Di Kota Singaraja yang menjadi kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Buleleng sudah terdapat banyak ruang terbuka hijau. Antara lain, ada Taman Kota, Taman Yowana Asri dan Taman Bung Karno.
Itu tampaknya sudah cukup. Ketika kemudian pemerintah masih punya ruang kosong, dibangunlah kini ruang terbuka sayur mayur. Tetap hijau juga, tapi bukan ruang terbuka hijau yang bisa dijadikan tempat nongkrong atau tempat duduk-duduk sambil ngopi. Ini hijau yang berbeda.
Sejatinya ruang terbuka sayur mayur itu hanya sepetak kebun di tengah kota. Lokasinya di depan SPBU Jalan Gakah Mada, atau di sebelah timur kantor Telkom Singaraja. Lokasinya strategis. Tanah itu dulunya aset pemerintah pusat yang kemudian dimohon oleh Pemkab Buleleng.
Setelah jadi aset milik Pemkab, rencananya di atas tanah itu dibangun Taman Baca. Konsepnya sudah dibuat, tapi karena ekonomi lagi sulit, anggaran kembang-kempis di masa pandemi, maka taman baca tak kunjung bisa dibangun.
Tanah kosong itu, untuk sementara, kemudiaan ditanami sayur. Namanya keren: Singaraja Smart Agrocity. Tapi bukan berkebun sayur-mayur sesungguhnya tujuan inti dari dibikinnya Singaraja Smart Agrocity itu, melainkan untuk edukasi pengelolaan sampah organik. Lha, apa hubungannya?
Dinas Lingkungan Hidup sebagai pengelola lahan kosong itu ingin memberi contoh kepada masyarakat tentang pemanfaatan kompos. Ruang terbuka sayur-mayur ditanami berbagai sayur seperti kangkung, sayur hijau, dan bayam, yang dipupuk dengan menggunakan kompos hasil olahan sampah organik. Lihat, hasilnya memang bagus.
”Kita ingin memberi contoh kepada masyarakat kota untuk berpikir cerdas tentang pemanfaatan sampah organik, mulai dari memilah, mengolah dan memanfaatkan sampah organik berupa pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buleleng Gede Melandrat.
Jadi, dengan berkebun menggunakan kompos di tengah kota ini, secara tidak langsung mengedukasi masyarakat tentang tata kelola sampah berbasis sumber mulai dari rumah tangga dan tentunya meringankan beban TPA, mengurangi biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk memilah sampah.
“Singaraja Smart Agrocity ini digunakan sebagai ruang terbuka hijau untuk edukasi kepada masyarakat tentang tata kelola persampahan,” kata Melandrat.
Jika nantinya konsep agrocity ini akan diperluas dengan memanfaatkan lahan kosong, kata Melandrat, Dinas Lingkungan Hidup mengaku siap membantu dan mendorong serta bekerjasama. “Ini merupakan hal kecil, nyata untuk edukasi dan memberi manfaat besar kepada masyarakat kota,” katanya.
Apa yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Buleleng ini sebenarnya sudah dilakukan terlebih dulu oleh Pemerintah Desa Baktiseraga. Di Desa Baktiseraga, di tepian kota Singaraja bagian barat, Pemerintah Desa Baktiseraga membangun Urban Farming. Yakni kebun pada lahan kosong yang banyak terdapat di kawasan LC Baktiseraga.
Nah, Melandrat mengakui inspirasi Singaraja Smart Agrocity ini memang diperoleh dari Urban Farming di Baktiseraga. Bedanya, Singaraja Smart Agrocity ini berada di tengah-tengah keramain kota.
Syahdan, pada Selasa 23 Agustus 2022 ini Singaraja Smart Agrocity sudah bisa dipanen. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana didampingi ibu Aries Sujati, Sekda Buleleng Gede Suyasa dan Kadis Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Gede Melandratpun memulai panen sayur di kebun tengah kota itu.
“Singaraja Smart Agrocity merupakan hal yang patut dikembangkan di wilayah kota lainnya di Singaraja untuk memberikan dampak positif dari pengolahan sampah berupa kompos untuk diaplikasikan di lahan-lahan yang tidak terpakai dengan menanam sayur-sayuran dan holtikultura sehingga secara mikro mampu menjaga ketahanan pangan,” kata Bupati putu Agus Suradnyana di sela kegembiraan panen.
Untuk itu, Bupati akan meminta ijin dan kerjasama kepada pemilik lahan tidur agar bisa dipakai sebagai Smart Agrocity. “Tidak menutup kemungkinan lahan pemda yang lain juga bisa digunakan,” kata Bupati/
Jika demikian halnya, kemungkinan di Kota Singaraja akan banyak lagi terdapat ruang terbuka sayur-mayur. Ya, itu mungkin lebih baik ketimbang membangun ruang terbuka hijau yang kering dan tak dimanfaatkan dengan baik. [T]