10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Marga dan Rana

Putu Suweka Oka SugihartabyPutu Suweka Oka Sugiharta
November 20, 2022
inEsai
Marga dan Rana

Dalam Agama Hindu musuh internal paling familiar diistilahkan dengan Arishadvarga atau di Bali lebih populer sebagai sad ripu yang terdiri dari kama (nafsu), krodha (kemarahan), lobha (keserakahan), moha (kebingungan karena kemelekatan), mada (kesombongan), dan matsarya (kedengkian).

Uniknya musuh-musuh itu dikabarkan bermukim dalam diri sehingga dibutuhkan taktik khusus untuk memeranginya. Kesucian merupakan penarget sasaran paling akurat untuk membidik musuh-musuh internal. Kabar buruknya, kesucian bukanlah sesuatu yang bisa diraih dengan mudah.

Kenneth Pargament (1999:12) secara padat dan ringkas berpendapat bahwa spiritualitas adalah a search for the sacred (pencarian kesucian). Sayangnya banyak dari mereka yang memiliki hasrat pada spiritual tidak memahami kesucian secara utuh, hanya menganggap diri suci, lalu menyeterui sesuatu yang dipersepsikan tidak suci. Perang (rana) terhadap ketidaksucian kemudian tidak hanya berlangsung dalam tataran simbol tetapi terealisasi pada pertempuran denotatif antarmanusia.

Agresi semacam itu banyak yang melanggar kriteria kesucian. Ketika mereka yang terburu-buru mengambil jalan perang tidak mengetahui peta jalan (marga) perang maka agama dapat menjadi musibah baik secara individual maupun komunal.

Pada beberapa teks Hindu rana antara kebaikan serta keburukan disimbolkan dengan konflik tiada henti antara deva dan asura. Terdapat pendapat yang menyatakan bila secara etimologis asura berasal dari akar kata asu yang memiliki arti original unsur rohaniah, udara, kekuatan vital, dan sebagainya.

Asura mulanya dilukiskan sebagai makhluk yang memiliki kekuatan luar biasa bahkan berpeluang dilekati sifat kebaikan. Kelompok asura bertabiat baik dipimpin oleh Varuna sementara asura berkarakter buruk dikepalai oleh Vrtra.

Wash Edward Hale (1999) dalam bukunya Asura In Early Vedic Religion menyatakan jika pada periode Veda awal dewa-dewa seperti Mitra, Agni, Indra, Aryama, Bhaga, dan yang lainnya juga digolongkan sebagai asura. Pada masa sesudahnya barulah diadakan pembatasan yang lebih tegas antara golongan deva dan asura.

Dewa dan asura meskipun telah digambarkan beroposisi namun tetap diakui berasal dari sumber yang sama (Prajapati) serta memiliki potensi bawaan yang tidak berbeda. Jelaslah penekanan istilah deva dan asura tidak pada kejahatan ataupun kebaikannya yang mutlak, namun pada pengendalian energi potensial dalam diri manusia yang berpeluang sama untuk condong ke kedua sisi.

Hindu dalam mengawal perjalanan menuju sacred sebagaimana yang dimaksudkan Pargament tetap memberi perhatian pada dinamika. Dalam Purana beberapa deva tidak luput dari kesalahan, sebaliknya terdapat asura yang dikisahkan malah mengedepankan kesalehan. Indra sendiri ketika sukses menduduki tahta sebagai raja para deva terlalu larut dalam kesenangan sensual di istananya sehingga mengabaikan kehadiran gurunya, Brhaspati.

Akibat kelalaian Indra, Brhaspati menghilang dari surga dan menyebabkan ketidakmakmuran. Selain itu kepergian Brhaspati juga dimanfaatkan oleh golongan asura untuk menaklukkan para Dewa. Menghadapi masalah yang demikian serius, Indra yang menjadi biang kerok masalah memohon solusi dari Dewa Brahma yang selanjutnya memberi anjuran untuk meminta bantuan seorang asura bernama Visvarupa yang telah ditasbihkan menjadi Brahmana. Indra menuruti saran Brahma dan mendatangi kediaman Visvarupa.

Mendengar keluhan Indra, Visvarupa menyatakan kesanggupannya untuk membantu para Dewa. Visvarupa memberikan sebuah jubah (kavaca) untuk Indra yang selanjutnya mendatangkan kemenangan bagi golongan dewata. Mengingat Visvarupa berdarah asura maka ketika melakukan pemujaan selain ditujukan bagi para dewa, sisa-sisa ritual diperuntukkan pula untuk kelompok asura.

Mengetahui itu Indra sangat murka dan membunuh Visvarupa dengan memenggal kepalanya. Dalam kisah tersebut Indra mewakili potensi buruk dewa-dewa sedangkan bibit kebaikan asura tercermin dari sosok Visvarupa.

Cerita lainnya tentang Indra adalah penjelmaannya ke dalam wujud babi. Salah satu versi menyebutkan jika kelahiran Indra tersebut akibat kutukan Brhaspati sementara versi lainnya mengisahkan bila hal itu didorong oleh rasa penasaran Indra sendiri.

Pada suatu kesempatan Indra dan dewa-dewa di surga memperhatikan polah beberapa babi yang berguling-guling pada kotorannya sendiri. Pemandangan itu memantik hasrat dalam benak sang raja surga untuk menyelamatkan babi-babi tersebut dari perilakunya yang demikian menjijikan. Satu-satunya cara yang dinilainya efektif untuk memberikan pencerahan bagi babi adalah lahir menjadi babi. Indrapun tanpa berpikir panjang segera mengubah wujudnya menjadi babi.

