TABANAN | TATKALA.CO — Dari Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Bali, terciptakan kripik dari gedebong (pelepah pisang). Produknya disukai, dan sudah dijual di warung-warung di Desa Kukuh dan sekitarnya. Enak dan gurih.
Produksi kripik pelepah pisang itu sudah dimulai sejak Maret 2022. Produk ini adalah hasil dari pelatihan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK Desa Kukuh yang difasilitasi oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Tabanan.
Selama ini kripik pelepah pisang itu dikemas dengan sahaja. Tujuan pengemasannya juga sederhana: agar tetap renyah dan enak. Artinya, kemasannya belum digarap secara maksimal, misalnya dengan memasang merk dan belum di-branding secara sempurna untuk meningkatkan nilai jual.
Rebranding
Untuk itulah, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Tahun 2022 oleh dosen dan mahasiswa datang ke Desa Kukuh untuk membantu UP2K PKK Desa Kukuh Kerambitan berkitan dengan upaya-upaya branding terhadap produk kripik pelepah pisang itu. Antara lain membuat merk dan mempercantik kemasan kripik itu..
Dosen dan mahasiswa itu melakukan pelatihan yang diikuti pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tergabung dalam kepada Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK Desa Kukuh Kerambitan. Para pelaku itu mengikuti pelatihan dengan serius, antara lain bagaimana cara mendesain kemasan produk dengan indah dan menarik.
Kegiatan PKM ISI Denpasar di Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan
Karena pelaku UMKM itu, khususnya penghasil kripik gedebong, tak hanya dituntut menghasilkan produk yang berkualitas, tetapi juga mampu mengkemas serta memasarkan produk usahanya melalui media sosial, dunia digital. Dengan demikian, produksi mereka bisa lebih dikenal masyarakat luas.
Kegiatan PKM focus pada peningkatan kualitas desain kemasan dan strategi pemasaran produk kelompok UP2K PKK Desa Kukuh Kerambitan.
“Ibu-ibu PKK Kelompok UP2K PKK Desa Kukuh Kerambitan yang membuat olahan pelepah pisang menjadi usaha kripik ini, kami latih untuk meningkatan kualitas desain kemasan dan strategi pemasaran produknya,” kata I Nyoman Larry Julianto, Dosen Desain ISI Denpasar selaku ketua Tim PKM disela-sela kegiatan tersebut, Selasa 13 September 2022.
Melalui pelatihan itu, diharapkan keripik pisang pelepah pisang, mampu menghasilkan produk unggul yang mampu “go nasional” dan “go internasional”. Pelatihan ini diikuti 16 orang yang terdiri dari 1 orang ketua dan 15 anggota.
Namun, saat workshop tersebut tidak semua bisa hadir karena kesibukan, maka yang hadir diwakili kader digital di Desa Kukuh, Kacamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. “Kualitas produk kripik mereka cukup baik, tetapi kemasan belum dimaksimalkan agar produk kelihatan menarik, kemudian memasarkan dengan baik,” ucapnya.
Jika kedua hal tersebut sudah dikuasai, maka kripik pelepah pisang yang merupakan jenis kuliner baru akan mampu menembus pasar yang lebih luas. Sementara ini, produk kripik tersebut hanya mampu menembus pasar di desa tersebut, sehingga dirasa perlu menyebarluaskan ke pasar nasional, hingga internasional.
Kripik pelepah pisang juga sangat menarik untuk dijadikan oleh-oleh para wisatawan, jika dikemas dengan baik. “Kegiatan ini bertujuan untuk re-branding kripik pelepah pisang,” ungkap Larry Julianto.
Kripik gedebong dalam kemasan
Kegiatan workshop terkait Program Kemitraan Masyarakat dengan Judul Peningkatan Kualitas Desain Kemasan dan Strategi Pemasaran Produk Kelompok UP2K PKK Desa Kukuh Kerambitan ini dihadiri oleh Kepala Desa Kukuh Kerambitan I Nyoman Widhi Adnyana, perwakilan Kelompok UP2K PKK Desa Kukuh Kerambitan, Ni Ketut Sekartini, Kader Digital Desa Kukuh Kerambitan (Kadek Aprilia Pradnyamika), dan Ketua TP PKK Desa Kukuh Kerambitan, Ni Putu Yulia Ratih.
Menutrut Larry Julianto, kegiatan yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi itu meliputi dua aspek permasalahan, yakni Peningkatan Kualitas Desain Kemasan dan Strategi Pemasaran Produk Kelompok UP2K PKK Desa Kukuh Kerambitan. “Kami merlakukan kegiatan perngabdian kepada masyarakat ini melalui tahapan, sehingga mendapatkan hasilkan yang tepat guna,” imbuhnya.
Tahapan awal, dilakukan FGD bertempat di ruang pertemuan Kantor Desa, terkait pembahasan mengenai nama (merek) dari produk tersebut. Hal itu, melalui diskusi yang panjang akhirnya disepakati nama (merek) dari produk kripik pelepah pisang adalah DèBong (kegiatan dilakukan tanggal 13 September 2022.
Kemudian dilanjutkan workshop mendesain ulang kemasan sebelumnya dan melatih cara membuat desain poster digital sebagai media promosi pada instagram (kegiatan di hari yg sama).
“Tahap selanjutnya adalah lounching rebranding produk dan sekaligus lounching iklan DèBong yang dalam pengerjaannya bersinergi dengan Mahasiswa MBKM, dan saya selaku pembimbing utama,” kata Larry Julianto.
Gurih Higienis
Bagaimana riwayat kripik gedebong di Desa Kukuh Kerambitan, tabanan, ini?
Perbekel/Kepala Desa Kukuh Kerambitan I Nyoman Widhi Adnyana mengatakan di di Desa Kukuh Kerambitan banyak ada pohon pisang batu (biu batu). Pisang itu biasanya hanya dicari daunnya saja, sementara gedebongnya (batang/pohonyanya) biasanya tidak dimanfaatkan.
“Oleh karena itu, kita olah gedebong dari biu batu itu agar bernilai ekonomis dan higienis menjadi kripik gedebong,” kata Widhi Adnyana.
Bagian gedebong yang digunakan untuk kripik adalah bagian dalam dari kelopak gedebong atau kelpok batang pisang itu. Pelepah pisang bagian dalam itu diiris, lalu diproses sedemikian rupa, lalu digoreng, sehingga tercipta kripik yang unik dan enak.
Saat ini kripik itu baru dipasarkan secara lokal saja dan sudah mulai dipasarkan di warung-warung sekitar desa, dan sempat mengikuti pameran Bali Bangkit Provinsi Bali.
Bedanya kripik gedebong dengan kripik lain adalah dari segi tekstur dan rasa. Tekstur serat gedebong itu khas sekali, dan rasanya juga sangat gurih dan bisa diisi dengan varian rasa balado dan lainnya.
Bagaimana dengan harganya? Per 150 gram kripik itu dijual Rp. 10.000. “Setiap hari order masuk sekitar 6 kilogram,” kata Widhi Adnyana.
Widhi Adnyana berterima karena ISI Denpasar sudah membantu dalam hal rebranding kemasan kripik ini. “Tujuannya adalah untuk menambah nilai jual,” katanya. [T][Pan/Mao]