang dia mulai gagal, sehingga menimbulkan banyak kematian dari kubu Tulkun. Payakan bertanggung jawab atas banyak kematian Tulkun. Dan karena Payakan mengkhianati budaya bangsanya dengan memulai perang, karena itulah dia diasingkan dan selalu berenang sendirian di lautan. Adegan Lo’ak bertemu Payakan dalam film ini bagi saya sungguh emosional, ketika dia menjelaskan bahwa hidup bersama kawanan yang tidak bisa mengertinya sungguh menyakitkan. Hal yang sama pula terjadi saat Lo’ak tidak dipercaya ketika dia menjelaskan pada orang-orang di Metkayina bahwa Payakan adalah Tulkun yang baik.
Nyegara Gunung & Bhuana Agung dan Bhuana Alit
Nyegara Gunung adalah filosofi Bali bahwa antara laut (segara) dan gunung adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Oleh karena itu, setiap tindakan di gunung akan berdampak pada laut. Hal yang sama pula terjadi di Pandora. Sebagai kesatuan semesta antara Omaticaya dan Metkayina, mereka saling berhubungan dan berkeluarga.
Apapun yang terjadi pada Jake Sully yang adalah orang dari suku di Omaticaya (Hutan dan Gunung) juga dirasakan pada orang-orang di suku Metkayina (klan Orang Karang). Memiliki kesamaan terhadap perasaan tersebut mereka berkerjasama dan melindungi satu dengan yang lain.
Konsep Bhuana Agung dan Bhuana Alit juga bisa kita lihat dalam film ini bahwa dalam diri kita (bhuana alit) adalah semesta kecil dari semesta yang lebih besar (bhuana agung) yang bagi para Na’vi dipercaya keberadaannya lewat Tulkun (saudara roh) atau The Great Mother, ibu Agung.
Nyentana
Nyentana adalah istilah dalam perkawinan adat di Bali dimana mempelai laki–laki tinggal di rumah mempelai perempuan. Kalau kita lihat sejarah Jake Sully, dia adalah manusia. Itu kenapa keluarga Jake Sully adalah Na’vi yang “blasteran”, gabungan antara manusia dan Na’vi. Jake adalah manusia dan Neytiri adalah orang Na’vi asli. Neytiri memiliki busur pemberian ayahnya. Jake memutuskan untuk tinggal bersama Neytiri dan berkeluarga.
Tak jarang, keputusan-keputusan Neytiri lebih mementingkan klannya, karena dia merasa bahwa dirinya adalah Na’vi asli, Na’vi tulen dengan keyakinan bahwa ia hidup dan akan mati di Pandora.
Yang berbeda hanya saja status Jake sebagai suami di sini dia hanya tinggal di rumah Neytiri, tidak mengubah statusnya sebagai pradana (perempuan) karena kalau kita melihat konsep Nyentana sepenuhnya selain tinggal dalam di rumah mempelai perempuan, ia juga mengubah statusnya sebagai pradana. Namun dalam Avatar: The Way of Water status Jake masih sebagai kepala keluarga dan purusa.
Laut adalah tempat untuk pulang
Bagi orang Bali, laut adalah gerak selaras hidup. Misalnya, ngelarung, ngelarung adalah prosesi untuk penghormatan dan penyucian diatas landasan keyakinan. Dimana laut merupakan tempat melebur atau mengembalikan ke unsur aslinya atau unsur yg seharusnya menurut hukum alam.
Dalam film Avatar laut adalah tempat melarung Nateeyam, saudara Lo’ak, seolah menegaskan pandangannya pada laut dan air; The Way of Water connects all things. Before your birth, and after your death. (Prinsip air menghubungkan banyak hal. Sebelum kelahiranmu, dan setelah kematianmu).
Film Avatar: The Way of Water ini memberikan pengalaman visual yang luar biasa. Selain membawa pesan akan Anti-Imprealisme yang kuat, kecintaan dan hidup harmonis dengan lingkungan serta toleransi menjadi hal-hal yang membuat film ini penting dan layak ditonton anak-anak bahkan keluarga. Dari Avatar kita belajar bahwa semua hal dalam hidup ini berhubungan; kita dengan manusia, kita dengan lingkungan, dan kita dengan semesta. Selamat menonton! [T]