Di jalanan terbuka, di tengah gemuruh festival Solano Stroll, di perbatasan kota Albany dan Berkeley, California, AS, suasana cerah di bawah langit cerah berawan. Terlihatlah di antara keramaiian sejumlah penari joged bumbung diiringi jegog khas Jembrana.
Orang-orang dari Albany atau dari Berkley, atau dari luar dua kota itu, menyaksikan tari joged khas Bali dengan pernari ngengol gemulai sambil berdiri atau duduk. Atau sambil berlalu. Hari itu, 11 September 2022.
Salah satu penari joged itu adalah Ratih Ayu Apsari. Kenal dia? Ia adalah perempuan dari Bali. Ia pernah menjadi dosen ilmu matematika di Undiksha Singaraja, lalu diangkat jadi dosen tetap di Universitas Mataram (Unram), Lombok, NTB.
Ratih Ayu Apsari berpose usai menari di festival Solano Stroll, di perbatasan kota Albany dan Berkeley, California, AS | Foto: Akun FB Ratih Ayu Apsari
Tahun 2021 ia ke Berkeley, California, untuk melanjutkan studi PhD in Education di University of California, Berkeley. Bidang keilmuan yang ditekuninya adalah pembelajaran matematika.
Kenapa kemudian suka menari di negeri orang?
“Tanpa disangka sebelumnya, saya bertemu dengan kelompok musik dan tari tradisional Bali yang bernama Gamelan Sekar Jaya (GSJ), berlokasi di Berkeley, hanya 15 menit jalan kaki dari tempat tinggal saya,” kata Ratih dalam percakapan melalui WA, Sabtu 17 September malam.
Perkenalannya dengan GJS itu membawanya kemudian ke atas pentas tari dari acara ke acara, dari festival ke festival di California.
Pada festival Solano Stroll itu ia menari bersama Cok Istri Putri Rukmini yang merangkap sebagai koreografer, Luh Andrawati dan Monali Varaiya. Iringan musiknya bukan rindik atau tingklik, melainkan jegog Gamelan Sekar Jaya dengan aransemen: Gede Oka Negara yang memang berasal dari Jembrana, Bali..
Mulai dari Gamelan Sekar Jaya
Ratih Ayu Apsari pun menjadi penari di Gamelan Sekar Jaya. GSJ (gsj.org) berdiri sejak 1979 dan merupakan salah satu kelompok pegiat seni dan budaya Bali yang sangat terkenal di Amerika Serikat.
Konsistensi GJS dalam mempelajari dan menyebarluaskan kecantikan budaya Bali, terutama musik dan tari, membuat komunitas ini selalu dinanti-nanti penampilannya. Anggotanya terdiri dari siapa saja yang ingin belajar dan mencintai budaya Bali.
Sejak tahun lalu, kelompok gamelan dan tari sudah mulai aktif pentas lagi setelah sebelumnya hanya melalui zoom karena pandemi.
“Karena beberapa kali pentas dengan GSJ sepanjang Agustus dan September, saya jadi terkoneksi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di San Francisco, dengan kelompok-kelompok gamelan lain di California, dan terhubung juga dengan komunitas diaspora Indonesia di California,” kata Ratih.
Ratih Ayu Apsari berpose bersama pengunjung festival | Foto: Akun FB Ratih Ayu Apsari
Sepanjang Agustus hingga September 2022 ini, Ratih mencoba membawakan sekaligus memperkenalkan tarian joged di kota-kota di California, baik secara sendiri maupun berkelompok. Kenapa joged?
“Awalnya karena ada event diaspora Indonesia di Sacramento di mana KJRI meminta saya membantu mengisi acara dan membawakan dua tari. Saya pilih condong dan joged karena riasan rambutnya tidak sulit dan konsepnya sesuai untuk festival rakyat,” kata Ratih.
Event diaspora Indonesia itu berlangsung 20 Agustus 2022 di Sacramento, California. Nama acaranya, Pesta Rakyat-Bazaar Nusantara. Saat itu Ratih menari joged sendirian dengan diiringi musik rekaman tabuh joged bumbung.
Dan sungguh membanggakan, antusiasme penonton untuk menyaksikan joged dalam acara itu membuat KJRI ingin menampilkan joged kembali untuk acara resepsi yang mengundang perwakilan negara tetangga.
Di lain pihak, bersama dengan GSJ ia juga menyiapkan penampilan joged dengan diiringi jegog. Sekaa jegog GSJ berlatih di bawah pimpinan Bapak Gede Oka Negara, yang merupakan putra dari almarhum Pekak Jegog Suar Agung, Negara-Bali.
“Nah, pentas joged di festival Solano Stroll itu adalah pentas joged pertama bersama GJS,” ujar Ratih.
