Tidak hanya bisa menanam, pohon juga harus dirawat dan diberi kasih sayang seperti layaknya manusia. Jika hanya menanam secara seremonial dan ramai-ramai, lalu foto-foto, pastilah banyak yang bisa. Tapi kalau merawat sampai pohon itu tumbuh, besar, dan bermanfaat, tentu tak banyak yang melakukannnya.
Untuk memberi kasih sayang pada pohon-pohon, Pemuda Kayoman—sebuah komunitas pecinta lingkungan dan pecinta tanaman yang suka menanam—di Desa Pedawa di Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, melakukan kegiatan merawat pohon-pohon pada Sabtu, Tumpek Klurut, 23 Juli 2022.
Tumpek Klurut ditetapkan sebagai Hari Kasih Sayang ala Bali. Untuk memberi makna pada hari yang baik dan ayu itu, Pemuda Kayoman menumpahkan kasih sayang kepada pohon-pohon yang sudah mereka tanam sejak tahun 2016.
Selama seharian, para anggota Komunitas Pemuda Kayoman Kayoman Pedawa menemui tanaman di masing-masing dusun yang ditanam di sumber mata air. Selama ini mereka memang banyak menanam pohon di daerah sekitar sumber mata air.
“Ini merupakan program berkelanjutan, setelah program ditanam, maka kami harus merawat dan mengevaluasi kembang tumbuhnya,” kata Kadek Susilajaya, ketua panitia kegiatan.
Susilajaya tampak melakukan perawatan bersama teman-temannya di Kayuan Muncus, Desa Pedawa. Di sela-sela kegiatan, dia mengatakan apa yang dilakukan Pemuda Kayoman merupakan komitmen sejak awal yang dilakukan sebagai upaya pelestarian sumber air di Desa Pedawa.
“Setiap musim hujan kami selalu melakukan penanaman pohon, dan saat musim kemarau kami melakukan perawatan, agar apa yang kami lakukan bisa tumbuh sesuai harapan,” katanya.
Ketua Pemuda Kayoman Putu Yuli Supriandana mengatakan sejak tahun 2016, Pemuda Kayoman setidaknya sudah menanam 1.500 pohon yang tersebar di sejumlah daerah, terutama di daerah-daerah sumber air. Pohon-pohon yang ditanam itu di antaranya, majagau, ampupu, cempaka, aren, pole, beringin, dan lateng.
Dari hasil pengamatan dan pemantauan serta perawatan yang dilakukan, sebanyak sekitar 200 pohon tumbuh dengan baik. “Sebagian besar lagi mati dan hilang,” katanya.
Penyebab pohon-pohon yang mati dan hilang diperkirakan karena faktor alam dan manusia. Sementara pohon yang ditanam tahun 2016, yang hidup dan tumbuh, tingginya sudah mencapai hampir 3 meter.
“Pertumbuhannya ergantung lokasi . Kalau agak rimbun dan teduh, perkembangan pohon jadi lambat,” kata Yuli Supriandana. [T]
BACA JUGA: