DENPASAR | TATKALA.CO – Film dokumenter “Petualangan Tara & Pramana” diputar di Ruang Audiovisual Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Denpasar, Jumat, 17 September 2022.
Film itu ditonton Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa didampingi Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa. Sejumlah pimpinan OPD Pemkot Denpasar juga turut menyaksikan pemutaran film itu dengan khidmat dan tertib.
Film “Petualangan Tara & Pramana” adalah film dokumenter perwakilan Kota Denpasar. Film itu adalah bagian dari 9 seri film dokumenter yang digagas Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek RI.
Film itu digarap oleh pekerja film documenter yang merupakan perwakilan dari seluruh Indonesia. Untuk perwakilan Kota Denpasar, film documenter itu dikerjakan tim dari Yayasan Bali Gumanti.
Wawali Kadek Agus Arya Wibawa tampak senang menyaksikan film dokumenter “Petualangan Tara & Pramana”. Ia tampak antusias membicarakan film itu usai menonton bersama tim dari Yayasan Bali Gumanti dan penonton lainnya.
“Semoga dengan semakin banyaknya produksi film terutama yang dibuat oleh anak – anak muda di Kota Denpasar dapat memajukan industri kreatif karena anak- anak muda di Kota Denpasar sejatinya memiliki potensi yang patut diwadahi secara baik,” kata Arya Wibawa.
Film itu disutradarai Agung Bawangtara dengan Produser Pelaksana Maria Ekaristi.
“Film Petualangan Tara & Pramana ini secara garis besar mengambil riset dari Lontar Taru Pramana mengenai penggunaan keunggulan rempah-rempah dan tanaman obat asli Bali,” kata Maria Ekaristi.
Syuting film itu dilakukan di sejumlah tempat di Bali seperti di Tabanan dan Buleleng. Dalam proses pembuatan film itu ditemukan banyak fakta mengenai jalur perdagangan rempah di Bali yang telah eksis sejak ratusan tahun lalu.
Pada proses pemutaran film itu, kata Ekaristi, ia juga mengajak siswa dari Forum Komunikasi OSIS se-Kota Denpasar sebagai panitia. Bukan hanya sebagai panitia, para siswa itu juga menjadi penonton.
“Film ini bisa mengedukasi para siswa dan para remaja tentang sejarah serta pengetahuan mengenai rempah- rempah tradisional Bali dan kegunaannya,” kata Ekaristi.
Ekaristi berharap semoga film ini dapat memberi wawasan kepada para remaja dan siswa di Kota Denpasar, selain tentang rempah-rempah, juga wawasan terhadap film documenter.
“Dengan proses seperti ini, para siswa dan remaja bisa tumbuh minatnya terhadap film documenter,” kata Ekaristi. [T][Mao/*]