30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Taman, Halaman Belakang, dan Tahi Ayam

Agus WiratamabyAgus Wiratama
September 3, 2022
inEsai
Sanggah Setengah Jadi dan Ritual yang Kembali Sederhana

Agus Wiratama || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha

Sejak kecil, Grudug selalu dibisiki oleh orang tua, bibi, paman, dan keluarga lainnya, “Habiskan makananmu biar ayam gak mati,” kata mereka. Belakangan ini, tiba-tiba kata-kata itu mondar-mandir dalam kepala Grudug, tapi ia pikir, bisikan itu mesti dibalik. Harusnya begini, “Jangan habiskan makanan biar ayam gak mati.”

Pariwisata Bali sesungguhnya tidak melulu tampak berhubungan dengan orang-orang, tetapi diam-diam mereka menyelinap dalam benak banyak orang. Entah bagian mana: penampilan, sikap, termasuk penataan rumah. Grudug selalu berandai untuk tinggal di rumah yang memiliki halaman seperti taman di villa atau hotel. Ah lugu banget. Di sana, tanaman tak melulu harus rapi seperti di taman kota. Kadang, tanaman terlihat berantakan tapi tetap saja enak dilihat. Grudug yakin itu tertata dengan cara yang berbeda dengan tanaman di taman kota yang umumnya Grudug jumpai.

“Tampilan begitu, meski tertata, tetap mudah diikuti,” pikir Grudug.

Tapi sialnya, cara berpikir menyeluruh semacam itu, lho, ya, mesti dipakai dalam hal-hal yang terlihat sepele seperti ini. Karena itu, jangan berharap taman seperti itu bisa terwujud atau bertahan di rumah—walaupun kau sudah merawat taman itu sepenuh hati. Ada masalah serius yang mesti ditanggulangi: serbuan para ayam!

Kampung memang lekat dengan ayam. Barangkali, sebagian orang berpikir ini stereotif, tapi tunggu dulu. Ini kenyataan. Ayam selalu dibutuhkan. Kalau tidak untuk upacara, bisa untuk hobi, tajen, dan sebangsanya itu. Tak sedikit pula yang memelihara ayam tanpa punya alasan. Memelihara ya untuk memelihara. Orang tipe ini biasanya hanya berbekal keyakinan: suatu saat pasti bermanfaat.

Ayah Grudug tampaknya memiliki masalah dengan caranya memelihara ayam—dia adalah tipe terakhir—setiap orang yang menawarinya ayam, ia akan terima—Grudug tahu, sesekali ayahnya menodong dari teman baiknya. Tapi perlakuan pada mereka tak pernah sama dari pemilik sebelumnya. Bila pemilik sebelumnya memperlakukan mereka seperti Malika si kedelai hitam pilihan, ayah Grudug malah melepas ayam-ayam itu begitu saja, dan Grudug tak menyukai sikap ayam-ayam yang kurang terpelajar itu. Berak sembarangan.

Ayam sesungguhnya adalah ancaman bagi taman, Saudara-saudara. Coba saja Saudara bayangkan: Saudara menanam tanaman hias yang paling dimimpikan banyak orang, Saudara rawat sebagaimana tanaman itu terlihat di halaman hotel atau villa. Begitulah hal yang dilakukan Grudug. Dan, simsalabim! Pasukan ayam peliharaan ayah Grudug datang untuk berak sembarangan di halaman rumah, memakan pucuk-pucuk daun muda, mematahkan dahan-dahan muda. Mereka seperti negara api yang menyerang!

Kau tahu, kadang anak muda seperti Grudug memiliki kepala yang ramah pada tamu: “tahi silakan naik ke sini!” Maka tak segan Grudug melempar ayam-ayam itu dengan sandal, sapu lidi, atau se-soroh-nya. Semua itu Grudug lakukan atas dasar agar ayam tidak berkeliaran di halaman rumah, tidak memakan daun, batang muda.

Tai dan daun cacat jarang Grudug lihat di halaman hotel, Bung! Tentu Grudug ingin situasi yang begitu juga. Tapi selain itu, “Jika pacar datang ke rumah, masak iya, sepatu hak tingginya menginjak tahi ayam karena berkunjung ke rumah,” gumam Grudug. Ah… Grudug akan merasa harga dirinya lenyap jika itu sampai terjadi. Dan, lemparan-lemparan itu berlangsung berkali-kali, berhari-hari—sebagai bentuk protes atas ekspansi para ayam.

