Percayakah kau bahwa manusia tak pernah merasa puas. Selalu ingin lebih. Selalu tak merasa lengkap dengan apa yang dimiliki. Meskipun sudah lengkap dan sudah memuaskan pula. Ah, kau harus percaya karena Teresa seperti itu.
Teresa, perempuan yang sudah lengkap dan bahkan mungkin sempurna itu selalu menghendaki dan mencoba hal baru. Hidup yang mengalir baginya adalah jika bisa mengikuti trend. Life style Teresa menyebutnya. Termasuk merubah fisiknya secara total.
“Aku ingin operasi, Mas!”
Teresa menyandarkan kepalanya di bahu Adam, suaminya. Adam tak segera menjawab.
“Mas kok malah diam?”
Teresa membenahi posisi duduknya. Kini mereka berhadap-hadapan.
“Mas, boleh kan?”
“Operasi apa?”
“Sedot lemak!”
Adam kaget. Wajahnya mendadak pucat.
“Tubuhmu sudah bagus. Kau tidak perlu itu!”
“Bilang saja Mas takut berkorban. Mas tidak mau mengeluarkan uang. Mas sudah tidak sayang padaku lagi!”
“Apa itu harus?”
Teresa mengangguk. Beberapa titik air menggantung di matanya. Teresa menangis. Benar-benar menangis. Adam jadi tidak enak hati melihatnya. Dia memeluk Teresa erat dan berbisik menyetujui permintaan itu. Teresa akan melakukan sedot lemak di bagian perut, lengan dan bagian yang tampak gemuk lainnya minggu depan. Tentu saja dengan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
***
Sudah dua bulan berlalu.Tubuh Teresa benar-benar berubah. Langsing seperti saat masih perawan. Kini dia berbeda, rasa percaya dirinya tumbuh. Dia tidak menolak lagi bila diajak ke pesta. Tidak menghindar diajak jalan-jalan di mall. Diajak berenang di pantai. Diajak ke pusat kebugaran. Diajak aerobik pagi-pagi dan sebagainya. Dia menerima semuanya.
Dia kelihatan bahagia, juga lebih berani membuka diri. Adam bisa bernafas lega kini. Namun tetap saja Teresa merasa kurang.
“Kau mau operasi lagi?”
“Iya Mas, ibu-ibu arisan bilang hidungku terlalu besar. Tentu mereka bicara apa adanya. Aku ingin mengubahnya biar lebih mancung!”
“Tapi kau sudah cantik, Teresa!”
“Mas bilang begitu hanya untuk menghibur. Mas egois. Apa Mas tidak kasihan melihat saya merasa diejek terus menerus?”
Lagi-lagi Teresa menangis. Senjata ampuh itu membuat Adam luluh. Dia tidak rela membayangkan Teresa merasa terhina hanya karena memiliki hidung yang tidak mancung.
Adam mengijinkan. Hidung Teresa dioperasi. Biaya yang dikeluarkan cukup menguras kas mereka. Tapi sebulan kemudian Teresa sudah tampak berbeda. Hidungnya lancip. Teresa bilang dia menyuruh dokter untuk meniru hidung Penelope Cruz aktris cantik favoritnya.
***
“Kau bahagia?”
“Tentu!”
“Kau tampak berbeda!”
“Apa mas tidak senang?”
“Oh, tentu. Kau lebih cantik!”
“Tapi aku masih merasa ada yang kurang!”
“Apa tidak cukup jika aku bilang aku sangat bahagia dan mencintaimu apa adanya?”
“Mas, hidup di dunia bukan hanya kita berdua. Aku punya banyak teman. Bergaul dengan berbagai kalangan. Yang rata-rata selalu berlomba-lomba dengan trend. Jadi mendengar pendapat mereka juga penting!”
Adam tak menjawab.
“Boleh kan, Mas?”
Adam masih bisu. Wajahnya semakin pucat.
“Ini yang terakhir. Aku ingin operasi payudara!”
Tetap tak menjawab. Pandangannya menelisik mata perempuan yang sedang berada di hadapannya kini. Mimpi apakah yang kau punya Teresa? Katanya dengan mimpi membuat hidup indah. Bersemangat. Tapi mimpi sedikit demi sedikit membuat dirimu menjadi orang lain. Aku bahkan tak mengerti bagaimana menemukanmu lagi. Siapa kau kini, Teresa?