Festival Solano Stroll adalah jalanan terbesar yang diadakan setiap tahunnya oleh dua kota yang bertetangga: Berkeley dan Albany. Festival ini dimaksudkan untuk mempromosikan bisnis lokal, artis, kesenian, komunitas, merayakan keberagaman yang mewarnai kota.
Sukses dari festival Solano Stroll, Ratih kembali diundang dalam acara resepsi KJRI, Jumat 16 September 2022. Undangan yang menonton saat itu pejabat kota setempat, diplomat dari berbagai negara sahabat, pimpinan asosiasi bisnis, pemerhati dan penggiat budaya dan seni dari museum dan perguruan tinggi, pengusaha, dan diaspora Indonesia lokasi.
Persiapan menari dalam acara resepsi di Wisma KJRI San Francisco | Foto: Akun FB Ratih Ayu Apsari
Dalam acara resepsi di Wisma KJRI San Francisco itu, Ratih menari dengan diiringi musik angklung dari Gamelan Sekar Swarasanti, Santa Cruz. Saat itu Ratih Ayu Apsari menari bersama I Made Moja.
Tidak sampai di situ, Minggu 24 September 2022 kelompok GJS juga akan pentas di Nevada City dan salah satu tari yang dibawakan adalah joged. Koreografi ‘ngelembar’ terbaru untuk joged GSJ yang diaransemen berdasarkan jegog GSJ dari Pak Gede Oka Negara, digubah oleh Cok Istri Putri Rukmini atau biasa dipanggil Cok Pring dari Singapadu Gianyar.
Cok Istri Putri Rukmini merupakan guru tari tamu di GJS yang diundang untuk mengajar menari selama 10 bulan atau sampai dengan Juni 2023.
Joged dalam Pandangan Ratih
Menurut Ratih, menarikan tari joged memang punya tantangannya sendiri. Dan ia senang bisa menaklukkan tantangan itu sekaligus melakukan semacam kampanye joged bumbung yang cantik, menarik, dan sesuai pakem joged bumbung yang dicintai di Bali.
Apa tantangan menari joged bumbung?
Pertama, kata Ratih, sangat banyak improvisasi karena tarian ini mengedepankan interaksi dengan penonton. Biasanya penari punya 2-3 menit untuk mempertunjukkan gerakan pembuka, lalu berikutnya begerak bebas menurut irama yang disesuaikan dengan penonton yang ikut menari– ‘pengibing’.
Walaupun bebas, gerakannya juga masih terikat pakem tari pun menyesuaikan juga dengan alunan musik. Komunikasi antara pemain musik—seperti musek angklung, rindik, atau jegog— dan penari dilakukan dalam nada dan gerak, serta menyesuaikan animo penonton.
Tantangan yang kedua adalah dalam mengajak penonton untuk ikut menari. Oleh karena itu, penari joged harus terlihat ceria dan manis, agar yang melihat juga ingin serta menari. Tak jarang, imej centil juga disematkan pada penari joged– karena vibrasi ramah tamah yang ingin disajikan.
Perempuan cantik dan ramah adalah kombinasi cemerlang yang ironisnya sering disalahterjemahkan sebagai nakal. Inilah yang membawa tarian ini pada masalah ketiga.
Ratih menari dengan riang | Foto: Akun FB Ratih Ayu Apsari
Sebagai tari sosial yang mengajak penonton ikut menari, tujuannya tentu adalah untuk menghibur dan memberi pengalaman bergerak mengikuti irama– selain meningkatkan rasa percaya diri juga bertujuan untuk menghibur hati yang gundah. Sayangnya, oleh beberapa oknum, tari ini kemudian dibawakan dengan tidak senonoh.
“Inilah tantangannya. Ketika citra negatif disematkan pada tari yang sebenarnya tidak digubah untuk tujuan negatif, penari yang tidak setuju punya dua opsi: menjauhi atau memperkenalkan versi yang santun,” kata Ratih.
Untuk melawan stigma itu, Ratih menyatakan sangat senang bisa bersama-sama mempopulerkan tari joged yang sesuai pakem, menghibur, dan cantik.
“Di California, pengibing kami terdiri dari berbagai golongan dan usia, tua muda, laki-laki, perempuan, dan mungkin ada non-biner gender,” katanya.
Pengibing termuda yang pernah diajak menari adalah anak laki-laki yang kira-kira berusia dua atau tiga tahun.
“Anak itu lama diam memandangi saya, akhirnya ia tertawa dan ikut bergerak– bahkan berputar walau langkahnya pelan,” cerita Ratih.
Ketika penari menarikannya dengan santun, pengibing pun demikian. “Rasanya senang melihat penonton terhibur, apalagi jika berhasil membuat mereka merasa puas dengan dirinya sendiri yang mencoba menari,” ujar Ratih. [T]