30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Penerjemahan Roman “Mlantjaran ka Sasak” dan Gugatan Terhadap Pujangga Baru

I Wayan ArtikabyI Wayan Artika
August 28, 2022
inEsai
Penerjemahan Roman “Mlantjaran ka Sasak” dan Gugatan Terhadap Pujangga Baru

Semula adalah cerita bersambung di Majalah Djatajoe (1936-1939), lalu diterbitkan menjadi buku oleh Yayasan Saba Sastra Bali (1978), roman Mlantjaran ka Sasak karya Gde Srawana nama pena dari I Wayan Bhadra, tahun 2021 Balai Bahasa Provinsi Bali menerjemahkan dan menerbitkan novel ini dalam bahasa Indonesia dengan judul Jalan-jalan ke Sasak.

Pengalaman penulis sebagai pembaca tinjau draft atau naskah terjemahan novel ini sebelum terbit, dan membaca naskah sumbernya, maka dipandang perlu menyampaikan beberapa catatan melalui esai ini. Catatan ini lebih strategis diarahkan kepada ruang makro sastra, yang melingkupi kehidupan sastra di Indonesia.

Di samping itu, penerjemahan sastra Bali Modern ke dalam bahasa Indonesia yang diprakarsai oleh Balai Bahasa Provinsi Bali yang dilakukan secara besar-besaran, menjadi “tonggak baru” (izin meminjam istilah Prof. Nyoman Darma Putra) dalam sejarah sastra Bali Modern. Tonggak yang sudah ada tentu saja pemberian Hadiah Sastra Rancage, munculnya penerbitan sastra Bali yang dikelola oleh perorangan (Pustaka Ekspresi) yang juga bergerak dalam bidang penganugerahan hadiah sastra; dan munculnya media sastra Bali digital (Suara saking Bali), di samping tetap bertahannya majalah-majalah sastra era Orde Baru (Buratwangi).

Pada esai ini, tidak semua masalah tersebut akan dibahas. Esai ini fokus pada beberapa catatan terhadap roman Mlantjaran ka Sasak yang telah terbit dalam bahasa Indonesia Jalan-jalan ke Sasak yang diharapkan akan membuka wawasan baru untuk memahami sejarah sastra NKRI. Catatan ini diperkaya oleh kajian-kajian terhadap novel ini, seperti yang dilakukan oleh I Nyoman Tingkat dkk. (e-Journal of Linguistics Vol. 9. NA. 2).

Roman ini termasuk roman yang panjang (tebal) yang ternyata ketika sastra Bali Modern semarak, tidak banyak muncul roman atau novel yang panjang, pada umumnya puisi, cerpen dan dikumpulkan menjadi antologi. Puisi, cerpen, dan novel yang sedikit lebih panjang daripada novelette memenuhi dunia sastra Bali Modern. Rupanya tradisi menulis roman tebal dalam bahasa Bali, tidak diikuti oleh para sastrawan kemudian, setelah Gde Srawana; kecuali pada Djantik Santa atau Wjat S. Ardi.

Karena Mlantjaran ka Sasak termasuk karya sastra yang panjang, maka novel ini terasa memiliki alur yang sangat longgar dan struktur naratif cenderung berurutan atau kronologis. Berbagai peristiwa yang tidak secara langsung berkaitan dengan kernel cerita, ditemukan di dalam roman ini dan menjadikannya karya sastra yang realis.

Dari perspektif realis itu, sebagaimana adanya pada Mlantjaran ka Sasak, merupakan satu indikator untuk menentukan demarkasi antara sastra Bali Purwa dan Bali Anyar; suatu peralihan bukan pada aspek bahasa dan genre teks tetapi pada transformasi dari dunia mitologi (dalam pengertian yang luas) ke wilayang realis atau kehidupan sehari-hari. Transformasi ini merupakan ciri terpenting bagi kelahiran sastra Bali Modern.

Sebagai karya terjemahan, menarik kiranya memberi satu catatan pada aspek bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh penerjemah membawa pembaca ke bahasa Indonesia ke era sebelum kemerdekaan. Bahasa Bali yang serumpun dengan bahasa Melayu, yang digunakan pada masa tersebut rupanya memiliki kedekatan. Penerjemah telah membuktikan melalui bahasa terjemahan yang digunakan dalam Jalan-jalan ke Sasak.

Dari segi isi, Jalan-jalan ke Sasak memang mengandung tendens namun demikian, pengarang menghadirkannya dengan atau secara halus atau tersirat lewat ungkapan-ungkapan dalam bahasa Bali yang mana setelah diterjemahkan sangat sulit bagi penerjemahnya menemukan ungakapn-ungkapan atau peribahasa yang sepadan. Sehingga, harus dijelaskan atau bahkan pembaca dibantu dengan catatan kaki.