Tanpa banyak bicara, ayahnya memberikan ayam-ayam itu pada tetangga. Memang itulah yang Grudug inginkan. Tentu Grudug merasa menang. Beberapa hari tanpa kehadiran ayam di halaman rumah, rasanya seperti menikmati liburan: tak ada tahi berserak, tak ada daun yang baru patah, tak ada bunga yang rusak. Maklum, ayah Grudug memelihara ayam ber-genre Hardcore! Alias ayam Bangkok. Saudara tahu, tahinya bisa sebesar jempol.

Tapi sesungguhnya, ada sesuatu yang hilang sejak saat itu—yang Grudug sadari belakangan, dan kadang inilah yang membuat Grudug menyesal bukan kepalang atas perlakuan itu. Ayam di rumah bukan hanya untuk peliharaan, bukan hanya untuk hobi, tetapi mereka sesungguhnya menjadi bagian dari ekosistem pengolahan sisa makanan. Ah, ampun! Grudug rupanya telah menjadi biang kerok pemutus ekosistem itu.

Ketika ayam-ayam itu masih ada, Grudug—sebagaimana ayah atau ibunya—biasanya menaruh nasi pada satu tempat. Setiap sore, nasi itu akan disetor pada ayam, dan untuk nasi malam akan disetor pada pagi hari. Semua makanan benar-benar habis tak ada sisa sama sekali!

Penyesalan selalu datang belakangan. Tentu. Grudug tumbuh dengan mitos harus menghabiskan makanan. Dan bisikan dari kecil itu telah melekat begitu kuat dalam kepala Grudug. Tapi, tunggu dulu. Ketika ayam-ayam itu masih ada, sesungguhnya Grudug menghapus dosa sisa nasi itu dengan melemparnya ke kerumunan ayam. Mereka akan makan dengan lahap sisa nasi Grudug. Mereka membuat nasi sisa itu tak terbuang sia-sia. Kau tahu, mereka memiliki mata yang jeli dan paruh yang cukup baik untuk membersihkan sebiji nasi.

Dan sialnya, kadang penyesalan membawa kita pada hayalan-hayalan yang tidak fiks. Ekosistem ini, Grudug pikir tidak hanya terencana pada peliharaan. Tetapi terjadi pula pada pengelolaan sampah rumah tangga. Kadang orang Bali suka latah. Ya, latah tren! Semestinya, setiap rumah memiliki teba—halaman belakang rumah yang biasa menjadi tempat pembuangan sampah. Itulah TPA rumah tangga. Semestinya, tempat ini telah menyelesaikan sebagian masalah sampah. Tapi, sebagian orang sudah tidak memiliki TPA lagi, karena belakang rumah telah disulap menjadi tempat artifisial: “Kita perlu tempat healing,” kata Grudug sebelum menyesali perbuatannya.

Karena alasan itulah ia berencana meletakkan Gazebo di teba atau membuat kolam ikan koi yang justru menghabiskan banyak makanan, yang harus dibeli khusus, mengeluarkan biaya listrik untuk mesin air, dan sebagainya. Teba juga seharusnya menjadi tempat para ayam untuk mencari makan. Grudug pikir ada dua masalah ketika kita latah menerima bentuk-bentuk pariwisata: kita menatapnya hanya dengan kacamata bentuk sehingga kita memperkosa ruang dan memutus sebagian pengetahuan, kedua kita menjadi boros, berlagak sebagai turis.

Tapi sekarang, nasi sisa hanya menjadi sampah, lalu busuk, kemudian direbut lalat. Bahkan ini tampak lebih menjijikkan daripada kotoran ayam. Grudug mestinya mensyukuri penyesalan itu! [T]

Tags: Kolom GrudugPariwisataRumahSampah
Previous Post

Puisi-puisi Wayan Esa Bhaskara | Nyanyian Sepasang Mata

Next Post

Krisna Satya, Sikut Satak, dan Usaha Menerjemahkan Arsitektur dalam Anatomi Tubuh

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Krisna Satya, Sikut Satak, dan Usaha Menerjemahkan Arsitektur dalam Anatomi Tubuh

Krisna Satya, Sikut Satak, dan Usaha Menerjemahkan Arsitektur dalam Anatomi Tubuh

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co