Dulu, ibu atau orang tua mendongeng kepada anak-anaknya. Itu biasa dilakukan pada malam sebelum tidur, sampai anak-anak tertidur sebelum dongeng selesai, dan dilanjutkan besok malamnya.
Kini, anak-anak mendapatkan dongeng dari HP. Mereka jarang mendapatkan dongeng dari orang tua. Karena orang tua juga sibuk memegang HP. Mereka sama-sama mendengarkan dongeng dari HP.
Itu antara lain yang dikatakan Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa ketika membuka Festival Mendongeng se-Indonesia di Balai Sasana Budaya Singaraja, Kamis 22 September 2022.
Menurut Suyasa, dulu orang tua memilihkan dongeng yang baik kepada anak-anak mereka. Dongeng yang mengandung pesan-pesan moral yang baik bagi pertumbuhan karakter anak. Tapi kini, dongeng di HP ada yang baik, banyak juga yang buruk. Syukurlah jika yang ditonton atau yang didengar hal-hal yang baik. Jika lebih banyak mendapatkan dongeng yang buruk tentu akan berpengaruh bagi perkembangan karakter anak.
“Kebiasaan mendongeng untuk anak ini sudah ditinggalkan karena maraknya digitalisasi dan peran media sosial yang kerap menjadi distraksi orang tua dari anak atau sebaliknya. Informasi yang didapat pun cenderung banyak yang tidak baik bagi tumbuh kembang anak karena tidak ada filternya,” kata Suyasa.
Sekda Gede Suyasa bersama Ketua Komunitas Mahima dan sejumlah kepala dinas saat pembukaan Festival Mendongeng Mahima 2022
Suyasa bersyukur ada Festival Mendongeng yang diadakan Komunitas Mahima di Singaraja. Apalagi kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh para peserta, sehingga ada harapan budaya mendongeng kembali akan meningkat.
Dongeng, kata Suyasa, merupakan wujud karya sastra yang ideal bagi anak-anak untuk memberikan edukasi yang sarat dengan pesan moral namun dapat disampaikan secara imajinatif dan menyenangkan.
“Saya diundang untuk membuka festival ini merasa senang. Saya diundang secara khusus mungkin karena saya dekat dengan para sastrawan, meskipun saya bukan sastrawan,” kata Suyasa.
Festival mendongeng ini sendiri diselenggarakan Komunitas Mahima yang melibatkan peserta se-Indonesia. Festival digelar secara hybrid yaitu online dan offline. Pembukaan dan sejumlah acara dialkukan secara online di Sasana Budaya Singaraja, sementara lomba diselenggarakan melalui online dimana peserta mengirimkan video saat mendongeng kepada panitia.
Festival digelar selama 5 hari tanggal 22-27 September 2022, Festival Mendongeng Mahima memiliki agenda workshop mendongeng, pertunjukan teater dongeng, bedah buku dongeng, pertunjukan dongeng non lomba dan lomba mendongeng.
Festival Mendongeng Mahima di Sasana Budaya itu dibuka dengan pembacaan dongeng legendaris “Sang Landean” oleh sastrawan Cok Sawitri. Para siswa SD, SMP, SMA dan para guru yang hadir sangat antusias mendengar dongeng yang menceritakan sepak terjang antara I Lutung yang cerdik dan seorang raja yang bergelar Sang Landean.
Cok Sawitri saat mendongeng
Lalu setelah Cok Sawitri, tampil Putu Arya Nugraha mendongeng tentang Dinosaurus dan Virus. Putu Arya Nugraha adalah seorang dokter yang biasa dipanggil dengan nama Dokter Arya. Kini ia menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng.
Pendongeng selanjutkan adalah Iluh Wanda, seorang pendongeng yang video-videonya banyak bertebaran di media sosial. Iluh Wanda mendongeng Dadong Dauh. Ia mendongeng secara interaktif sehingga suasana di Sasana Budaya menjadi meriah.
Ketua Komunitas Mahima Kadek Sonia Piscayanti mengatakan kegiatan ini digelar guna meningkatkan kembali budaya mendongeng di kalangan orangtua, sehingga edukasi pesan moral yang dapat disampaikan orangtua kepada anak dapat kembali dibiasakan.
“Kalau dongeng itu kita berikan kepada anak-anak, di sana memberikan banyak sekali nilai-nilai pendidikan karakter,” imbuhnya.
Sonia berharap melalui festival ini, pihaknya dapat memasyarakatkan dongeng dan kembali menjadi pengantar tidur bagi anak yang sarat akan pendidikan karakter dan pesan moral.[T][Ado/*]