Karena itu, sebagaimanpun halus dan tersiratnya tendens tersebut, pengarang atau karya ini secara tidak sadar terlibat di dalam pertarungan wacana pada era itu: kritik terhadap feodalisme (kasta), modernisasi, pendidikan, dan emansipasi.

Pada era sebelum kemerdekaan, seseorang yang berpendidikan mendapat ruang baru dalam sistem sosial di Bali. Guru adalah hasil nyata pendidikan modern yang akan memodernkan Bali dalam pengertian yang luas, termasuk memerdekakan jiwa dan diri. Walaupun demikian, sering kali tidak mudah karena feodalisme kasta masih cukup kuat. Posisi penulis juga tidak kalah penting.

Jika guru bekerja di sekolah dalam kerangka besar mendidik masyarakat maka penulis atau pengarang seperti Wayan Bhadra menjalankan tugas seorang intelektual lewat tulisan atau karya roman yang digubahnya. Pada kondisi dan perspektif ini sastra atau tulisan menempati posisi yang sangat penting sehingga pada masa itu, di Singaraja lahir media cetak berupa majalah untuk menampung dan menyebarluaskan ide-ide kaum intelektual setempat, setelah mereka mengenyam pendidikan. Jadi, outcomes pendidikan lebih pada terjadinya perubahan masyarakat dan bukan pada peningkatan taraf hidup lulusan.

Konteks sosiologis Mlantjaran ka Sasak dan ketidaksadaran pengarang dalam arus pertarungan wacana intelektual di Kota Singaraja yang egaliter, dapat dilihat sebagai hal yang secara teoretis telah mendapat justifikasi yang sangat kuat.

Tetapi dengan mencermati terjadinya pertarungan wacana di Bali Utara, khususnya di Singaraja yang dimediai oleh terbitnya sejumlah majalah sebagai media cetak, tampak dengan sangat jelas bahwa sastra mengambil bagian di dalam pertarungan wacana tersebut. Pertanyaannya adalah; mengapa sastra mendapat ruang di dalam media cetak tersebut? Tentu saja tidak sebatas fungsi hiburannya. Hal ini terkait dengan pandangan bahwa kaum sastrawan atau penulis pada waktu itu adalah para intelektual yang mendapat peran penting atau mengambil bagian secara sadar dalam pertarungan pemikiran tersebut; meskipun Wayan Bhadra menyatakan bahwa dirinya ingin netral namun lewat romannya, Mlantjaran ka Sasak, ia sejatinya terlibat.

Maka Mlantjaran ka Sasak adalah novel yang lahir dalam pertarungan wacana intelektual di Bali Utara. Di sini sastra merupakan karya intelektual yang setara dengan kolom-kolom kritis di berbagai majalah yang terbit ketika itu di Kota Singaraja. Dari segi ini Mlantjaran ka Sasak adalah tipikal roman Pujangga Baru dalam bahasa Bali. Dapat kiranya disebutkan bahwa di Bali roman Pujangga Baru ditulis versinya dalam bahasa daerah; yang sama-sama membicarakan pergulatan pemikiran menuju modernisasi Indonesia.

Jika dilihat relasi antara A.A. Pandji Tisna dan Wayan Bhadra maka dapat dinyatakan bahwa pada zaman itu, Bali memiliki dua orang sastrawan Angkatan Pujangga Baru; yang satu adalah A.A. Pandji Tisna yang memang menulis dalam bahasa Melayu; dan yang satu lagi adalah Wayan Bhadra yang menulis dengan spirit roman Pujangga Baru dalam bahasa Bali. Dengan paradigma ini harus ada satu pertanyaan yang dikemukakan kepada sejarah sastra Indonesia yang hanya mengakui para pengarang atau sastrawan yang menulis dalam bahasa Melayu.

Jelas, sastra atau periodisasi dan klaim-klaim politik susastra hanya menggunakan bahasa tetapi spirit atau jiwa suatu angkatan, dalam hal ini Angkatan Pujangga Baru; jelas-jelas diabaikan. Karena itulah, spirit menulis roman Pujangga Baru yang dilakukan oleh Wayan Bhadra di Singaraja dengan mempublikasikan karya di majalah setempat; tidak pernah diakui atau ditelusuri keberadaannya sebagai bagian dari angkatan sastra Pujangga Baru. Kekeliruan sejarah sastra Indonesia adalah menarik garis demarkasi antara bahasa Melayu dan bahasa daerah dan hal ini sama saja telah dilakukan oleh sejarah sastra kolonial yang menarik garis juga antara sastra tradisional (Nusantara) dan sastra modern (sastranya kaum penjajah).