Pemerintahan surga menjadi tidak teratur selama Indra turun ke bumi. Kemudian para dewa yang menginginkan pimpinannya untuk kembali melakukan pemantauan ke kandang babi tempat Indra berganti tubuh. Versi lainnya menerangkan bila kunjungan ke kandang babi dilakukan oleh Dewa Brahma.

Alangkah terkejutnya para dewa ketika Indra tidak lagi dapat mengenali mereka dan terlihat telah melupakan sifat kedewataannya. Indra bertubuh babi demikian mencintai babi betina pasangannya yang telah memberinya beberapa anak.

Selain itu, Indra juga tampak menikmati makanan babi yang diberikan oleh pemiliknya. Dewa-dewa bergiliran memanggil Indra untuk kembali ke Indraloka dan menyadarkan akan identitas kedewataannya namun semuanya diabaikan begitu saja.

Para dewa memutuskan untuk membunuh satu demi satu anak-anak yang disayangi Indra dalam tubuh babinya. Indra menjadi sangat sedih, celakanya lebih terpacu lagi untuk melakukan aktivtas seksual dengan pasangan babinya guna mendapatkan anak-anak baru.

Selanjutnya para dewa membinasakan pasangan babi Indra namun belum juga sang svargapati dapat disadarkan. Upaya terakhirpun ditempuh dengan membunuh tubuh babi tempat Indra menyusupkan dirinya. Ketika terbebaskan dari tubuh babinya Indra demikian kaget atas kebiasaan menjijikan yang selama ini diakrabinya serta memutuskan untuk cepat-cepat kembali ke surga.

Di Bali hingga kini ritual penyembelihan babi hampir tidak bisa dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan. Sayangnya belakangan hanya dimaknai sebagai pestapora belaka sedangkan pesan untuk membebaskan indera-indera yang terbelenggu hampir tidak lagi diperhatikan.

Dari perspektif teologi tubuh, deva-deva dalam tubuh manusia adalah keutamaan-keutamaan yang mampu memperlancar keberlangsungan kehidupan. Atharvaveda X.2.31 mengandaikan tubuh manusia sebagai kota para dewa (ayodhya) yang memiliki delapan cakra (astacakra) serta sembilan pintu (navadvara). Masing-masing dewa mencerimkan kesadaran bawaan yang dapat menuntun menuju jalan rohani.

Akibat sifat materialnya tubuh manusia tetaplah menjadi medan pertempuran (kshetra) antara deva dan asura (baca: sifat-sifat yang membawa kemajuan atau kemunduran rohani). Dalam lontar Tutur Anacaraka 2a disebutkan jika belum memahami peta tentang hakikat diri (kandhaning kaputusan ring raga sarira) maka tidak dianjurkan untuk melakukan taba brata serta mengurangi jatah makan dan tidur (angurangin pangan turu) agar ketika ajal menjemput tidak menemui kepapaan. Jangan sampai brata hanya dijadikan kedok luar karena yang dirugikan paling fatal tentu si pelaku sendiri.

Saat deva-deva dalam tubuh dimaknai dengan dangkal maka penurunan kualitasnya bisa tidak disadari, sebagaimana digambarkan oleh sifat-sifat buruk Indra. Dalam teks Purana, Sukracarya putra Bhrgu dikisahkan selalu menghidupkan kembali asura-asura yang binasa akibat pertempuran dengan para deva dengan mantra Amrta sanjivani. Guna mengimbanginya para sadhaka mesti memacu diri untuk menghidupkan deva-deva dalam tubuhnya setiap saat.

Seorang sadhaka tidak diajarkan untuk membenci musuh-musuhnya sehingga terbebani oleh rasa takut yang berlebihan. Para pencinta Tuhan malah dianjurkan untuk melakukan pendekatan dengan musuh-musuh dalam dirinya sehingga memahami karakteristiknya dengan baik serta lambat laun ditemukan pula cara-cara untuk mengatasinya.

Sadhaka mirip laku pemain bola yang tidak menemukan keasyikan bila tidak ada lawan main sebab pertandingan tidak akan bisa dilakukan. Hanya pemain yang tidak tahu diri yang dengan penuh emosional membenci lawan mainnya. Seringkali lawan dijadikan kambing hitam atas kekalahan yang sejatinya berakar dari kelalaian sendiri. Banyak sadhaka mencapai kemajuan rohani luar biasa setelah belajar dari tabiat-tabiat buruknya di masa lalu, inilah yang disimbolkan oleh asura-asura yang beralih meniti jalan kesalehan.

Jalan perang sejati dicontohkan oleh Bhisma yang bertabur senyum ketika Srikandi mengarahkan bentangan busur ke tubuhnya. Bhisma tidak sedang melakukan pertempuran eksternal namun lebih kepada peperangan internal yang tidak bisa dimenangkan dengan mudah, apalagi oleh sembarang orang. [T]

Tags: balifilosofihinduMargaranapahlawan
Previous Post

Yang Paling Rentan Dalam Memegang Data Pribadi Seseorang Adalah KPU

Next Post

Emas Kedua Taekwondo Buleleng Dipersembahkan Kadek Ristina Indriani

Putu Suweka Oka Sugiharta

Putu Suweka Oka Sugiharta

Nama lengkapnya I Putu Suweka Oka Sugiharta, S.Pd.H.,M.Pd.,CH.,CHt. Lahir dan tinggal di Nongan, Rendang, Karangasem. Kini menjadi dosen dan terus melakukan kegiatan menulis di berbagai media

Next Post
Kadek Ristina Indriani

Emas Kedua Taekwondo Buleleng Dipersembahkan Kadek Ristina Indriani

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co