Adam membatin. Hanya itu. Dia tak bisa menolak apapun.
Sementara Teresa selalu menikmatinya. Dia seperti menemukan segunung kepercayaan diri setiap kali operasinya memberi hasil sesuai keinginannya. Dia bahkan sama sekali tidak merasakan ketakutan kalau-kalau operasinya gagal dan tubuhnya rusak. Dia tidak peduli. Dia biarkan dokter mengiris-iris bagian tubuhnya tanpa takut akan ketajaman pisau-pisau itu. Dia merasa bahagia. Merasa menemukan kecantikan perempuan-perempuan kelas dunia.
Teresa kini berbeda. Hidungnya tidak lagi pesek. Tubuhnya langsing. Payudaranya kencang. Tak ubahnya super top model. Teresa seperti pecandu. Dia tergila-gila pada kecantikan yang berbeda dari dirinya semula. Bahagiakah Teresa saat ini? Bahagiakah dia meski ada jarak yang semakin lebar antara dirinya dan Adam? Bahagiakah dia kini yang menolak dirinya sendiri dan menginginkan tubuh orang lain?
Dia tidak berfikir sampai ke titik itu. Sekalipun jarak yang ada sangatlah jauh meninggalkan dia di belakang meskipun orang-orang mulai memandang tinggi dirinya sebagai perempuan yang mengerti bagaimana mempercantik diri. Meskipun Adam tak ubahnya orang asing.
Tapi Teresa tidak peduli. Dia pecandu. Mimpi kecantikan ratu sejagat membuatnya mabuk. Setiap kali pulang dari arisan, kemudian melihat cermin, ada-ada saja keluhannya. Dan lagi-lagi dia meminta dioperasi.
“Mas aku ingin operasi dagu…”
“Ingin operasi dahi!”
“Operasi pipi!”
“Mata!”
“Bibir!”
“Bokong”
“Betis!”
“Operasi!”
“Operasi!”
“OPERASI!”
Adam lelah. Bukan masalah uang, tetapi tak mengerti kenapa Teresa bisa bergerak sedemikan jauh. Sampai dirinya tak bisa lagi melihat bagaimana Teresa seperti apa adanya semula. Teresa kini tak ubahnya boneka plastik. Penuh tambalan. Dia orang lain. Teresa sekarang adalah tempelen berbagai bentuk tubuh perempuan cantik dunia lainnya yang disatukan dalam tubuhnya. Adam hanya melihat wajah-wajah asing. Penelope Cruz, Julia Robert, Tamara Blezenky, Angelina Jolie, Pamela Anderson dan masih banyak lagi.
Adam lebih dari cemas. Dia takut. Dia ngeri. Sekaligus kecewa karena tak bisa menyadarkan Teresa bahwa dia sangat cantik jauh-jauh hari sebelum oprasi pertamanya. Bahwa dia tetap mencintainya dengan seluruh jiwa sekalipun tak secantik perempuan lain. Adam lelah!
***
Di penyembuhan operasinya yang keduapuluh, Teresa menemukan secarik kertas di meja riasnya. Sebuah foto ukuran 20 R di sebelahnya.
Teresa menangis. Di kertas itu tertulis: kita berpisah saja. Aku kecewa bagaimana mencari jalan untuk meyakinkan bahwa kau sangat cantik seperti apa adanya dulu. Aku lelah mengenali siapa kau kini, Teresa?”
Teresa kaget luar biasa. Mas Adam minta cerai padahal semua yang dilakukannya selama ini hanya untuk dia. Agar dia tidak berpaling, tidak mencari perempuan lain. Kini semuanya percuma.
Teresa meniman-nimang foto yang ditinggalkan suaminya. Foto dirinya. Dia memandangnya lekat-lekat. Membandingkan wajah di foto itu dengan bayangannya di cermin.
Teresa tertunduk. Dia tak menemukan apa-apa. Kecuali dua bayangan yang sangat berbeda. Asing sekali. [T]
- Denpasar, November 2005
- Terinspirasi oleh penuturan seorang perempuan dalam acara Oprah Winfrey Show.
______