Dengan sudut pandang ini, Bali tidak hanya mendaftarkan seorang sastrawan pada Angkat Pujangga Baru, yakni A.A. Pandji Tisna dengan sejumlah karya seperti di antaranya Sukreni Gadis Bali tetapi juga Wayan Bhadra atau Gde Srawana dengan karya Mlantjaran ka Sasak dan lebih-lebih lagi sejak Balai Bahasa Provinsi Bali telah menerjemahkan dan menerbitkannya dalam bahasa Indonesia, Jalan-jalan ke Sasak. Alasan untuk meluruskan jalannya sejarah sastra terhadap Bali, yang hanya mencatat nama A.A. Pandji Tisna dan lewat karya terjemahan ini, Bali wajar menuntut, nama Wayan Bhadra atau Gde Srawana diakuti sebagai sastrawan angkatan Pujangga Baru. [T]

  • Baca artikel lain dari penulis I WAYAN ARTIKA
  • Tags: Bahasa Balisastrasastra bali modernterjemahan
    Previous Post

    “Akar Air dan Yang Jatuh” Dalam Percakapan Bersama Alisa Soelaeman

    Next Post

    Pola Latihan Mata, Antara Menguasai dan Dikuasai : Proses Kreatif Ela Mutiara Jaya Waluya

    I Wayan Artika

    I Wayan Artika

    Dr. I Wayan Artika, S.Pd., M.Hum. | Doktor pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Penulis novel, cerpen dan esai. Tulisannya dimuat di berbagai media dan jurnal

    Next Post
    Pola Latihan Mata, Antara Menguasai dan Dikuasai : Proses Kreatif Ela Mutiara Jaya Waluya

    Pola Latihan Mata, Antara Menguasai dan Dikuasai : Proses Kreatif Ela Mutiara Jaya Waluya

    ADVERTISEMENT

    POPULER

    • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

      “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

      23 shares
      Share 23 Tweet 0
    • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

      0 shares
      Share 0 Tweet 0

    KRITIK & OPINI

    • All
    • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik

    Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

    by Pandu Adithama Wisnuputra
    May 30, 2025
    0
    Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

    Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

    Read more

    Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

    by Mansurni Abadi
    May 30, 2025
    0
    Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

    SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

    Read more

    PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

    by Dewa Rhadea
    May 30, 2025
    0
    Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

    DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

    Read more
    Selengkapnya

    BERITA

    • All
    • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
    Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

    Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

    May 29, 2025
     Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

    Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

    May 27, 2025
    911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

    911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

    May 21, 2025
    Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

    Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

    May 17, 2025
    Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

    Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

    May 16, 2025
    Selengkapnya

    FEATURE

    • All
    • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
    ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
    Panggung

    ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

    MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

    by Sonhaji Abdullah
    May 29, 2025
    Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
    Panggung

    Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

    LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

    by Komang Puja Savitri
    May 28, 2025
    Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
    Pameran

    Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

    SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

    by Nyoman Budarsana
    May 27, 2025
    Selengkapnya

    FIKSI

    • All
    • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
    Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

    Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

    May 29, 2025
    Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

    Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

    May 25, 2025
    Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

    Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

    May 22, 2025
    Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

    Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

    May 17, 2025
    Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

    Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

    May 15, 2025
    Selengkapnya

    LIPUTAN KHUSUS

    • All
    • Liputan Khusus
    Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
    Liputan Khusus

    Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

    SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

    by Jaswanto
    February 28, 2025
    Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
    Liputan Khusus

    Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

    SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

    by Made Adnyana Ole
    February 13, 2025
    Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
    Liputan Khusus

    Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

    BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

    by Jaswanto
    February 10, 2025
    Selengkapnya

    ENGLISH COLUMN

    • All
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
    Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

    Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

    March 8, 2025
    Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

    Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

    November 30, 2024
    The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

    The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

    September 10, 2024
    The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

    The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

    July 21, 2024
    Bali, the Island of the Gods

    Bali, the Island of the Gods

    May 19, 2024

    TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

    • Penulis
    • Tentang & Redaksi
    • Kirim Naskah
    • Pedoman Media Siber
    • Kebijakan Privasi
    • Desclaimer

    Copyright © 2016-2024, tatkala.co

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In
    No Result
    View All Result
    • Beranda
    • Feature
      • Khas
      • Tualang
      • Persona
      • Historia
      • Milenial
      • Kuliner
      • Pop
      • Gaya
      • Pameran
      • Panggung
    • Berita
      • Ekonomi
      • Pariwisata
      • Pemerintahan
      • Budaya
      • Hiburan
      • Politik
      • Hukum
      • Kesehatan
      • Olahraga
      • Pendidikan
      • Pertanian
      • Lingkungan
      • Liputan Khusus
    • Kritik & Opini
      • Esai
      • Opini
      • Ulas Buku
      • Ulas Film
      • Ulas Rupa
      • Ulas Pentas
      • Kritik Sastra
      • Kritik Seni
      • Bahasa
      • Ulas Musik
    • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
      • Dongeng
    • English Column
      • Essay
      • Fiction
      • Poetry
      • Features
    • Penulis

    Copyright © 2016-2024, tatkala.co